Senin 05 Aug 2013 07:06 WIB

Mudik dan Suksesi Para Perantau

Sejumlah pemudik mengantre masuk KRI Banda Aceh di Pelabuhan Nusantara Pura, Tanjung Priok, Jakarta, Ahad (4/8).   (Republika/Adhi Wicaksono)
Sejumlah pemudik mengantre masuk KRI Banda Aceh di Pelabuhan Nusantara Pura, Tanjung Priok, Jakarta, Ahad (4/8). (Republika/Adhi Wicaksono)

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Maman Sudiaman (Kepala Newsroom Republika)

Arus mudik sudah berdenyut sejak sepekan lalu. Kenaikan pemudik berbarengan dengan dimulainya masa liburan sekolah dan buruh di sejumlah pabrikan. Beberapa lembaga swasta pun banyak yang memulai libur kerja terhitung mulai Senin (5/8).

Mudik menjelang Lebaran sepertinya sudah menjadi budaya bangsa kita. Meski tiket bus, kapal laut, maupun pesawat terbang naik berlipat, tak mengurungkan sebagian besar niat para pemudik bersilaturahim dengan sanak saudara pada hari Lebaran.

Antrean calon penumpang di sejumlah bandar udara, pelabuhan, serta sejumlah terminal bus maupun stasiun kereta api menjadi tolok ukur keberhasilan kolektif yang telah dilakukan para perantau di negeri ini. Ungkapan rasa syukur sekaligus kebanggaan akan usaha yang telah diraih selama di perantauan menjadi bumbu penyedap obrolan saat bersilaturahim di kampung halaman.

Petugas pengelola terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan laut dan udara, termasuk TNI dan Polri sudah terlihat sibuk memberikan layanan bagi pemudik. Laporan dari berbagai lembaga pemerintahan terkait mudik ini menyebutkan, baik pemudik maupun moda angkutan, jumlahnya selalu mengalami kenaikan rerata hingga 10 persen. Ragam kendaraan yang antre memadati pelabuhan penyeberangan maupun pemandangan hiruk pikuknya orang di bandar udara menjadi buah keberhasilan atas naiknya pertumbuhan ekonomi bangsa ini.

Naiknya jumlah pemudik tahun ini pun tak memupuskan cerita elegi yang dialami sejumlah buruh yang belum mendapat tunjangan hari raya (THR) hingga terpaksa menahan diri untuk tak mudik. Banyak di antara mereka yang akhirnya tertolong bantuan mudik gratis. Tak cuma lembaga perusahaan swasta, seperti tahun sebelumnya, sebuah partai politik ada yang menggelar mudik gratis.

Hadirnya bantuan kapal dari TNI Angkatan Laut menjadi pelepas dahaga 2.000 pemudik bisa sampai ke tempat keluarganya di kampung halaman. Pelepasan kapal bantuan TNI AL oleh SBY menjadi cerita tersendiri ketika sang presiden memberikan tips kepada para penumpang yang sebagian besar belum pernah menggunakan moda angkutan laut. "Selama di kapal kalau ombaknya goyang-goyang pusing dikit, keluar geladak. Lihat pemandangan dan hirup udara segar, biasanya sehat kembali. Itu resep terbaik," katanya, Ahad (4/8).

Presiden lupa, tips itu mungin hanya berlaku bagi kapal bantuan TNI atau paling tidak kapal penumaang yang beroperasi pada hari normal di luar mudik Lebaran. Yang jelas, setiap mudik, hampir semua sudut ruangan di kapal laut terisi penuh oleh penumpang. Jangankan lorong di setiap koridor kelas bisnis, tempat sekoci pun sudah disesaki penumpang. Karenanya, saat pusing kepala mengadang dan mual mendera perut, bisa jadi muntah mendadak tanpa bisa menghirup udara segar dari area geladak kapal.

Membeludaknya penumpang itu juga menunjukkan toleransi kenaikan 10 persen jumlah penumpang maupun barang dilanggar pengelola angkutan kapal. Sedianya, sistem manifes di setiap moda angkutan, baik laut, udara, maupun darat diawasi dengan lebih ketat. Ingat, kelebihan muatan kerap menjadikan pemicu terjadinya kasus kecelakaan transportasi di negeri ini

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement