REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Arif Supriyono
Di wilayah Asia, negara Maladewa tergolong paling sempit. Jumlah penduduknya pun paling sedikit. Luas wilayah negara yang berbatasan dengan India dan posisinya berjarak sekitar 700 km sebelah barat daya Sri Lanka ini hanya sekitar 298 km2. Luas ini tak sampai separuhnya dari wilayah Jakarta yang mencapai 661, 52 km2.
Sampai akhir 2013, penduduk yang tinggal di sana hanya sekitar 350 ribu jiwa. Hampir sama dengan jumlah penduduk satu kecamatan di kawasan Pulau Jawa.
Negeri ini pernah berada di cengkeraman penjajah Portugis selama 15 tahun. Setelah itu, sejak 1887 hingga merdeka pada 26 Juli 1965, Maladewa masuk dalam koloni Inggris.
Mulai berdiri sebagai suatu wilayah tersendiri, Maladewa alias Maldives senantiasa berbentuk Kesultanan Islam. Negeri ini bahkan berani menyatakan 100 persen penduduknya beragama Islam. Mereka umumnya berasal dari keturunan Persia/Arab, Indian, Afrika, India, dan Sri Lanka yang telah beranak-pinak dan membentuk komunitas sendiri.
Ketinggiian wilayah Maladewa hampir sejajar dengan laut yang mengelilinginya. Kawasan tertinggi di negara kepulauan yang dikelilingi pulau karang (atol) itu hanya sekitar 2,3 m di atas permukaan air laut. Jadi, jangan heran andai kelak permukaan air laut naik maka pulau ini pun bisa tenggelam karenanya. Adapun rata-rata ketinggian di kepulauan Maladewa hanya sekitar 1,5 m di atas permukaan air laut.
Popularitas negara ini nyaris tak terdengar. Prestasi olahraga mereka juga tak sampai mencuat. Untuk urusan sepak bola dengan mereka, kita boleh berbangga diri. Tim sepak bola mereka masih kalah ‘kelas’ dari timnas Indonesia.
Timnas kita berada di peringkat 128 dunia --berdasarkan ranking yang disusun Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA)-- sedangkan mereka hanya bercokol di posisi 170. Dalam sebuah laga persahabatan di Bandung pada 2010 lalu, timnas kita unggul 3-0 atas Maladewa. Apalagi untuk urusan tepok bulu, Maladewa tak ada apa-apanya dibanding negara kita.
Maladewa yang menurut bahasa Sansekerta berarti untaian/berkalung pulau itu memang memiliki 20 atol. Pulau karang itu mengelilingi dengan indah wilayah negeri mereka. Keberadaan barisan atol itu pula yang mungkin membantu negeri mereka dari serbuan banjir pada 1987. Bahkan, sapuan badai tsunami pada 2004 lalu pun tak sampai meluluhlantakkan seluruh penjuru negeri, meski banyak kawasan rusak parah.
Negara yang memiliki tujuh provinsi itu mengandalkan ekspor ikan tuna sebagai pemasukan utama negaranya. Di samping itu, pariwisata juga menjadi primadona lain untuk mengeruk devisa negara. Ketenaran Maladewa lebih banyak terkait dengan sensasi dan promosi. Pada tahun 2006 misalnya, Maladewa mencatat rekor dunia sebagai negara dengan jumlah penyelam (scuba diving) paling banyak dalam satu kesempatan. Rekor ini lalu pecah saat Indonesia mengambil alih sensasi itu pada 2009.
Maladewa juga menjadi negara pertama yang memunyai kedutaan besar dalam dunia maya pada 2007. Tak lama berselang, dengan dipimpin Presiden Muhamed Nasheem, Maladewa juga menjadi negara pertama di dunia yang rapat kabinetnya berlangsung di dalam laut. Dalam rapat kabinet itu, semua peserta membubuhkan tanda tangan atau deklarasi untuk aksi menyongsong perubahan iklim global.
Nilai sensasi serta promosi itu bertambah ‘setengah’ tatkala beberapa hari lalu beredar foto Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (Ical), dan anggota DPR, Azis Syamsuddin yang tengah berwisata menggunakan pesawat pribadi ke Maladewa pada tahun 2010. Bagi para anggota dewan --apalagi tokoh sekaliber Ical-- berwisata ke luar negeri merupakan sesuatu yang jamak belaka.
Hal yang menjadi agak aneh bagi publik adalah dua cewek yang menyertai, yakni artis cantik kakak-beradik Marcella Zalianty dan Olivia Zalianty. Semuanya sudah mengakui, peristiwa dan foto-foto itu benar adanya dan bukan rekayasa. Keberadaan boneka beruang yang ikut nampang di foto pun diakui.
Mereka juga menjelaskan kedekatan secara pribadi antara kerabat Ical dengan keluarga dua artis itu. Saya pun yakin, ada orang lain yang ikut di antara mereka, paling tidak sang pilot dan pramugari.
Berpelesir dengan orang yang sudah dikenal dekat juga merupakan hal yang lazim. Menjadi tidak lazim karena dalam gambar itu mereka hanya berempat: dua laki-laki dan dua perempuan yang bukan muhrim. Tak ada orang tua dari dua perempuan itu yang terlihat dalam gambar tersebut. Lokasi wisatanya pun di luar negeri pula.
Saya tak hendak membahas lebih jauh karena ini bisa menimbulkan fitnah yang mahadahsyat. Saya pun tak punya bukti lebih dari itu. Apalagi, ini menjelang pemilu serta pemilihan presiden. Saya hanya mempersilakan masyarakat awam untuk merenung dan berpikir menurut akal sehat masing-masing.
Kalau hasil perenungan itu berbuah hal positif, ya bersyukurlah. Sebaliknya, kalau kemudian menemukan simpulan negatif, maka beristighfarlah.