Senin 31 Oct 2016 14:43 WIB

Mewujudkan Indonesia Terang dengan Energi Terbarukan

Energi terbarukan/ilustrasi.
Foto: abc
Energi terbarukan/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy (Jurnalis Republika)

Listrik adalah satu tolok ukur kemajuan suatu negara. Semakin banyak masyarakat yang terjangkau aliran listrik, maka akan semakin maju pula perekonomian sebuah bangsa. 

Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, per 2016, sebanyak 87 persen penduduk Indonesia telah teraliri listrik. Itu berarti masih ada sekitar 13 persen dari masyarakat Indonesia yang hidup tanpa listrik.

Walhasil, sekitar 37,5 juta rakyat Indonesia masih hidup di dalam gelap. Data Biro Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan bahwa dari total masyarakat yang belum teraliri listrik itu, daerah Indonesia Timur yang paling mendominasi. 

Wilayah Timur Indonesia masih banyak yang belum tersentuh penerangan. Kalau pun listrik sudah terpasang, namun kapasitasnya masih terbatas. Artinya, masih sering terjadi pemadaman listrik di sana-sini.

Menyadari arti penting listrik bagi seluruh masyarakat, pemerintah mencanangkan Program Indonesia Terang (PIT). Dengan program ini pemerintah mengharapkan pada akhir 2019 angka masyarakat yang teraliri listrik bisa naik hingga 97 persen.

Program ini menyasar 12.659 desa di enam provinsi di Timur Indonesia yang belum terjamah listrik. “Program ini jangan diterjemahkan sebagai kami mengambil kerja PLN, tetapi kami bekerja sama dengan PLN. Semakin cepat PIT selesai maka akan semakin cepat menerangi desa-desa sasaran program,” kata ketua Satuan Tugas Pelaksana PIT, Said Didu dalam siaran persnya, Jumat (20/5).

PIT mengutamakan sumber energi terbarukan. Ini agar dapat memberikan listrik kepada masyarakat di daerah terluar Indonesia tersebut dengan efektif, murah, dan ramah lingkungan.

Pemerintah saat ini tengah berupaya melakukan berbagai cara untuk mensukseskan PIT. Salah satunya dengan memberikan insentif menarik bagi para investor. “Karena jika hanya bergantung pada APBN, program ini baru akan selesai 10 tahun lagi,” kata kata ketua Satuan Tugas Pelaksana PIT, Said Didu, Jumat (20/5). Investasi diharapkan dapat mempercepat penyelesaian PIT, sehingga rasio elektrifikasi nasional pada tahun 2019 sebesar 97% dapat tercapai.

Program pemerintah itu mendapat respons cepat dari PT Pertamina Persero. Pertamina pun jadi salah satu tulang punggung dalam menyukseskan Program Indonesia Terang (PIT) ini. Direktur Pertamina Dwi Soetjipto menyatakan, target pihaknya siap untuk berkontribusi dalam membangun sejumlah pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan.

Fokus Pertamina adalah mengembangkan program pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan di sejumlah wilayah pedalaman. “Pertamina siap untuk mengembangkan program 1.000 MW (megawatt) berbasis energi baru terbarukan dalam lima tahun kedepan dan ini diperkirakan totalnya (biayanya) sekitar 2 miliar dolar AS (sekitar Rp 26 triliun),” ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dalam keterangannya, Ahad (6/3).

Senada dengan kebutuhan pemerintah, Pertamina akan memfokuskan pembangunan pembangkit listrik di Indonesia Timur. Sebab di wilayah itulah akses listrik masih sangat terbatas.

Dengan mengusung energi baru terbarukan, Pertamina siap mendorong ketahanan energi nasional. Sebab energi baru terbarukan menjadi solusi jangka panjang melihat terbatasnya sumber daya konvensional, seperti minyak bumi dan gas. 

Yang disasar Pertamina dalam menyukseskan Program Indonesia Terang (PIT) ini adalah kawasan desa tertinggal. Karenanya, Pertamina berencana membangun pembangkit di pedalaman Nusa Tenggara Barat. 

Program Pertamina ini juga senada dengan kebutuhan desa tertinggal di Indonesia. Sebab Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) mencatat masih ada 15 ribu desa di Indonesia yang belum teraliri listrik.

Di sisi lain, program pembangkit listrik Pertamina juga sekaligus merespons keinginan Presiden Jokowi. Saat meresmikan Pembangkit Listrik Energi Panas Bumi (PLTP) Kamojang V Juli lalu, Jokowi menyebut bahwa Indonesia sangat penting untuk memacu penggunaan energi baru terbarukan sebagai tonggak ketahanan energi nasional.

"Pengembangan energi baru terbarukan harus dipercepat lima kali lipat pada tahun 2025 sehingga bauran energi baru terbarukan mencapai 33 persen," kata Presiden.

Kini dengan langkah Pertamina yang siap berinvestasi untuk membangun pembangkit energi terbarukan, asa untuk mewujudkan harapan Presiden itu terbuka lebar. Dengan pembangkit listrik energi terbarukan, masyarakat yang selama ini selalu hidup dalam kondisi gulita bisa mulai menemukan pelita. Pelita yang juga menjadi harapan akan semakin majunya kehidupan rakyat di desa-desa pedalaman. 

Selain demi kepentingan rakyat, program pembangkit listrik energi terbarukan Pertamina juga menunjang harapan pemerintah soal ketahanan energi di masa depan. Dengan energi terbarukan, kelestarian lingkungan bisa terjaga. Dan yang terpenting, energi terbarukan akan memperkuat ketahanan Indonesia yang selama ini masih tergantung sumber energi konvesional yang kerap diimpor dari luar negeri.

Ini juga sesuai dengan harapan Presiden Jokowi saat memimpin Sidang Paripurna Dewan Energi Nasional, di Kantor Presiden, Jakarta,  Rabu (22/6). "Pengembangan energi baru terbarukan merupakan komitmen kita bersama, komitmen nasional kita. Saya minta rencana umum energi nasional harus mendorong secara agresif perkembangan energi  bersih dan konservasi energi,” tegas Presiden.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement