REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pertanian (Kementan) berambisi menyukseskan Program Indonesia Bebas Rabies 2020 dengan merealisasikan empat skenario pencapaian. Peneliti Balai Besar Veteriner Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementan menguraikan, empat skenario tersebut di antaranya skenario kebijakan vaksinasi.
"Vaksinasi dilakukan empat kali dari eksisting program yang ada pada 2016 dan 2017 secara berturut-turut," kata salah satu peneliti dari Balai Besar Veteriner, Dokter Hewan Agus Wiyono, Selasa (24/5).
Tujuannya menurunkan jumlah anjing yang dilepas-liarkan dalam kondisi erinfeksi rabies pada 2017. Intensitas vaksinasi akan lebih ditingkatkan pada 2018.
Skenario selanjutnya yakni Kebijakan Pengandangan terutama pada anak anjing yang baru lahir. Pengandangan minimal 10 persen dari jumlah anjing yang lahir. Tujuannya menurunkan jumlah free-roaming infected dogs mulai 2017 tanpa naik kembali.
Ada pula skenario kebijakan eliminasi yang dilakukan sebanyak dua kali lipat dari program eliminasi yang sudah ada pada 2016. Skenario ini, kata dia, akan menurunkan jumlah anjing yang dilepas-liarkan dalam kondisi terinfeksi rabies pada 2017. Namun pada tahun berikutnya berpotensi meningkat kembali.
"Skenario terakhir yakni pengendalian veritilitas anjing," ujarnya.
Kebijakan dilakukan sebesar 50 persen dari vertilitas normal eksisting program. Ia berharap hasil permodelan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemerintah daerah dalam pengendalian dan penanggulangan rabies di Bali. Selanjutnya dapat diimplementasikan secara nasional guna mendukung pelaksanaan program Indonesia bebas rabies 2020.
Rabies merupakan penyakit zoonosis yang telah menyebar di 24 provinsi di Indonesia. Provinsi Bali yang semula secara historis bebas rabies, sejak 2008 telah tertular rabies yang hingga saat ini belum dapat dibebaskan kembali. Sejumlah program pengendalian dan penanggulangan terus dilakukan secara intensif oleh pemerintah pusat dan daerah.
