Rabu 08 Mar 2017 14:33 WIB

Satu Gelar, Realistis!

Wartawan Senior - Nurul Hamami
Foto: Republika/ Wihdan
Wartawan Senior - Nurul Hamami

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Nurul S Hamami,  Wartawan Republika

Rombongan pebulu tangkis Indonesia Jumat (3/3) lalu terbang menuju Birmingham, Inggris. Mereka akan tampil di arena All England World Superseries Premier 2017, mulai Rabu (8/3) hingga Ahad (12/3) mendatang. Satu gelar ditargetkan oleh PP PBSI, kalau tidak dari nomor ganda campuran, ya dari ganda putra.

Melihat peta kekuatan bulu tangkis dunia saat ini, target satu gelar cukup realistis. Peluang terbesar tentu saja ada pada juara Olimpiade Rio 2016 Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan juara All England tahun lalu Praveen Jordan/Debby Susanto. Sedangkan di ganda putra Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo diharapkan mampu membuat kejutan.

Selain Owi/Butet (panggilan akrab Tontowi/Liliyana) dan Jordan/Debby, PBSI juga mengirim tiga ganda campuran pelatnas utama. Mereka yakni Hafiz Faizal/Shela Devi Alulia, Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika, dan Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti. Namun, ketiganya belum bisa diharapkan berbicara lebih jauh lagi.

Hafiz/Shela mendapat undian kurang menguntungkan di turnamen berhadiah total 600 ribu dolar AS ini. Pasangan yang pekan lalu hanya sampai babak kedua Jerman Terbuka ini, sudah harus bertemu dengan ganda asal Cina Zhang Nan/Li Yinhui, Rabu malam. Zhang yang sangat berkibar ketika berpasangan dengan Zhao Yunlei, baru saja juara di Jerman bersama Li Yinhui. Bulan lalu di Thailand Masters mereka juga merebut gelar juara.

Bila berhasil menjinakkan Zhang/Li, Hafiz/Shela kembali akan menghadapi lawan berat yakni Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Pasangan asal Malaysia yang menempati unggulan ke-8 ini adalah pemegang medali perak Olimpiade Rio 2016. Unggulan pertama dan juga penyandang peringkat satu dunia, Zheng Siwei/Chen Qingchen (Cina) besar kemungkinan juga sudah menunggu di perempat final.

Alfian/Annisa juga sudah harus berjuang keras di babak pertama. Mereka akan menantang unggulan ke-5 asal Cina, Lu Kai/Huang Yaqiong, yang pekan lalu finalis di Jerman Terbuka. Bagi kedua pasangan, All England merupakan turnamen kedua yang mereka ikuti tahun ini. Alfian/Annisa pada pekan kedua bulan lalu tampil di Thailand Masters dan mencapai semifinal. Namun, tidak bisa melanjutkan pertandingan melawan Zhang Nan/Li Yinhui saat gim pertama imbang 20-20 karena Alfian mengalami cedera engkel.

Ronald/Melati bernasib serupa. Undian pertandingan tidak menguntungkan keduanya. Mereka sudah harus bertemu dengan unggulan ketiga Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen. Ganda Denmark peringkat 4 dunia ini adalah finalis tahun lalu. Dalam dua pertemuan sebelumnya, Ronald/Melati yang kini bertengger di peringkat 16 dunia belum pernah menang. Terakhir kali mereka kalah di Indonesia Terbuka tahun lalu.

Harapan membawa pulang gelar memang sangat besar digantungkan kepada Jordan/Debby yang juara tahun lalu, dan Owi/Butet. Bila tak ada aral melintang, kedua pasangan baru akan menemui lawan berarti di perempat final. Jordan/Debby, peringkat 5 dunia, kemungkinan ditantang Tan Kiang Meng/Lai Pe Jing, ganda Malaysia peringkat 9 dunia yang pekan lalu semifinalis di Jerman Terbuka. Rekor pertemuan kedua pasangan adalah 1-1. Jordan/Debby menang di Prancis Terbuka 2016, sementara Tan/Lai menang di Malaysia Masters 2016.

Sedangkan, Owi/Butet yang kini menempati peringkat 3 dunia, diprediksi bakal bertemu dengan Chris Adcock/Gabrielle Adcock (Inggris) di perempat final. Chris/Gabrielle pekan lalu mampu menembus Jerman Terbuka sebelum menyerah 26-28, 19-21, kepada Zhang Nan/Li Yinhui yang akhirnya menjadi juara. Dalam 13 pertemuan sebelumnya, Owi/Butet menang sembilan kali atas Chris/Gabrielle.

Bila “skenario” berjalan mulus, Jordan/Debby akan bertemu dengan unggulan pertama Zheng Siwei/Chen Qingchen (Cina) atau Zhang Nan/Li Yinhui di semifinal. Sementara, Owi/Butet akan menghadapi Fischer Nielsen/Pedersen atau Lu Kai/Huang Yaqiong.

Kesempatan untuk menciptakan final sesama Indonesia pun terbuka lebar. Pasangan-pasangan yang diperkirakan menjadi lawan-lawan Jordan/Debby dan Owi/Butet di semifinal adalah lawan-lawan yang levelnya sudah sama dengan mereka.

Calon lawan yang paling berbahaya adalah Zheng Siwei/Chen Qingchen. Pasangan usia muda Cina yang fenomenal sepanjang tahun lalu ini, belum terkalahkan oleh Jordan/Debby maupun Owi/Butet. Terhadap Jordan/Debby mereka menang 3-0, sedangkan dengan Owi/Butet unggul 1-0. Tahun lalu, Zheng (20tahun)/Chen (19) tampil lima kali sebagai juara dan empat kali //runner-up// dalam 12 turnamen yang mereka ikuti.

Kalaupun ada yang sedikit mencemaskan, Jordan/Debby dan Owi/Butet sudah dua bulan lebih tidak turun dalam pertandingan internasional. Mereka kali terakhir tampil di Putaran Final Superseries di Dubai, akhir Desember lalu. Kala itu Owi/Butet tidak lolos dari babak grup karena Butet mengalami cedera. Akan halnya Jordan/Debby hanya sampai semifinal. Semoga saja mereka tidak lagi demam lapangan.

Turnamen tahun ini juga sekaligus akan menjadi ajang pembuktian apakah Indonesia masih menguasai sektor ganda campuran dalam lima tahun terakhir, atau tidak. Berturut-turut pada 2012, 2013, dan 2014 Owi/Butet menjadi juara, diikuti oleh Jordan/Debby di 2016. Zhang Nan/Zhao Yunlei sempat menyelanya ketika menjadi juara di 2015.

“Target kami minimal bisa mempertahankan satu gelar seperti tahun lalu. Namun kami maunya semua sektor ada peningkatan. Mudah-mudahan hasilnya bukan cuma satu (gelar), tahu-tahu bisa ada dua gelar,” kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Susy  Susanti, seperti dikutip laman resmi PBSI, badmintonindonesia.org.

Susy mengakui, hingga saat ini sektor ganda campuran dan ganda putra masih menjadi andalan untuk mendulang gelar. Dilihat dari prestasi dan materi pemain, kedua sektor ini memang masih lebih unggul dibanding sektor lainnya.

Peluang ganda putra

Peluang membawa pulang gelar memang terbuka juga di sektor ganda putra. PBSI mengirim empat pasangan ke turnamen tertua di dunia ini. Mereka masing-masing Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro.

Ganda putra Indonesia yang kali terakhir juara di sini adalah Ahsan/Hendra Setiawan pada 2014. Namun, sejak November lalu Ahsan sudah tidak berpasangan dengan Hendra yang menyatakan pensiun dari pelatnas usai Olimpiade Rio 2016. Saat ini Hendra bermain profesional penuh berpasangan dengan Tan Boon Heong asal Malaysia. Sebelumnya, Tan berpasangan dengan Koo Kien Kit. Di All England kali ini Hendra/Tan juga akan tampil.

Setelah Ahsan/Hendra tak lagi berpasangan, harapan membawa pulang gelar beralih ke Kevin/Marcus dan Angga/Ricky. Rintangan awal yang mesti dilewati oleh Kevin/Marcus justru Hendra/Tan. Kedua pasangan ini belum pernah bertemu sebelumnya. Ini akan menjadi ujian awal bagi Kevin/Marcus yang berperingkat 5 dunia sekaligus diunggulkan di tempat ke-5.

Bila sukses melangkahi seniornya, Kevin/Marcus berarti memperbaiki penampilan mereka di All England tahun lalu yang langsung tersingkir di babak pertama. Waktu itu mereka kalah dari Zhang Nan/Fu Haifeng (Cina) dalam duel sengit selama tiga gim.

Lawan berat berikutnya bagi Kevin/Marcus kemungkinan besar Chai Biao/Hong Wei, unggulan 4 asal Cina, di perempat final. Dalam dua pertemuan yang sudah mereka lewati, Kevin/Marcus selalu menang. Itu dicetak tahun lalu di India Terbuka dan Cina Terbuka di mana mereka tampil sebagai juara. Dua pertemuan tersebut berlagsung ketat dalam tiga gim dengan skor tipis.

Bila perkiraaan tidak meleset, Mathias Boe/Carsten Mogensen akan menjadi lawan berikutnya bagi Kevin/Marcus sebelum menaruh kakinya di partai puncak. Dengan catatan, juara bertahan Vladimir Ivanov/Ivan Sozonov (Rusia) sudah kandas di babak pertama atau kedua. Dalam dua pertemuan dengan ganda Denmark peringkat 3 dunia itu, Kevin/Marcus mencatat sekali menang kala di Cina Terbuka tahun lalu. Boe/Mogensen adalah juara All England 2011 dan 2015. Dari sisi tenaga, semestinya ganda Indonesia ini bisa mengatasi Boe/Mogensen.

Seandainya terus melejit ke final, calon lawan yang bakal dihadapi Kevin/Marcus kemungkinan besar unggulan pertama asal Malaysia Goh V Shem/Tan Wee Kiong, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (unggulan 3), Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmusen (Denmark), atau Angga/Ricky.

Harapannya tentu saja bisa terwujud final sesama Indonesia agar satu gelar ganda putra bisa dipastikan dibawa pulang ke Tanah Air. Semoga saja Angga/Ricky yang diunggulkan di tempat ke-7, mampu melewati dua babak awal dengan mulus. Lalu mereka bisa mengatasi Astrup/Rasmusen atau Kamura/Sonoda di perempat final, dan menjinakkan Goh/Tan atau Li Junhui/Liu Yuchen (Cina, unggulan 6). Tugas berat memang, mengingat lawan-lawannya itu kecuali Astrup/Rasmusen peringkatnya di atas Angga/Ricky. Catatan lain, Astrup/Rasmusen baru saja juara di Jerman Terbuka pekan lalu.

Peluang terbesar Indonesia di All England tahun ini memang ada di ganda putra dan ganda campuran. Melihat materi pemain serta catatan prestasi sepanjang tahun lalu, semestinya di dua nomor ini Maerah Putih bisa berjaya. Realistisnya: satu gelar!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement