Senin 05 Sep 2016 07:42 WIB

Jangan Salahkan Burkini!

Red: Karta Raharja Ucu
Ani Nursalikah
Foto: Istimewa
Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Ani Nursalikah

Sekitar lima tahun lalu, seingat saya, ketika pakaian renang Muslimah mulai menjadi tren di Indonesia, saya senang bukan kepalang. Kok bisa ya terpikir membuatnya?

Sebagai perempuan berjilbab, saya kerap harus menekan keinginan berenang di kolam renang publik atau sekadar main air di pantai. Sebabnya, tak ada pakaian renang yang mengakomodasi kebutuhan saya yang berjilbab ini.

Teman saya bahkan pernah mengenakan kaos lengan panjang dan celana training untuk berenang! Tentu saja dia kesulitan bergerak karena pakaian ini menjadi berat. Belum lagi bahannya yang transparan saat basah.

Bagi saya, pakaian renang ini adalah sebuah bentuk kebebasan. Jadi ketika hiruk-pikuk soal larangan burkini mengemuka di Prancis hari-hari ini, saya terhenyak. Saya sedih. Tidak terbayang bagaimana perasaan saudari Muslim kami yang berjilbab di sana. Ada yang dengan seenaknya merenggut kebebasan kami.

Burkini adalah sebutan bagi baju renang Muslim. Desainnya sama seperti yang dipakai Muslimah di Indonesia. Penemunya Aheda Zanetti, seorang warga Australia keturunan Lebanon. Dia membuatnya pada 2004.

Nama burkini merupakan gabungan dari burqa dan bikini. Burqa lazim dikenakan perempuan di Afghanistan yang menutup seluruh tubuh, dari kepala hingga kaki. Burqa hanya menyisakan jaring-jaring di bagian mata.

"Itu hanya sebuah nama yang saya buat. Tidak berarti apa-apa. Ini pakaian bagi perempuan yang ingin tampil sopan atau seseorang yang mengalami kanker kulit, atau ibu baru yang tidak ingin mengenakan bikini. Burkini bukan simbol Islam," kata Zanetti.

Dalam wawancara dengan Women's Wear Daily, Zanetti memperkirakan, sekitar 40 persen pelanggannya adalah non-Muslim. Koki terkenal Inggris, Nigella Lawson, mengenakannya saat berlibur di Australia pada 2011. Lawson mengatakan, dia memakainya untuk melindungi kulitnya.

"Kami menjualnya pada orang Yahudi, Hindu, Kristen, Mormon, dan perempuan dengan berbagai persoalan tubuh. Ada juga pria yang membelinya," ujar Zanetti.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement