Rabu 11 Feb 2015 21:36 WIB

Hendropriyono dan Dua Budi

Mantan kepala BIN AM Hendropriyono menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (21/10).
Foto: Antara
Mantan kepala BIN AM Hendropriyono menemui Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Selasa (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Erdy Nasrul

twitter: @erdynasrul

Konflik KPK-Polri telah memasuki babak baru. Ceritanya semakin kompleks. Intrik semakin intensif digencarkan. Aktor semakin matang dalam menghayati perannya. Tapi layaknya penikmat film, sering kita lupa cerita di balik. Dibalik kekisruhan ini ada Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), A.M. Hendropriyono.

KPK dibuat tak berdaya dihadapan para koruptor. Walau bagaimanapun sulit untuk mengubah wajah KPK yang selama ini dianggap sebagai pahlawan bagi rakyat dalam memberantasan korupsi menjadi penjahat yang menakutkan.

Drama politik dan hukum ini dimulai saat dari pelaksana tugas Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, muncul dengan masker dan topi dihadapan media massa. Dia menuding Ketua KPK Abraham Samad pernah melakukan deal politik untuk meloloskan ambisinya sebagai wakil presiden saat Pilpres 2014.

Hasto berdalih hanya merespon tulisan Sawito Kartowijoyo di sebuah blog yang berjudul ‘Rumah Kaca Abraham Samad’. Tulisan tersebut tampaknya menjadi naskah awal dalam rangkaian cerita yang tengah disorot publik saat ini. Momentum tampaknya sudah diperhitungkan, sesaat sesudah calon tunggal Kapolri Komjen Pol Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK.

Hasto sebagai aktor yang piawai langsung bergerak menangkap momentum dengan dua misi sekaligus: mendelegitimasi KPK secara politis, dan membela Budi Gunawan. Dalam narasi Hasto, Abraham Samad dicitrakan punya dendam politik pribadi kepada Budi Gunawan. Cerita yang diulang kembali dari pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri dan di hadapan DPR.

Lantas apa yang dilakukan Hendropriyono? Dia tak banyak muncul di public, Perannya menjaga ritme cerita sangatlah penting. Saat ingin mengungkap peran Abraham Samad lewat konferensi pers bersama Hasto, Hendro sempat diisukan akan hadir namun belakangan dibatalkan.

Padahal dalam selebaran di dunia maya pada 22 Januari jelas tertera nama Hasto Kristiyanto dan Hendropriyono akan hadir di Jl. Cemara No. 19 dan sebuah apartemen. Hendropriyono belakangan menerangkan bahwa dia pernah bertemu dengan Abraham Samad satu kali saat Pilpres 2014.

Jejak sentuhan Hendropriyono juga terlihat saat kepergok wartawan menemui Presiden Jokowi di sela-sela memanasnya konflik KPK-Polri awal Februari lalu. Desas-desus yang beredar, ada pesan sederhana yang ingin disampaikan Hendropriyono untuk meminta Presiden Jokowi tetap melantik Komjen Budi Gunawan.

Peran Hendro dalam pelemahan KPK itu pun menampakkan sentuhannya ketika ada penggantian Kabareskrim Mabes Polri Irjen Pol Budi Waseso, menggantikan Komjen Pol Suhardi Alius yang dituduh membocorkan data korupsi Budi Gunawan ke KPK. Hendropriyono menampakkan namanya dalam sebuah karangan bunga ketika Budi Waseso naik pangkat menjadi Komjen. Dia menjadi satu-satunya orang yang mengirim karangan bunga kepada Budi Waseso.

Kabareskrim saat ini berperan dalam menangkap Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto. Setelah itu, seluruh pimpinan KPK menjadi terlapor, bahkan tersangka perkara hukum.

Hendropriyono memang handal mengatur peran, terlebih menantunya Mayjen TNI Andika Perkasa sudah ditempatkan di istana sebagai Komandan Paspampres. Mata dan telinga Hendropriyono terus memantau pergerakan di pusat kekuasaan. Di Istana, Hendropriyono memiliki Andika. Di Polri, dia pasti memiliki orang kepercayaan. Karangan bunga bisa jadi menunjukkan siapa orang kepercayaan mantan kepala BIN ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement