REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia kini berada sebagai salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Indonesia menepati posisi ke-4 setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia. Keberadaan kopi di Indonesia juga tercatat sebagai penghasil devisa terbesar keempat setelah minyak sawit, karet, dan kakao.
Kebanyakan produksi kopi Indonesia adalah varietas robusta, arabika dan labrika. Bukan hanya dalam jumlah produksi yang cukup besar, varietas kopi yang ada di Indonesia juga sangat beragam. Mulai dari kopi Mandailinh, Toraja, Gayo, hingga kopi luwak yang merupakan kopit termahal di dunia.
Sejak 2008 hingga 2015 produksi kopi di Indonesia memang mengalami naik turun. Dari data Asosiasi Eksportir dan Industri pada 2008 produksi kopi mencapai 698.016 ton. Angka ini kemudian menurun pada 2009-2011. Produksi kembali bertambah ke angka 740.000 ton pada 2012, tapi kemudian turun kembali ke angka 550.000 ton pada 2015.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbang) Kementerian Pertanian, Muhammad Syakir mengatakan untuk meningkatan kembali produktivitas kopi, pemerintah mencoba untuk meremahakan perkebunan kopi yang sudah lama melalui program intensifikasi. Dengan meningkatkan luar perkekebunan juga, pemerintah berharap produksi kopi bisa diangka 1 juta ton pada 10 mendatang.
"Kita targetkan ada peningkatan setelah perluasan lahan dan peremajaan dengan capai 900 ribu hingga 1,2 Juta ton per tahun produksinya. Jadi kita tidak hanya berfokus pada komoditas Pajale (padi, jangung, kedelai)," ungkap Syakir, Kamis (19/5).
Syakir menjelaskan, pada tahun 2015 biji kopi robusta Indonesia baru mencapai 741 Kg/Ha, dan biji kpo arabika 808 Kg/Ha. Nilai ini cukup jauh denhan pencapaian produksi kopi di Vietnam dan Brasil yang rata-rata mencapai 1500 dan 2000 kg/Ha. Hal ini membuat Indonesia untuk terus berinovasi menghasilkan kopi selain mengandalkan produksi konvensional.