Sabtu 22 Feb 2014 06:00 WIB

Duta Merek Klub

Ronaldo Luís Nazário de Lima
Ronaldo Luís Nazário de Lima

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Purnama Putra

Twitter: @eaglealone

Paris Saint-Germain (PSG) tidak berhenti menciptakan terobosan dalam upaya mengenalkan organisasi di tingkat global. Setelah meluncurkan laman resmi klub dalam beberapa versi bahasa, termasuk Indonesia untuk meningkatkan jumlah pendukungnya, di mancanegara, PSG juga menggandeng brand ambassador (duta merek).

Kalau duta untuk Indonesia dipilih Anggun C Sasmi, maka untuk duta merek klub secara global dipilihlah Ronaldo Luis Nazario da Lima. Legenda Samba tersebut digandeng untuk digunakan sebagai ikon pemasaran klub. Nama besar pria berusia 37 tahun itu menjadi garansi hingga membuat Les Parisiens menjalin kemitraan dengannya.

Tentu saja langkah juara bertahan Ligue 1 Prancis itu sudah didahului pertimbangan matang. Ronaldo dikenal sebagai pemain terbaik pada eranya. Meski sering dibekap cedera parah, pecinta bola tidak meragukan kehebatannya di lapangan.

Sederet prestasi di tingkat klub maupun internasional disabetnya. Dia berpartisipasi mengantarkan timnas Brasil menjadi juara Piala Dunia 1994 dan 2002. Torehan delapan gol membuatnya menjadi top skorer Piala Dunia 2002. Status pencetak gol terbanyak sepanjang masa dengan koleksi 15 gol masih disandangnya.

Bersama Cruzerio, PSV Eindhoven, Barcelona, Inter Milan, Real Madrid, dan Corinthians, Ronaldo meraih beragam trofi. Itu belum termasuk sederetan trofi pribadi sebagai pemain terbaik dan pencetak gol terbanyak di liga domestik. Paling mentereng, penghargaan Pemain Terbaik Dunia tiga kali disabetnya. Alhasil, hanya trofi Liga Champions Eropa saja yang belum pernah diraihnya.

Tidak salah, julukan Sang Fenomena disematkan kepadanya. Jika Ronaldinho diakui kehebatannya hanya ketika masa jayanya bersama Barcelona maka Ronaldo diapresiasi sejak 1990-an hingga akhir 2000-an. Bahkan, Zlatan Ibrahimovic menjadikannya sebagai idola di lapangan.

Ibracadabra bahkan berani melabeli Cristiano Ronaldo bukan Ronaldo yang sebenarnya. Ronaldo yang benar-benar membuatnya berdecak kagum adalah Ronaldo Luis. Pun dengan Paolo Maldini yang menyanjung Ronaldo. Mantan kapten AC Milan tersebut menyebut Ronaldo sebagai pemain tersulit yang pernah dihadapinya.

Saking populernya, bahkan di Indonesia pernah dibuat tayangan televisi tentang Ronaldo. Almarhumah Sukma Ayu memerankannya sebagai Si Kuncung—dengan gaya plontos dan hanya menyisakan sedikit rambut di bagian depan. Adapula sinteron Ronaldowati yang jelas-jelas terinspirasi dari pemain kelahiran Rio de Janeiro itu.

Dengan begitu, tinggal masalah waktu saja bagi klub milik Nasser Al-Khelaifi itu untuk semakin menahbiskan diri masuk ke dalam jajaran klub elite Eropa. Apalagi, PSG sudah menempati peringkat kelima sebagai klub dengan pendapatan terbesar mencapai 400 juta euro atau sekitar Rp 6,4 triliun.

Karena itu, tidak mengagetkan kalau PSG menjadikan Ronaldo sebagai duta merek. Pengalamannya sebagai duta Brasil di Piala Dunia 2014, setidaknya akan digunakannya dalam mempromosikan klub asuhan Laurent Blanc itu agar semakin dikenal banyak orang.

Duta merek klub memang semakin mendapat perhatian bagi setiap klub Eropa. Entitas sepak bola yang semakin tidak bisa dipisahkan dari industri membuat setiap klub terus berupaya membuat terobosan.

Pun dengan Inter Milan. Negoisasi La Beneamata untuk merekrut Nemanja Vidic tidak semata pertimbangan pengalaman dan kualitas semata sang pemain. Berbagai media mengklaim Presiden Erick Thohir juga mendasarkan pada nama besar Vidic di dunia sepak bola.

Statusnya sebagai kapten Manchester United yang sanggup meraih belasan trofi dalam delapan tahun terakhir membuat Vidic memiliki penggemar cukup banyak di berbagai belahan dunia. Karena itu, kedatangannya sekaligus akan digunakan sebagai duta merek klub untuk semakin mengenalkan Inter di pasar Asia, khususnya Indonesia.

Alhasil, Inter tidak keberatan harus mengalokasikan gaji sebesar 3 juta euro (Rp 48,2 miliar) per musim untuk Vidic. Nilai itu termasuk besar untuk ukuran pemain 32 tahun. Namun, dengan merekrut Vidic, Nerazzurri ingin mendapatkan imbal balik dari pemasukan sebagai jasa atas kontrubusi palang pintu asal Serbia itu di luar lapangan.

AC Milan juga sudah melakukan strategi serupa. Pertimbangan Wakil Presiden Adriano Galliani merekrut Keisuke Honda dari CSKA Moskow tentu saja tidak sekadar disebabkan statusnya bebas transfer. Rossoneri juga punya insting ingin meningkatkan citranya di Jepang. Dengan begitu, penggemar mereka di negeri Sakura itu bisa bertambah.

Terbukti, setiap pekan di San Siro (Giuseppe Meazza) selalu dihadari penonton yang merupakan warga Jepang, yang tinggal di Italia. Mereka bergantian datang bukan semata ingin menonton Milan atau Inter bertanding, melainkan pula ingin mendukung kiprah Honda maupun Yuto Nagatomo.

Pada era sepak bola sudah menjadi entitas bisnis seperti sekarang, mau tidak mau klub harus terus melakukan pemasaran citra klub. Apalagi, sebagian besar suporter klub besar Benua Biru malah berada di Benua Asia.

Karena itu, keberadaan duta merek klub akan menjadi perpanjangan tangan untuk mendekatkan fans dengan klub yang dicintainya. Tugas lainnya duta merek klub adalah menjadi delegasi resmi ketika sebuah klub mengadakan sebuah acara di negara lain untuk menyapa penggemar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement