REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) memulai perbaikan kualitas data untuk penghitungan produksi pangan nasional. Caranya dengan melakukan tiga macam survei yakni survei kajian cadangam beras. Survei luas panen dan luas lahan tanaman pangan serta survei konsumsi beras.
"Kita juga melakukan uji coba kerangka sampel area (KSA) dimulai sejak Maret tahun ini," kata Direktur Statistik Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan BPS Happy Hardjo dalam acara Workshop bertajuk "Data Pangan Sebagai Evidence Based Policymaking pada Rabu (25/11).
Pada 2016 juga diagendakan evaluasi data produksi tanaman pangan khususnya padi, koreksi data produksi dan peramalam kilas balik serta penyempurnaan metodologi estimasi luas panen dan produktivitas.
Menyoal uji coba KSA, ia menerangkan sepintas soal roadmap dan teknis pelaksanaannya. Nantinya terdapat 3 tahap uji coba diakhiri aplikasi seluruh provinsi pada 2018. "Saat ini kita baru menginjak uji coba I di dua kabupaten yakni Garut dan Indramayu, sekarang memasuki tahap keempat," katanya. Uji coba dilakukan dalam enam tahap dan dievaluasi setiap dua bulan.
Maksud KSA yakni memanfaatkan data citra satelit atau foto udara untuk memperkirakan luas panen padi. Dalam pelaksanaannya, BPS bekerja sama dengan BPPT dan Kementan. Uji coba tahap II akan dimulai di 2016 dengan lokasi uji coba do seluruh kabupaten Jawa Barat. Pada tahun berikutnya yakni 2017 roadmap diagendakan masuk tahap III di semua provinsi di pulau jawa. Lantas diakhiri pada 2018 di mana pengembangan KSA akan diberlakukan untuk seluruh provinsi alias se-nasional.
Seiring dengan dimulainya pengembangan KSA, BPS juga tengah melakukan survei luas panen dan luas lahan tanaman pangan 2015. Hal tersebut dilatarbelakangi data luas panen tanaman pangan yang diduga di luar perkiraan. "Hasil perkiraan produksi tanaman pangan diduga lebih tinggi dari kenyataan lapangan," tuturnya.
Oleh karena itu, tujuan survei yakni mengevaluasi akurasi data sehingga dapat mengoreksi data luas panen dan rekomendasi penyempurnaan metodologi estimasi luas panen. Survei juga akan berguna mengoreksi data luas baku lahan pertanian serta angka konversi galengan terbaru.
Happy menerangkan, survei akan dilakukan di tujuh provinsi yakni Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timut, Yogyakarta, Banten dan Sulawesi Selatan. Sampel akan ditujukan bagi 30 ribu blok sensus, 300 ribu rumah tangga padi dan 30 ribu rumah tangga untuk pengukuran lahan sawah.
Tahapan pelaksanaan yakni pencacahan dan pengukiran caturwulan I pada Mei 2015, berlanjut ke pencacahan caturwulan II di September 2015 dan pencacahan III di Januari 2016. "Nanti hasilnya akan kita umumkan secara terbuka," ujarnya.
Survei terakhir yakni kajian cadangan beras 2015. Kegiatan tersebut bertujuan mengetahui angka stok beras nasional di tiga titik waktu yakni musim panen raya, gadu dan paceklik. Nantinya akan terdeteksi sebaran stok beras di masyarakat menurut institusi.
BPS bekerja sama dengan Kementerian Pertanian untuk meneliti cadangan di rumah tangga produsen sebanyak 14 juta jiwa, rumah tangga non petani sebanyak 61 juta jiwa dan pengusaha penggilingan skala besar dan sedang sebanyak 10 ribu populasi.
Terdampak survei lainnya yakni 502 ribu usaha industri, 2,7 juta pedagang beras dan sekitar 2,5 juta perusahaan penyedia akomodasi ran penyedia makanan minuman. "Termasuk juga akan kita minta data-data beras di Bulog agar lebih akurat," tuturnya.