REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -– Keberadaan Toko Tani Indonesia (TTI) diharapkan mampu memotong tata niaga pertanian yang selama ini dinilai terlalu panjang. TTI juga diharapkan mampu menjadi alternatif dalam mengatasi fluktuasi harga bahan pokok di masyarakat.
Senin (27/6) diluncurkan Toko Tani Indonesia di Jawa Timur. Peluncuran ini bersamaan dengan Pasar Murah Ramadhan di Lapangan Makodam V Brawijaya. Acara tersebut juga dihadiri Gubernur Jawa Timur Soekarwo dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
Menteri Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman menyampaikan keberadaan TTI dapat mengurangi disparitas. Menurutnya, keberadaan TTI akan mengubah struktur pasar baru yang selama ini terbentuk puluhan tahun, rantai pasoknya terlalu panjang. “Misal beras, harganya Rp 7.500 per kg langsung dari petani, dan itu untung, artinya bila produksi 8 juta ton di Jatim, kita menekan 20 persen saja, kita menekan biaya untuk masyarakat sebesar Rp 12,8 triliun, dan ini luar biasa,” kata Mentan.
Menurutnya, cikal bakal TTI ini lahir di Jatim, yakni saat ia berkunjung ke Ngantang, Malang. Ia mengapresiasi keberadaan TTI di Jatim yang sudah sampai di kabupaten/kota dengan jumlah sekitar 160 TTI. Jumlah tersebut mencapai 23 persen jumlah TTI secara nasional yang sebanyak 700 TTI.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim Ardo Sahak, mengatakan, kegiatan TTI ini sebagai bagian pengembangan usaha pangan masyarakat. Tujuannya untuk mengatasi anjloknya harga saat panen raya dan tingginya harga saat paceklik.
“Caranya, dengan memberdayakan Gapoktan untuk menyuplai toko TTI dan bisa dijual ke masyarakat dengan harga wajar,” ujarnya dalam acara tersebut.
Menurutnya, saat ini Jatim punya 68 Gapoktan dan sekitar 160 TTI sebagai pelaksana pengembangan usaha pangan yang tersebar di 24 kabupaten/kota.