REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Muhammad Akbar
Sesungguhnya apa yang kita harapkan dari hadirnya sebuah kompetisi? Saya yakin kita semua sepakat kompetisi dihadirkan untuk mengasah kemampuan para pemain nasional kita agar menjadi lebih baik. Lalu dengan hadirnya kompetisi yang sehat dan terjadwal secara baik, tentunya akan memudahkan mencari pemain yang layak dipanggil membela tim nasional. Itulah keyakinan saya, mungkin juga Anda.
Tapi apa yang terjadi jika kompetisi sekelas Indonesia Super League (ISL) masih saja mengalami tarik ulur dalam menentukan waktu kick-off? Lantas di saat yang sama, sudut pandang kita seakan-akan dibuat menjadi terbelah; antara mendukung kick-off kembali ditunda dan kick-off tetap sesuai jadwal pada 4 April mendatang. Inilah sebuah dilema yang hanya membuat saya bergeleng kepala.
Kita seakan-akan seperti dipaksa untuk melihat dua kekuatan saling berseteru, Badan Organisasi Profesional Indonesia (BOPI) dan PT Liga. BOPI yang notabene berada segaris dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga memperlihatkan sikap kritisnya terhadap penyelenggaraan ISL 2015. Menteri Imam Nahrawi telah mengumumkan sikapnya agar kick-off ISL 2015 ditunda pada Februari lalu. Pijakan yang digunakannya ketika itu adalah hasil verifikasi yang dilakukan BOPI kepada 18 klub yang menjadi kontestan ISL 2015.
Diantara poin yang diverifikasi BOPI itu terkait dengan persyaratan klub harus memiliki surat bebas tunggakan, laporan keungan, NPWP, bukti pungutan pajak hingga dokumen kegiatan sosial klub. Dalam konteks profesional, rasanya hal yang diminta oleh BOPI bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Sayangnya hingga sepekan mendekati tenggat waktu 4 April 2015, BOPI lagi-lagi bersuara sumbang bahwa masih ada klub ISL 2015 yang belum menuntaskan persyaratannya. Sinyal untuk menunda kick-off kembali menguat.
Di sisi yang berseberangan, PT Liga juga tak mau hilang akal. PT Liga ini merupakan kepanjangan tangan dari PSSI. Rencana untuk tetap menggelar kick-off sesuai jadwal pada 4 April juga makin menguat. Terakhir datangnya 'bantuan' dari KONI Pusat. Entah apa maksudnya, KONI justru melayangkan surat rekomentasi kick-off kepada PSSI dan bukan kepada pemerintah. Poin rekomendasi itu adalah kompetisi harus berjalan sesuai jadwal. Belakangan, surat rekomendasi ini justru menimbulkan polemik terkait keaslian maupun pihak yang diberi rekomendasi.
Tapi PT Liga masih terus berbenah. Termasuk menyusun draft jadwal kompetisi. CEO PT Liga, Joko Driyono, pernah mengabarkan jadwal yang disusunnya itu akan membuat kompetisi berlangsung padat, dari Senin hingga Ahad bakal ada pertandingan. Jadwal-jadwal itu tentunya harus disesuaikan juga dengan jadwal training centre (TC) timnas maupun jadwal laga internasional yang harus dijalani skuat Merah Putih dalam berbagai macam event.
Di sinilah persoalan yang bakal muncul jika kick-off ISL 2015 kembali lagi mengalami penundaan. Akselerasi jadwal tentunya menjadi persoalan yang sangat pelik. Saya yakin ketika penundaan kembali lagi terjadi maka tak hanya Joko Driyono saja yang harus lebih memeras otak.
Lebih dari itu, pihak klub tentunya bakal berhitung ulang dengan budjeting maupun persiapan remeh temeh lainnya. Misalnya saja seperti yang pernah disampaikan Manajer Persib Umuh Muchtar. Ia memberikan contoh paling sederhana bagaimana dengan urusan tiket yang telah disiapkan sejak jauh hari? Andai kick-off itu kembali tertunda maka lembaran tiket yang telah disiapkan bakal menjadi tumpukan kertas bekas saja. Belum lagi dengan semakin molornya pembayaran gaji kepada pemain dan pelatih sebagai buntut tertundanya kick-off tadi.
Inilah sebuah dilema. Tapi dari dilema ini, saya semakin yakin bahwa sebagian besar klub yang berkontestasi di panggung ISL 2015 ini memang harus didorong agar bersikap lebih profesional. Toh, kewajiban membayar pajak atau melaporkan pajak, misalnya, bukankah hal yang lazim?
Jika persoalannya klub masih enggan untuk bersikap terbuka dalam urusan manajemen keuangan, rasanya sangat tidak elok jika harus menghancurkan tatanan yang sudah dibuat ajeg. Marilah semua pihak untuk bersikap jangan lagi menyimpan dusta diantara kita!
Kick-off ISL sudah sepantasnya tidak lagi mengalami penundaan. Tentunya, hal itu harus dibarengi dengan political will dari PT Liga bersama klub ISL agar lebih cepat berbenah diri menjadi profesional. Terakhir pantaslah jika kita mengenang kembali ucapan Gus Dur yang melegenda: Gitu Aja Kok Repot!