REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian masih bersikukuh bahwa stok bawang merah yang dihasilkan dari petani lokal masih cukup banyak. Salah satunya stok bawang merah dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang disebut telah sampai ke Jakarta dan siap memenuhi kebutuhan pasar.
Namun keinginan untuk menahan impor bawang nampaknya masih sulit membendung keinginan pemerintah untuk mengimpor bawang merah. Pangan yang sangat krusial ini dianggap masih kurang bisa menyebar di seluruh Indonesia. Bahkan karena stok yang minim, Bulog kesulitan menstabilkan harga bawang. Hasilnya bawang merah masih berada di kisaran Rp 40 ribu.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Musdhalifah Machmud menjelaskan, kemungkinan impor bawang merah masih besar. Hal ini dikarenakan harga bawang di pasaran masih terpantau tinggi.
"Tapi kan harga masih tinggi?" kata Musdhalifah melalui pesan singkat kepada Republika, Ahad (29/5).
Mengenai data mana yang sebaiknya digunakan masyarakat untuk menakar keberadaan bawang merah, Musdhalifah masih enggan memberi penjelasan.
Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut bahwa pihaknya telah mendatangkan bawang merah untuk disebarkan di Kota Jakarta. Bahkan Bawang merah asal Bima, Nusa Tenggara Barat telah tiba di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta Utara sejak Rabu (25/5) kemarin. Kementan berharap persediaan ini segera dibongkar Bulog untuk dipersiapkan sebagai persedian.
Namun hal ini disanggah pihak Perum Bulog membantah adanya penumpukan bawang merah. Direktur Pengadaan Bulog Wahyu menuturkan, selama ini tidak ada penumpukan bawang di tempatnya.