REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fernan Rahadi
Italia pernah dikenal sebagai negara yang memproduksi kiper-kiper hebat. Pada era 90-an, siapa pun pelatih tim nasional Gli Azzurri, mulai dari Arrigo Sacchi, Cesare Maldini, sampai Dino Zoff, sering dipusingkan dengan melimpahnya stok pemain yang bertugas berjaga di bawah mistar.
Sebut saja Gianluca Pagliuca (Inter Milan) yang mengawal gawang Italia pada Piala Dunia 1994 dan dua pelapisnya, Luca Marchegiani (Lazio) dan Luca Bucci (Parma). Kemudian, hanya selang dua tahun, pada Euro 1996, muncul nama-nama baru seperti Angelo Peruzzi (Juventus) dan Francesco Toldo (Fiorentina). Nama terakhir kemudian bersinar empat tahun kemudian setelah menjadi pahlawan Azzurri saat adu tos-tosan melawan Belanda pada semifinal Euro 2000.
Selain lima nama di atas, masih ada kiper-kiper kawakan seperti Sebastiano Rossi (AC Milan) dan Giuseppe Taglialatela (Napoli). Sayang, Rossi dan Taglialatela tak sempat mencicipi kostum tim nasional akibat terbatasnya kuota untuk kiper pada turnamen-turnamen besar yang diikuti Italia.
Namun, setelah tahun 2000, kualitas kiper-kiper Italia mulai menurun. Hal itu tecermin dengan lamanya seorang Gianluigi Buffon menjadi palang pintu utama Azzurri. Tercatat sejak Piala Dunia 2002 sampai Piala Dunia 2014 lalu, Buffon seolah tak tergantikan di bawah mistar skuat Italia.
Kiper-kiper seperti Christian Abbiati, Marco Amelia, Morgan De Sanctis, hingga Federico Marchetti seolah hanya mampir untuk mengisi pelapis Buffon. Bahkan, hanya Marchetti yang beruntung bisa tampil di turnamen besar, yakni pada tiga laga Piala Dunia 2010 akibat Buffon mengalami cedera.
Mulai tahun 2014 ini, krisis penjaga gawang di Italia tampaknya akan berakhir. Tidak hanya karena membaiknya performa Salvatore Sirigu sebagai pelapis Buffon, tapi juga munculnya kiper-kiper muda yang menjanjikan di level klub.
Mayoritas para kiper muda itu kelahiran tahun 1985 ke atas, bahkan 1990 ke atas. Artinya, jika menilik usia Buffon (kelahiran 1978), bisa dibilang generasi kiper hebat Italia telah muncul. Sirigu (1987) dan Mattia Perin (1992) telah menjadi kiper pilihan Italia pada Piala Dunia lalu. Namun, generasi di bawahnya seakan sudah tak sabar untuk unjuk gigi.
Sebut saja Francesco Bardi (22 tahun). Kiper Inter Milan yang tengah dipinjamkan ke Chievo Verona itu kini menjadi pilihan pertama skuat timnas Italia U-21 atau yang biasa disebut Azzurrini. Kemudian, ada Nicola Leali (21 tahun), kiper Juventus yang sedang menjalani masa peminjaman di Cesena.
Salah satu nama bahkan sempat menjadi fenomena karena nyaris dipanggil pelatih Cesare Prandelli pada Piala Dunia lalu. Ia adalah penjaga gawang Udinese, Simone Scuffet. Pemain yang baru berusia 18 tahun itu pun sempat disebut-sebut diminati Atletico Madrid untuk menggantikan Thibaut Courtois.
Melihat deretan nama-nama tersebut, siapa pun pelatih Italia, termasuk yang teranyar Antonio Conte, tak perlu pusing-pusing menentukan siapa penerus Buffon seandainya sang portiere itu memutuskan pensiun atau mengalami cedera.
"Saya senang menjadi bagian dari generasi yang kuat seperti ini," ujar Bardi kepada situs resmi Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Rabu (3/9). "Kami memiliki banyak kualitas dan menyenangkan melihat klub-klub besar menaruh kepercayaan kepada para pemain mudanya," tambah kiper jebolan Livorno itu.
Bardi mungkin banyak benarnya. Akibat krisis finansial, kini tim-tim yang berlaga di Seri A Italia mulai melirik para pemain muda. Bahkan, tim seperti AC Milan yang pada masa lalu sering belanja pemain, kini mulai menaruh kepercayaan kepada para pemain muda, sebut saja Stephan El Shaarawy dan Mattia De Sciglio.
Jika keadaan seperti ini terus berlangsung di Italia, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun mendatang kita akan lebih sering menyaksikan kiper-kiper hebat produk asli Italia di kompetisi Seri A.
Ikuti informasi terkini seputar sepak bola klik di sini