REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Direktur Pemasaran PT Pertani (Persero) Dedeng Fahroni menyebut, ketersediaan benih padi bersubsidi menyesuaikan jumlah permintaan. Jadi, meski penyaluran benih bersubsidi 2015 hanya sekitar 10 persen, tidak ada benih yang sia-sia atau menjadi stok yang kadaluarsa.
"Kita melayani yang diminta oleh petani, dari yang dialokasikan pemerintah," kata dia kepada Republika, Rabu (8/12). Ia menerangkan, mekanisme penyaluran benih bersubsidi didahului dengan kontrak dengan Kementerian Pertanian (Kementan).
Lantas pemerintah menugaskan BUMN benih untuk mengalokasikan ke masing-masing provinsi, dan provinsi meneruskannya ke kabupaten dan kota. Daerah lantas mensosialisasikan usulan daftar pembelian benih bersubsidi yang nantinya Pertani melayani jumlah permintaan yang diajukan.
PT Pertani saat ini memiliki stok benih sementara sekitar 2 ribu ton. Ketersediaan benih tersebut untuk menjaga masa tanam yang masih terjadi di Desember 2015. Sementara untuk masa tanam 2016, produksi akan disesuaikan dengan permintaan petani di lapangan.
Di 2016 perusahaan diberi kewajiban menyediakan 50 ribu ton benih. Tapi dalam praktiknya, produksi benih bertahap, menyesuaikan kalender tanam, lokasi dan permintaan. "Masa kadaluarsa benih sekitar enam bulan," katanya.
Pada 2016, petani akan mendapatkan subsidi harga hingga 80 persen. Ketika membeli benih dari Pertani, petani pasca mengajukan permintaan benih hanya membayar Rp 3.050 per kilogram, sisanya dibantu pemerintah Rp 6 ribu per kilogram.