REPUBLIKA.CO.ID,AMBON -- Tentara Nasional Indonesia (TNI) AD pada 2016 mendapat jatah pencetakan sawah baru seluas 200.000 hektare yang akan diserahkan kepada masyarakat untuk dikelola dalam rangka mempercepat swasembada beras di tanah air.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Mulyono mengatakan TNI bergandengan tangan dengan Kementerian Pertanian dan Dinas Pertanian di daerah untuk mendukung program Nawa Cita Pemerintahan Jokowi-JK di Bidang Pangan dalam rangka swasembada pangan di tanah air.
"Alhamdulilah aparat di tingkat bawah Dandim, Danramil, Babinsa turun mendampingi para petani untuk mengolah sawah dengan baik, sehingga hasilnya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata KASAD pada acara Ramah Tamah Bersama Forkopimda, Tokoh Agama dan Tokoh, Masyarakat, dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Ambon, Rabu (1/2) malam.
Menurut Jenderal Mulyono, pemerintah merencanakan bahwa tiga tahun ke depan, Indonesia harus swasembada beras dengan target empat juta ton beras dan sampai saat ini tinggal 1,4 juta ton, sehingga diharapkan dalam waktu 1,5 tahun bahkan tidak sampai tiga tahun target swasembada beras bisa terwujud.
Dia mengatakan Kementerian Pertanian pada 2015 mengandeng TNI untuk sukseskan program swasembada beras Presiden Jokowi.
Bahkan sebagai pimpinan TNI AD, kata Jenderal Mulyono, dirinya dikritik orang, untuk apa tentara turun ke sawah, karena bukan ahli pertanian.
"Tetapi rakyat dan negara membutuhkan saya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi, ini tantangan bagi TNI dan prinsip tentara jangan pernah gagal," katanya.
Untuk menghadapi tantangan itu, lanjutnya, tidak gampang, karena itu semua Babinsa sebagai aparat terdepan dalam masyarakat dikerahkan mendampingi para petani yang mengolah sawah, tetapi sebelum turun ke sawah diberikan pelatihan pertanian yang baik, sehingga orang tidak menganggp remeh tentara tidak mengerti terhadap masalah pertanian.
Jenderal Mulyono mengakui bahwa ketika dirinya turun ke lapangan, para Babinsa yang mendampingi para petani dapat menjalankan tugas mereka dengan baik.
"Saya bangga dan terima kasih bahwa apa yang diperankan oleh TNI di Maluku dan Maluku Utara adalah wujud tanggungjawab tentara, karena TNI rakyat juga, dan jati diri TNI sama saja dengan tentara rakyat. Jadi tentara berasal dari rakyat, berjuang untuk rakyat dan mati/hidup bersama-sama rakyat. Kalau saudara-saudara kita di seluruh wilayah NKRI ada yang susah, TNI juga merasa ikut susah," katanya.
Kasad menegaskan, tidak ada motif lain TNI turun ke sawah.
"Mohon maaf kalau saya dikritik bahwa sebagai pimpinan TNI AD lebih menonjolkan pencitraan, ini sangat berat bagi saya, karena pencitraan itu ada konotasi negatifnya yakni mencari muka. Padahal TNI berjuang untuk rakyat. Lilahi'ta Allah, Demi Tuhan Yang Maha Esa, apa yang dilakukan oleh TNI benar-benar murni, karena TNI berasal dari rakyat juga," ujarnya.
Menurut jenderal bintang empat ini, kalau rakyat sakit, tentara juga ikut sakit, sehingga atas dasar itulah, para pendahulu merumuskan bahwa disamping tugas menjaga keamanan negara atau berperang, tetapi kalau dalam kondisi aman TNI perlu berbuat sesuatu untuk rakyat.
Karena itu, disamping tugas-tugas pokok TNI, tentara juga berbakti kepada rakyat, bukan mengambil alih tugas orang lain, tetapi hanya ingin berbakti kepada rakyat dan membantu pemerintah di daerah dalam rangka melancarkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
"Atas dasar itulah TNI turun membantu masyarakat dengan setulus hati, tanpa ada motif lain dibalik itu. Memang banyak tantangan, TNI berbuat baik ada yang kritik, itu pencitraan. Untuk apa TNI turun ke sawah, karena tugas TNI memanggul senjata untuk perang. Tentara tugasnya bukan hanya berperang, karena TNI juga dari rakyat dan harus turun membantu rakyat di sawah," katanya.
"Jadi, sekalai lagi mohon maaf, TNI tidak akan bekerja mencari muka dengan siapa pun, tetapi bekerja untuk kesejahteraan rakyat," ujarnya.