Oleh: Muhammad Iqbal
Redaktur Republika
Dalam khazanah peribahasa Indonesia, terdapat sebuah kalimat nan mahsyur. Menjilat ludah sendiri. Dari berbagai sumber, arti peribahasa tersebut adalah seseorang yang menarik kembali pernyataannya (membatalkan perjanjian) baik karena terpaksa maupun karena kebiasaan.
Sengaja penulis mengangkat peribahasa di atas selepas membaca sebuah artikel di media massa nasional. Tulisan yang diangkat berkaitan dengan Derby della Madoninna malam nanti antara Inter Milan kontra AC Milan di stadion Giuseppe Meazza. Sang protagonis adalah pelatih I Diavolo yaitu Sinisa Mihajlovic.
Sekadar mengingatkan, Mihajlovic pernah membela Inter di pengujung karirnya yaitu pada medio 2004-2006. Kala itu, pria berkebangsaan Serbia ini tampil dalam 25 laga dengan raihan lima gol. Mihajlovic turut menjadi bagian I Nerazzurri merebut Seri A 2005/2006, Coppa Italia 2004/2005 dan 2005/2006 serta Super Coppa Italiana 2005.
Pascapensiun, Mihajlovic menjadi asisten Roberto Mancini di Inter. Setelah dua tahun, pria kelahiran Vukovar ini mencoba peruntungan dengan melatih Bologna, Catania serta Fiorentina. Pernyataan menarik dilontarkan Mihajlovic tatkala menangani Fiorentina.
Dalam sebuah wawancara yang dilansir laman Forza Italian Football, Jumat (11/9), Mihajlovic menyebut dirinya tidak akan melatih AC Milan di masa mendatang. "Sebagai bentuk hormat kepada Inter, saya tidak akan melakukan itu kepada para fan," ujar pria yang memulai karirnya di Borovo tersebut. Selain I Rossoneri, Mihajlovic juga berkata tidak akan melatih Roma, Palermo dan Genoa.
Sebagai pelatih, masih dalam wawancara yang sama, Mihajlovic mengaku memiliki mimpi melatih tim nasional Serbia dan beberapa klub Serie A yang pernah dibela semisal Sampdoria, Lazio dan tentu saja Inter. Hingga sekarang, Miha, sapaan akrabnya telah melatih Serbia (2012-2013) dan Sampdoria (2013-2015).
Namun, apa yang terjadi pada 16 Juni 2015 sungguh di luar dugaan. Mihajlovic memutuskan untuk menjadi pelatih AC Milan. Mihajlovic menggantikan Filippo Inzaghi yang dipecat manajemen I Diavolo.
Saat diperkenalkan sebagai pelatih Milan, tak banyak komentar yang dilontarkan pria yang dikenal sebagai eksekutor tendangan bebas anda itu. "Saya siap menangani klub besar (Milan)," ujarnya di laman resmi UEFA. "Sebuah tantangan yang sangat menarik," lanjutnya.
Pelaku lain
Sinisa Mihajlovic hanya satu dari sekian persona di kancah persepakbolaan yang tak dapat dipegang kata-katanya. Sosok berikut yang penulis cuplik tidak kalah tenar. Cesc Fabregas.
Dibesarkan oleh Arsenal, Fabregas tumbuh sebagai gelandang tengah yang disegani. Tidak hanya di Inggris Raya melainkan juga Eropa, bahkan dunia. Berbagai gelar di level nasional, regional maupun internasional, bersama Arsenal maupun tim nasional Spanyol, berhasil dipersembahkannya.
Selepas delapan tahun membela panji-panji the Gunners, Fabregas memutuskan hengkang ke klub masa kecilnya, Barcelona pada 2011. Publik sepak bola, sebagaimana penulis, tentu memiliki pikiran serupa bahwa pemain kelahiran Arenys de Mar akan bermain hingga akhir karir bersama Barcelona. Namun, yang terjadi pada 2014 lalu sungguh di luar dugaan.
Tepat pada 12 Juni 2014, Fabregas hengkang ke Chelsea dengan nilai transfer 33 juta euro. Fabregas dikontrak selama lima tahun dan mengenakan kostum nomor punggung 4. Keputusan Fabregas tentu berbeda dengan kata-kata sang pemain yang pernah dia lontarkan.
"Jika suatu hari nanti meninggalkan Arsenal, saya tidak akan pernah bergabung dengan tim Inggris lainnya. Saya sangat yakin akan hal tersebut," ujarnya dalam wawancara dengan Don Balon. Namun, kenyataan yang terjadi teramat kontras. Fabregas memutuskan kembali berkompetisi di Inggris dengan penuh kegembiraan.
"Jika saya tidak yakin akan bahagia bersama Chelsea, tentu saya tidak akan pernah membuat keputusan ini," katanya. Selain Fabregas, sosok lain yang menjilat ludahnya sendiri adalah Juan Roman Riquelme. Meski pernah membela Boca Juniors, klub masa kecilnya, dalam kurun waktu berbeda, Riquelme pernah berujar tak akan kembali ke Boca.
Rangkaian kata itu disampaikan pada Januari 2013. Di tengah gonjang ganjing transfer, playmaker flamboyan itu berkata akan berhenti membela Boca. Dua klub yaitu Argentinos Juniors dan Tigre pun mencoba memanfaatkan situasi untuk merekrut Riquelme. Akan tetapi, pada 4 Februari 2013, Riquelme memutuskan kembali memperkuat Boca.
Last but not least adalah Gael Clichy. Bek kiri Manchester City yang sebelumnya membela Arsenal. Dalam sebuah wawancara pada 2009, Clichy menyindir keputusan rekan setimnya Emmanuel Adebayor pindah ke City.
"Saya sangat percaya apabila seorang pemain hanya berpikir tentang uang, dia akan bermain untuk Manchester City," ujarnya dilansir Daily Mail. Akan tetapi, pada 2011, Clichy menjilat ludahnya sendiri seusai direkrut the Citizens dengan nilai transfer 7 juta pound.
"Saya sangat senang bisa bergabung dengan klub hebat seperti City. Saya sudah tidak sabar memulai petualangan ini dan saya pikir semuanya mungkin terwujud dengan tim ini," katanya.
Demikian sekelumit kisah para penjilat ludah sendiri. Pada akhirnya, kita patut merenungi peribahasa lain yang tak kalah mahsyur. Lidah tak bertulang yang berarti omongan seseorang tidak bisa dipegang sebab kata-kata yang diucapkan oleh lidah bisa berubah-ubah seusai keinginan.