REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Muhammad Iqbal, Wartawan Republika
31 Mei 2017. Tepat pukul 7.31 waktu setempat, akun Twitter resmi Arsenal, yaitu @Arsenal mengumumkan sebuah kabar yang telah dinanti-nantikan para fan. Ya, manajemen the Gunners menyampaikan telah menyepakati kontrak baru dengan sang pelatih Arsene Wenger.
Wenger diganjar kontrak baru selama dua tahun ke depan. Dengan demikian, masa bakti arsitek asal Prancis itu berpotensi memanjang menjadi 23 tahun. Sampai dengan tahun ini, jika dihitung sejak bertugas di Highbury medio 1996, maka Wenger telah duduk di kursi kepelatihan selama 21 tahun!
Sebuah capaian yang tidak mudah digapai oleh pelatih sepak bola di klub mana pun di muka bumi. Hanya terdapat sejumlah nama yang pernah melatih dengan durasi sedemikian lama. Ambil contoh Sir Alex Ferguson di Manchester United (1986-2013) maupun Guy Roux bersama Auxerre (1961-2005).
Keputusan manajemen Arsenal menimbulkan prokontra di kalangan fan setia The Gunners. Ada yang menolak, ada yang menerima. Yang menolak memiliki argumen identik.
Wenger dianggap sosok usang yang tidak mampu mengantar Arsenal berprestasi lebih tinggi. Di kancah Liga Primer saja, terakhir kali Wenger membawa Arsenal juara pada 2004. Sementara di kancah Eropa, jika ditelusuri, prestasi terbaik Meriam London hanyalah runner up Liga Champions 2006. Maka tak heran jika tagar #WengerOut pun mewabah ke seluruh dunia via media sosial.
Terlepas dari protes para fan, uniknya manajemen tetap berkeyakinan bahwa Wenger adalah persona tepat untuk menghadirkan deretan prestasi di masa datang. “Ambisi kami adalah memenangkan Liga Primer dan trofi besar lainnya di Eropa. Arsene adalah orang terbaik untuk membantu kami mewujudkannya. Ia memiliki rekan jejak yang fantastis dan mendapat dukungan penuh kami,” ujar pemilik saham terbesar Arsenal Stan Kroenke seperti dikutip laman resmi klub.
Keyakinan Kroenke apabila melihat CV Wenger sah-sah saja. Tercatat tiga gelar Liga Primer dan tujuh titel Piala FA dipersembahkan. Belum lagi sumbangsih berupa kinerja keuangan yang moncer tergambar pada laporan keuangan klub.
Penulis menilai langkah Arsenal menjadi angin segar di tengah realitas sepak bola masa kini di Benua Biru. Utamanya dari sisi loyalitas. Entah itu loyalitas Wenger terhadap Arsenal atau sebaliknya kesetiaan manajemen the Gunners terhadap Wenger.
Sudah jamak kita lihat dan dengar begitu mudah manajemen klub belakangan memecat pelatih yang dianggap fan maupun pemain gagal mengangkat prestasi klub. Yang paling hangat tentu langkah Leicester City memecat Claudio Ranieri beberapa waktu lalu dan menggantinya dengan Craig Shakespeare.
Padahal pelatih asal Italia ini sukses mengantarkan Leicester menjuarai Liga Primer musim 2015-2016. Masih banyak lagi klub-klub yang begitu mudah memecat pelatih. Palermo adalah contoh ekstrem.
Saat masih menjadi presiden Palermo, Maurizio Zamparini dikenal sebagai pemilik klub yang paling sering melakukan pergantian pelatih, yaitu 40 kali sebanyak 15 tahun masa kepemimpinan.
Padahal menjadi pelatih, apalagi di Inggris, tidaklah mudah. Begitu besar tekanan yang harus dihadapi. Bukan hanya dari sisi internal klub, melainkan juga eksternal seperti media massa setempat yang dikenal pedas dalam mengkritik.
Belum lagi tekanan berupa kompetisi di Negeri Big Ben yang begitu sengit. Jangan pernah meremehkan klub sekelas West Bromwich Albion maupun Stoke City. Wenger pun mengakui tak pernah mudah menghadapi mereka.
Langkah Arsenal mengingatkan penulis terhadap sikap manajemen MU yang tetap mempercayai Ferguson melatih di awal-awal periode. The Red Devils baru meraih gelar perdana pada 1990 atau tiga tahun setelah melatih dalam wujud Piala FA. Sementara gelar Liga Primer baru mampir tiga tahun setelahnya, yaitu 1993.
Padahal, pada 1989, Ferguson merasakan masa-masa sulit di Old Trafford. Para jurnalis dan suporter pun mendesak agar MU memecat Fergie, sapaan akrab Ferguson. Pelatih asal Skotlandia ini pun menggambarkan masa awal di MU sebagai periode kelam.
Kesabaran manajemen pun berbuah manis. Ferguson dalam masa bakti 27 tahun di Old Trafford sukses mempersembahkan pelbagai gelar untuk fan setia Iblis Merah. Puncaknya tentu gelar Liga Champions 1999 dan 2008.
Kini, setelah Arsenal memperpanjang kontrak Wenger, menarik untuk menantikan prestasi apa yang dipersembahkan. Waktu akan menjawab. Kesabaran manajemen maupun fan kembali diuji.