REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman memamerkan tiga alat mesin pertanian hasil karya Balai Besar Mekanisasi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian di Serpong Tangerang.
Ketiganya yakni mesin panen jagung langsung pipil dan pengarugan kapasita 3-4 jam per hektare (ha), mesin olah tanah amphibi kapasitas 3-4 jam per ha dan mesin tanam jagung kapasitas delapan jam per ha.
"Sangat apresiasi kepada Staf Badan Litbang, tahun lalu kami pesan alat untuk panen jagung ternyata hasilnya setahun sudah selesai," kata Amran, Kamis (23/6). Ia juga sekaligus mencoba mengoperasikan mesin-mesin tersebut selama sekitar 15 menit dengan sumringah. Alat-alat tersebut dapat digunakan secara langsung untuk panen, olah tanah hingga kembali tanam.
Amran menguraikan, pertanian masa kini harus didukung teknologi guna mengefektifkan proses produksi. Selain itu, kehadiran mesin juga akan menghemat waktu dan tenaga manusia. Ia lantas berencana memesan alat panen tersebut dalam waktu dekat. "Setidaknya 500 combine harvester akan segera disebar ke petani," ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementan M Syakir menyebut, mekanisasi pertanian juga diarahkan pada penggunaan teknologi pascapanen.
Jika penerapannya efektif di kalangan petani secara meluas, ia optimis permasalahan harga bahan pangan dan hortikultura yang kerap berfluktuasi akan teratasi. Begitupun urusan panjangnya rantai pasok pangan dari petani ke masyarakat tidak akan terjadi lagi.
"Makanya harus ada integrasi, dimulai dari integrasi antar pengusaha," kata dia. Di antara teknologi tersebut yakni pengembangan sistem pengeringan dan penyimpanan bawang merah serta pengolahan cabai menjadi bubuk tanpa mengubah secara signifikan warna asli cabai.
Ada pula produk teknologi yang menghasilkan diversifikasi pangan tanpa merusak selera dan kebiasaan masyarakat.
"Misalnya sagu menjadi piza, sayur dibuat mi, sagu dan gandum dikolaborasikan untuk mengurangi konten terigu dalam membuat mi," ujarnya.
Teknologi pertanian juga akan meningkatkan nilai tambah produk pertanian, bahkan zero waste.
Balitbangtan menginginkan agar hasil-hasil riset dan penelitian tersebut tidak hanya berhenti di laci-laci perpustakaan dan jurnal akademik. Terdapat lebih dari 500-an teknologi pertanian yang tersedia dan menunggu dimanfaatkan. Salah satunya upayanya yakni membangun integrasi.