REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kini punya kesibukan baru, Twitter-an. Sebab, sejak membuka akun Twitter @SBYudhoyono, SBY kini semakin rajin berkicau di jejaring sosial burung biru tersebut.
Dengan membuka akun Twitter, jelas kesibukan SBY bertambah. Karena, selain menjadi Presiden RI, SBY juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Ketua Majelis Tinggi, sekaligus Ketua Dewan pembina Demokrat. Pertanyaannya, jika Presiden SBY sibuk di dunia maya, kapan ia mengurusi negara?
Jangan suudzon alias berburuk sangka dulu. SBY memiliki tujuan mulia ketika memutuskan membuka akun Twitter, setidaknya begitu klaim kakek dua cucu ini. Presiden asal Pacitan itu mengatakan, alasannya membuka akun Twitter agar rakyat biasa bisa berdialog secara bebas dan setara dengannya.
Sekali lagi timbul pertanyaan, rakyat mana yang dimaksud SBY? Soalnya, tidak semua rakyat Indonesia memiliki akun Twitter, mengingat jumlah masyarakat miskin yang gaptek alias gagap teknologi di Indonesia masih segunung.
Sebagai seorang pemimpin yang beragama Islam, sepatutnya SBY tidak hanya menyapa rakyatnya di dunia maya. Sebab, untuk mengetahui apa yang dirasakan rakyatnya, seorang pemimpin harus turun ke lapangan atau bahasa kerennya saat ini, blusukan. Sayangnya, blusukan yang acapkali dilakukan SBY sering dijadikan ajang pencitraan.
Memang, beberapa kali SBY sempat berkicau tentang situasi rakyatnya. Salah satu kicauannya adalah apa yang dialami Tasripin, bocah 12 tahun yang menjadi buruh tani demi menghidupi keluarganya. Warga Dusun Pesawahan, Desa Gunung Lurah, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, itu terpaksa putus sekolah dan menjadi tulang punggung keluarga agar tiga adiknya tetap bisa makan.
SBY tercatat tiga kali ngetwitt soal Taspirin. Kisah Tasripin, Banyumas, usia 12 tahun, yang menjadi buruh tani untuk menghidupi ketiga adiknya sungguh menggores hati kita, tulis SBY, Kamis (18/4) pukul 08.20 WIB.
Saya akan segera mengutus Staf Khusus saya, bekerja sama dgn Gubernur Jateng, utk mengatasi persoalan hidup Tasripin.
Tasripin terlalu kecil utk memikul beban dan tanggung jawab ini. Secara moral, saya dan kita semua harus membantunya.
Ketika twitt tersebut diakhiri dengan tanda *SBY*, yang berarti twitt tersebut langsung SBY yang menulisnya, bukan admin yang mengelola akun @SBYudhoyono.
Kicauan itu bisa jadi justru membuat SBY dicap sebagai pemimpin yang kurang bertanggung jawab. Sebab, seorang Taspirin dan puluhan juta anak-anak miskin yang mengalami nasib serupa, tak hanya membutuhkan ucapan iba, apalagi dari seorang pemimpin. Yang rakyat miskin butuhkan adalah tanggung jawab SBY sebagai pemimpin 220 juta penduduk Indonesia.
Sebagian dari kita mungkin pernah mendengar kisah Umar Bin Khattab Radiallahu anhu yang memanggul sekarung gandum untuk rakyatnya yang kelaparan. Awalnya, saat sedang blusukan, salah satu khalifatul rasidin tersebut memergoki seorang ibu yang sedang memasak batu untuk anak-anaknya yang kelaparan. Ibu yang sudah menjadi janda itu, terpaksa beberapa kali berbohong kepada anaknya yang bertanya kapan makanannya matang, hingga anak-anaknya tertidur karena kelaparan.
Hati pria berjuluk Singa Padang Pasir itu langsung terkoyak melihat pemandangannya tersebut. Ia langsung pergi ke gudang negara untuk mengambil sekarung gandum dan memanggulnya sendiri. Umar tahu persis, sebagai seorang pemimpin, ia bakal dimintai pertanggungjawaban di akhirat oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Dan ia tak ingin ibu dan anak-anaknya meminta pertanggung jawaban Umar di akhirat.
Lalu apakah sebagai seorang presiden, SBY sudah mengikuti jejak Umar yang memanggul sendiri makanan untuk rakyatnya? Jika belum, dan tak ingin kerepotan ketika dimintai pertanggungjawaban di akhirat, ada baiknya SBY sesegera mungkin menjadi pemadam kelaparan bagi rakyatnya.
Tak hanya itu, sebelum masa kepemimpinannya habis pada 2014 mendatang, sepatutnya SBY memuliakan dan mengangkat rakyat-rakyatnya dari kubang kemiskinan. Rakyat tak butuh keluh kesah di dunia maya, tapi tindakan real di dunia nyata. Sebab, SBY sampai saat ini adalah Presiden Republik Indonesia, bukan Presiden Republik Twitter.