Jumat 03 Nov 2017 09:58 WIB

Usamah bin Ladin, Antara Shakespeare dan Video Merajut

William Shakespeare
Foto: Guardian
William Shakespeare

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Marniati, Jurnalis Republika untuk Isu-Isu Internasional

CIA merilis jurnal sebagai bagian dari 470 ribu dokumen yang dikumpulkan dari rumah Usamah bin Ladin. Dari jurnal pribadi tersebut diketahui, Bin Ladin mengunjungi Inggris pada saat remaja. Ia juga mengunjungi tempat kelahiran sastrawan Inggris, William Shakespeare. Kunjungan tersebut meyakinkan Bin Ladin bahwa peradaban Barat mengalami "kemerosotan".

Bin Ladin menulis di jurnal pribadinya beberapa saat sebelum dibunuh oleh pasukan khusus AS pada 2011.

Dilansir dari the Guardian, Kamis (2/11), CIA mengatakan, perilisan dokumen yang disebut sebagai harta karun tersebut demi transparansi dan untuk meningkatkan pemahaman publik tentang Alqaidah dan Bin Ladin.

Di buku catatan sekolah dijelaskan perjalanan pertama kali Bin Ladin ke Barat. Saat itu, dia duduk di kelas enam dan berusia 13 tahun. Tahun berikutnya, anak konglomerat Arab Saudi ini menghabiskan 10 pekan di Inggris untuk belajar. Bin Ladin tidak memberikan rincian lebih lanjut, tapi sebelumnya dia dilaporkan telah mengikuti kursus bahasa Inggris di Oxford.

Dalam jurnal tersebut, Bin Ladin secara singkat menjelaskan kunjungan ke rumah Shakespeare di Stratford-upon-Avon. Tapi, dia mengaku tidak terkesan oleh masyarakat dan budaya Inggris selama berada di sana.

"Saya mendapat kesan bahwa mereka adalah orang-orang yang longgar, tapi usia saya tidak memungkinkan saya untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang kehidupan di sana," tulisnya.

Ia mengaku, pergi setiap Ahad untuk mengunjungi rumah Shakespeare. "Saya tidak terkesan dan saya melihat bahwa mereka adalah masyarakat yang berbeda dengan masyarakat kita dan bahwa mereka adalah masyarakat yang secara moral begitu longgar," tulis Bin Ladin dalam jurnalnya.

Buku untuk menuliskan jurnal tersebut dibeli di sebuah toko buku terkenal di Pakistan beberapa jam perjalanan dari kota garnisun Abbottabad, tempat Bin Ladin menghabiskan lima tahun bersama keluarga sebelum kematiannya.

Jurnal tersebut tampaknya sebagian ditulis oleh putra Bin Ladin, Khalid, yang juga tewas dalam serangan Angkatan Laut. Sebagian isi jurnal berisi sesi tanya jawab antara ayah dan anak.

Jurnal juga berisikan impian dan visi dua pria tersebut, termasuk sebuah skenario di mana negara-negara Muslim bersatu setelah revolusi dan perdamaian terbentuk di Barat.

Di lain waktu, Bin Ladin tampak lebih praktis, mendiskusikan rekomendasi untuk pesan Alqaidah setelah revolusi menghasilkan kapitalisme yang lebih baik memanfaatkan sentimen Islam dan memanfaatkan gelombang kerusuhan yang populer.

Penyataan Bin Ladin tentang peradaban Barat setelah kunjungannya ke Inggris akan menarik minat para ahli. Sebagian besar catatan hidupnya mengatakan bahwa dia menjadi radikal saat menjadi mahasiswa dan ketika Bin Ladin menjadi agen untuk sukarelawan yang ikut serta dalam perang melawan Soviet di Afghanistan pada 1981.

Pemerintah AS telah merilis ratusan dokumen dalam beberapa tahun terakhir, meskipun dokumen kali ini adalah rilis terbanyak. Situs yang berbasis di AS, the Long War Journal, menerima beberapa materi sebelumnya dan melaporkan bahwa dokumen tersebut memberikan rincian baru tentang hubungan Alqaidah dengan Iran.

Satu dokumen setebal 19 halaman berisi penilaian militan senior mengenai hubungan kelompok tersebut dengan Iran yang menggambarkan tawaran uang dan senjata oleh Iran kepada beberapa "saudara asal Saudi" dan pelatihan di kamp-kamp Hizbullah di Lebanon, sebagai imbalan atas serangan mereka ke kepentingan Amerika di Arab Saudi dan Teluk. Tidak diketahui apakah tawaran tersebut diterima.

Sejumlah pejabat senior Alqaidah dan keluarga mereka diketahui sempat ditahan di Iran, beberapa waktu, setelah melarikan diri ke Iran setelah 2011. Namun, hubungan antara militan yang ditahan dan penculiknya biasanya penuh permusuhan. Sejauh ini, tidak ada bukti kuat yang menunjukkan adanya kerja sama aktif antara mereka dalam operasi teroris.

Di antara materi yang dikeluarkan oleh CIA, beberapa tulisan memberi kesan bahwa keberadaan Bin Ladin di Inggris memiliki pengaruh yang lebih dalam daripada yang ia sadari. Pada satu komputer ada video komedi Rowan Atkinson yang dijuluki Mr Bean dan diterjemahkan dalam bahasa Pashtu, bahasa lokal di Pakistan barat dan Afghanistan timur, serta episode program animasi Wallace dan Gromit. Tak hanya itu, bahkan ada juga lebih dari 30 video tentang merajut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement