Senin 09 Oct 2017 07:14 WIB

Balada Pria Katalan Paling Berbahaya di Spanyol

Fira Nursya'bani
Foto: Fira Nursya'bani
Fira Nursya'bani

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fira Nursya'bani, Wartawan Republika untuk Isu-Isu Internasional.

Dorongan kemerdekaan bagi Katalunya memang tidak dimulai di bawah kepemimpinannya. Namun semangatnya untuk memisahkan diri dari Spanyol membuat warga Katalan berhasil mengadakan referendum kemerdekaan pada 1 Oktober lalu.

Pria ini adalah Presiden Katalunya, Carles Puigdemont, yang siap mengambil risiko apapun untuk mencapai kemerdekaan. Meski bertentangan dengan hukum dan konstitusi Spanyol, dia telah mendorong harapan Katalunya untuk bisa mendapat pengakuan internasional.

Lahir di Amer pada 1962, Puigdemont tumbuh besar di bawah rezim diktator Jenderal Francisco Franco. Meski ia bersekolah di sebuah sekolah asrama berbahasa Spanyol yang dikelola gereja, ia tetap berbicara bahasa Katalan ketika sedang berada di rumah.

Saat muda, Puigdemont memiliki hasrat untuk terus mempelajari bahasa ibunya. Ia kemudian melanjutkan studi filologi Katalan di universitas setempat dan bekerja di sebuah surat kabar pro-kemerdekaan Katalunya, yaitu El Punt Avui.

Miguel Riera, rekan kerja Puigdemont, mengungkapkan sejak awal dia sangat tertarik dengan teknologi baru dan internet. Hal ini mungkin telah menyadarkan Puigdemont tentang media sosial, yang sangat penting dalam mempromosikan kampanye referendum.

Puigdemont menjabat sebagai Wali Kota Girona dari 2011 sampai 2016, saat ia terpilih menjadi presiden regional Katalunya. Popularitasnya melejit, meski ia datang dari kalangan kelas menengah, di luar elite Katalan yang mendominasi aliansi moderat kanan lokal, yaitu Catalan European Democratic Party, selama bertahun-tahun.

"Puigdemont benar-benar berjasa telah membawa Katalunya ke tempat kita berada sekarang," kata Montse Daban, Ketua Internasional Majelis Nasional Katalan, sebuah gerakan pro-kemerdekaan.

Ditambahkan Daban, dia menjadi kejutan yang mutlak dan positif bagi warga Katalan, yang sudah lama mendukung proses kemerdekaan dan sedang merasa cemas karena menghadapi beberapa kendala.

Akan tetapi, tindakannya telah membawa Katalunya masuk ke dalam konflik dengan hukum Spanyol. Di mata Pemerintah Spanyol, pemimpin Katalan telah secara kejam menciptakan sebuah krisis, dengan membuat deklarasi kemerdekaan sepihak.

Demokrasi bukan tentang pemungutan suara, tapi juga ada kediktatoran. Bila rakyat memilih dengan jaminan undang-undang, maka itu adalah demokrasi.

Apalagi, kekerasan di tempat pemungutan suara adalah 150 persen bagian dari rencana Puigdemont. Ini sangat disayangkan karena ini adalah jebakan. Tidak diragukan lagi ini terlihat buruk bagi Pemerintah Spanyol.

Puigdemont berbicara mengenai kemerdekaan dengan cara yang lebih hati-hati dari pendahulunya, Artur Mas. Mas mengadakan referendum pada 2014, yang juga dilarang oleh Madrid.

"Bagaimana kita bisa menjelaskan kepada dunia bahwa Eropa adalah surga demokrasi, jika kita memukuli wanita tua dan orang-orang yang tidak melakukan kesalahan? Ini tidak dapat diterima. Kami belum melihat penggunaan kekuatan yang tidak proporsional dan brutal seperti ini lagi sejak kematian diktator Franco," kata Puigdemont, menanggapi kerusuhan pascareferendum Katalan.

Puigdemont telah meminta adanya mediasi, namun ditolak mentah-mentah oleh pemerintah Spanyol. Menurut sumber pemerintah di Madrid, mediasi tidak akan berguna karena dilakukan antara Pemerintah Spanyol dan negara bagian dari Spanyol, juga antara wilayah hukum dan wilayah yang bahkan tidak memiliki kerangka kerja.

Puigdemont diduga telah melangkahi partainya sendiri demi mewujudkan kemerdekaan. Ia lebih memilih untuk bertemu dengan kelompok-kelompok pro-kemerdekaan, daripada melakukan urusan pemerintah daerah.

"Dia mungkin orang Spanyol yang paling berbahaya, karena dia tampaknya sedang menuju sebuah deklarasi kemerdekaan sepihak," kata Manuel Arias Maldonado, profesor ilmu politik di Universitas Mlaga.

Maldonado menyatakan pertanyaannya adalah apakah dia dapat mengendalikan semua yang terjadi di Katalunya sekarang? Jika ini adalah revolusi, kekuatannya jelas berkurang.

Kini, Spanyol dan Katalunya pun sama-sama masuk ke jurang dalam. Dan Puigdemont menjadi pria berbahaya paling bertanggung jawab atas krisis ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement