Senin , 16 Nov 2015, 21:20 WIB

Hujan Tiba, Petani Banyumas Mulai Mengolah Tanah

Rep: eko widiyanto/ Red: Taufik Rachman
Antara/Fikri Yusuf
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)
Petani menanam padi di kawasan persawahannya. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BANYUMAS -- Seiring dengan datangnya musim penghujan, petani di Banyumas mulai melakukan persiapan tanam padi.

Kepala Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan (Dinpertanbunhut ) Banyumas Tjujun Sunarti Rohaidi mengatakan, hampir semua petani padi di wilayahnya, saat ini mulai  mengolah tanahnya untuk memulai musim tanam II tahun 2015.

''Karena baru mengolah tanah saat ini, kemungkinan musim tanam baru akan berlangsung awal hingga pertengahan Desember 2015,'' jelasnya, Senin (16/11).

Untuk itu dia mengakui, musim panen juga akan mundur atau baru akan berlangsung sekitar Bulan Maret-April 2016. ''Karena musim tanamnya mundur, otomatis musim panennya juga mundur,'' jelasnya.

Namun menurutnya, kondisi ini tidak hanya terjadi di wilayah Banyumas saja. Hampir di seluruh wilayah Jateng selatan bagian barat, juga mengalami kemunduran musim tanam sehingga musim panen juga baru akan berlangsung tahun 2016. Musim kemarau yang berlangsung panjang, menyebabkan semua petani tidak bisa menggarap sawahnya.

Soal ketersediaan stok pangan, Tjutjun mengaku, berdasarkan informasi yang dia peroleh, Bulog Sub Divre IV Banyumas memiliki stok besar yang cukup untuk menyalurkan raskin hingga Bulan Februari-Maret 2016.

''Kalau hanya mengandalkan stok yang ada saat ini, stok beras hanya cukup untuk penyaluran raskin setelah Februari-Maret 2016. Saat itu, petani kemungkinan baru panen. Namun pemerintah pusat, sudah bersiap mengantisipasi kebutuhan stok ini dengan melakukan impor. Jadi saya kira stok pangan kita tidak akan ada masalah,'' jelasnya.

Dia menyebutkan, luas areal pertanian padi di wilayah Banyumas, keseluruhan mencapai 32 ribu hektar. Pada musim kemarau lalu, dari lahan seluas itu, hanya sebagian kecil atau sekitar 1.300  hektar sawah yang masih bisa ditanami padi, karena air irigasi masih mengalir. Sedangkan sebagian besar lainnya, tidak bisa ditanami karena tidak ada air.

Sedangkan untuk optimalisasi produksi pangan ke depan, sepanjang kemarau lalu juga telah dilakukan perbaikan irigasi di sejumlah wilayah. Dana yang digunakan untuk perbaikan irigasi, antara lain lain berasal pemerintah pusat yang disalurkan langsung pada kelompok tani. ''Dengan perbaikan irigasi ini, ada sekitar 7.000 hektar lahan sawah yang saluran irigasinya mendapat perbaikan,'' katanya.

Terkait produksi beras, Tjutjun mengaku tetap optimistis bahwa target produksi padi sebanyak 393.910 ton gabah kering panen (GKP) pada 2015 masih dapat tercapai meskipun terjadi kemarau panjang. ''Dengan tingkat produksi mencapai 6,05 ton per hektar, kami tetap yakin target produki gabah tahun 2015 masih bisa tercapai. Apalagi karena saat ini masih ada sebagian sawah yang sudah ditanami dan belum panen,'' katanya.

Video

Setjen DPR RI Komit Berdayakan Perempuan