Sabtu 02 Apr 2016 08:24 WIB

Tak Acuhkan Warisan Sejarah, Tamatlah Kita

Nashih Nasrullah
Nashih Nasrullah

REPUBLIKA.CO.ID,REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nashullah

Tragedi pembumihangusan Baghdad pada 1258 M oleh Hulagu Khan menyisakan trauma yang mendalam dalam sejarah Islam. Bukan hanya meninggalkan korban jiwa yang tak sedikit, lebih dari itu, peristiwa jatuhnya Baghdad ke tangan Mongol adalah awal dari tercerabutnya umat Islam dari sejarah keemasan mereka.

Dari bangunan hingga karya-karya tulis berharga, sebagian besar dimusnahkan. Selama beberapa abad kemudian, peradaban Islam berada di titik nadir.

Ketakutan yang sama juga muncul dari sebagian kalangan. Perang tak berujung di negara-negara sentral, pusat peradaban Islam, meliputi Irak, Libya, Afghanistan, Suriah, Palestina, dan Yaman, mengancam kelestarian situs-situs bersejarah. Pada saat yang bersamaan, lanskap pembangunan juga ikut andil memantik keresahan serupa, seperti apa yang berlangsung di Arab Saudi kini.

Berbagai tanda tanya besar pun muncul jika mengaitkan benang merah di berbagai wilayah itu. Benarkah ada skenario sistematis untuk menjauhkan generasi Islam mendatang dari akar sejarah mereka? Sangat mungkin. Peninggalan sejarah apa yang kelak akan kita dongengkan ke anak-cucu kita?

Warisan peradaban Islam secara pasang surut terus mendapat ancaman kebinasaan. Ini beriringan dengan situasi dan kondisi perpolitikan. Yang terjadi di Suriah kini dan Irak dulu adalah bukti kekhawatiran itu terjadi.

Dalam kasus Suriah, perang saudara yang melibatkan rezim Assad dan pemberontak mengakibatkan setidaknya empat titik utama kawasan bersejarah terancam binasa. Keempat wilayah itu telah ditetapkan sebagai  situs warisan dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, yakni Damaskus yang resmi masuk warisan dunia pada 1979, Kota Bosra pada 1980, Palmyra pada 1980, dan kota bersejarah Aleppo pada 1986.

Efek bombardir artileri berat, bangunan-bangunan bersejarah tak luput dari ancaman tersebut. Masjid Jami’ al-Umawi, misalnya. Masjid yang dibangun oleh Khalifah al-Walid bin Abdul Malik itu belum lama ini mendapat serangan luar biasa dari rezim Assad. Untuk kedua kalinya, masjid bersejarah ini menjadi sasaran.

Aksi brutal atas Masjid al-Umawi memicu reaksi keras cendekiawan Muslim. Mereka yang tergabung di Persatuan Ulama Syam memprotes tindakan tersebut. Ini dianggap menodai kehormatan Islam dan sejarahnya. Assad secara resmi menyadari kesalahannya itu dan memerintahkan Gubernur Aleppo Muhammad Wahid Aqqad segera merenovasi kerusakan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement