Rabu 15 Nov 2017 05:03 WIB

Pilgub Jatim, Saat Kandidat NU Berebut Suara Nasionalis

Dadang Kurnia, Jurnalis Republika.
Foto: Republika
Dadang Kurnia, Jurnalis Republika.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dadang Kurnia, Jurnalis Republika untuk isu-Isu Nasional dan Daerah

 

Peta persaingan pada Pilgub Jatim 2018 semakin hari semakin tergambar jelas. Persaingan yang muncul nyatanya mempertemukan kandidat yang sudah sejak lama menjadi buah bibir dan kerap menghiasi pemberitaan di media massa. Siapa lagi kalau bukan Saifullah Yusuf yang saat ini menjabat wakil Gubernur Jatim dan Khofifah Indar Parawansa, sang menteri Sosial.

Tapi, kita belum bisa menyimpulkan, perhelatan Pilgub Jatim 2018 ini hanya akan diikuti dua pasangan calon. Pasalnya, koalisi Gerindra, PAN dan PKS yang jika digabung memiliki 26 kursi di DPRD Jatim hingga saat ini belum menentukan arah. Bukan tidak mungkin koalisi ini nantinya mamunculkan nama kejutan.

Bahkan, jika pun nama yang diusung tidak se-familiar Gus Ipul (sapaan akrab Saifullah Yusuf) dan Khofifah, bukan berarti peluang memenangkan kontestasi tertutup. Apalagi, jika berkaca dari Pilgub DKI 2017, pasangan yang diusung koalisi ini yang keluar sebagai juara. Artinya, ketiga partai ini memiliki mesin partai yang militan dalam merebut hati pemilih.

Meski peta persaingan sudah mulai tergambar jelas, tetapi peta kekuatan masih samar. Artinya, baik Gus Ipul, Khofifah, maupun pasangan calon yang diusung koalisi Gerindra (jika nantinya mengusung pasangan calon sendiri) masih memiliki peluang yang sama untuk merebut kursi Jatim satu.

Meskipun, hasil survei beberapa lembaga menunjukkan elektabilitas Gus Ipul dengan pasangannya Abdullah Azwar Annas berada di atas Khofifah yang belum mengumumkan pendampingnya. Tetapi, elektabilitas yangd ibukukan lembaga-lembaga survei tersebut belum merupakan hasil final. Apalagi,dari hasil survei yang dirilis, masih banyak masyarakat Jatim yang belum menentukan pilihan.

Belum lagi, elektabilitas keduanya hanya berbeda sedikit. Seperti hasil survei The Initiative Institute, yang dirilis pada 22 Oktober2017, menunjukkan elektabilitas Gus Ipul sebesar 36,3 persen dan Khofifah 32,4 persen.

Untuk memetakan kekuatan para kandidat yang bersaing, tentunya kita harus melihat dulu kultur pemilih di Jatim. Secara umum basis pemilih kawasan Jatim dikelompokan menjadi tiga. Pertama, kelompok santri atau kelompok religius atau lebih spesifiknya Nahdlatul Ulama (NU). Kelompok kedua, nasionalis atau abangan, dan ketiga, kelompok pemilih rasional.

Tapal Kuda yang meliputi Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi, hingga Madura memiliki basis pemilih berlatar santri. Mataraman yang meliputi Ngawi, Madiun, Pacitan, Magetan, Kediri, Nganjuk, Tulungagung, Blitar, Trenggalek, Tuban, Lamongan, dan Bojonegoro pemilihnya berlatar belakang abangan atau nasionalis. Sementara pemilih rasional tercecer dari Surabaya hingga Malang.

Agar bisa memetakan kelompok mana mendukung siapa, sebelumnya kita harus menilik terlebih dahulu latar belakang para kandidat yang bersaing. Jika menilik latar kedua kandidat yang telah mendeklarasikan diri maju sebaga Cagub Jatim 2018, keduanya merupakan santri NU.

Keduanya adalah tokoh-tokoh penting dalam jajaran elit Nahdlatul Ulama. Gus Ipul sebagai wakil ketua Pengurus Besar NU, sementara Khofifah sebagai Ketua Umum Muslimat NU.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement