REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yeyen Rostiyani
Dunia fashion yang ramah hijab tampaknya kian gempita. Bahkan, untuk pertama kalinya sebuah usaha ritel raksasa di Amerika Serikat (AS), Macy's, meluncurkan koleksi ramah hijab. Menurut Huffington Post edisi Kamis (1/2), koleksi itu diluncurkan dengan menggandeng sebuah butik Muslim, Verona Collection.
Macy's akan menawarkan produk Verona secara esklusif. Sasarannya bahkan tak hanya Muslim, tapi juga nonmuslim yang menyukai gaya berbusana santun di seantero AS. Hingga kini, Macy's memiliki sekitar 670 gerai di 45 negara bagian di AS, Distrik Columbia, Puerto Rico, dan Guam.
Lini baru busana ramah hijab ini akan diluncurkan 15 Februari. Produknya mulai dari aneka hijab, atasan bermodel santun, celana, gaun, hingga abaya. Harganya pada kisaran 12.95 dolar AS hingga 84.95 dolar AS.
Rupanya, gagasan Lisa Vogl meluncurkan Verona Collection karena berdasarkan pengalamannya sendiri. Ia kesulitan mencari pakaian yang mengikuti perkembangan fashion tapi tetap santun.
"Verona Collection lebih dari sekadar merek pakaian," ujar Vogl, dalam pernyataan tertulis, Kamis. "Ini menjadi dasar bagi komunitas wanita untuk menunjukkan identitas pribadi mereka sekaligus merangkul fashion yang membuat mereka merasa percaya diri luar dalam."
Vogl adalah orang tua tunggal yang memeluk Islam pada 2011. Tak lama sesudahnya, ia pun menyadari sesuatu, pakaian yang santun sekaligus modis sangat sulit ditemukan dan juga sulit terjangkau harganya. Ia juga menyadari bahwa ada juga wanita dari berbagai latar belakang, tidak hanya Muslimah, yang mencari pakaian longgar dan konservatif namun tetap sesuai zaman dan modis.
Pengalaman Vogl di dunia fotografi fashion--karyanya tampil di the Daily Beast, Marie Claire, dan media lain--menjadi keuntungan tersendiri. Semua itu diperlukan saat ia meluncurkan Verona Collection pada Februari 2015.
Usahanya ternyata sukses besar. Pesanan datang dari seluruh penjuru dunia. Pada Mei 2016, di Orlando, Florida, Vogl membuka toko busana Muslim di mal terkenal di AS.
Karya Vogl ternyata mampu bermain di industri fashion terkemuka ketika Verona Collection terpilih menjadi mitra Macy's melalui program The Workshop. Program tersebut memberi jalan kepada usaha berpontensi tinggi milik kaum minoritas yang dimiliki wanita agar dapat sukses dan mempertahankan pertumbuhan usaha di industri ritel.
"Melalui the Workshop di Macy's, kami ingin mengembangkan dan mendukung minoritas dan usaha miliki wanita untuk dapat mengembangkan kemampuan dan menjadi gerasi baru sebagai mitra ritel," demikian pernyataan tertulis wakil presiden di Macy's, Shawn Outler.
Vogl dan timnya diberi kesempatan untuk memajang dan menjual karya mereka tahun lalu di mall Herald Square di New York City. Mal tersebut adalah salah yang terbesar di dunia.
Namun, Macy's tak sendirian. Sejumlah perusahaan besar berupaya menjangkau pasar Muslim, meski tak selalu mudah.
Pada 2014, rumah mode DKNY menjadi salah satu merek Barat yang meluncurkan koleksi Ramadhan untuk membidik para pembelanja asal Arab yang berkantung tebal. Sejak saat itu, merek lain pun mengikuti jejaknya.
L'oreal baru saja menggaet Amena Khan, seorang blogger kecantikan, sebagai model pertama mereka yang berhijab. Namun, Khan harus mundur beberapa hari kemudian karena ia mendapat serangan akibat serangkaian cicitan di Twitter pada 2014, yang isinya mengritisi Israel.
Dolce & Gabbana menjual koleksi mewah terdiri dari abaya dan hijab yang serasi sejak 2016 di Timur Tengah, Paris, dan London. Sedangkan untuk kelas yang lebih terjangkau, jaringan ritel Spanyol yaitu Mango, juga mempromosikan koleksi tuni, kaftan, dan gaun longgar dalam dua tahun terakhir.
Awal 2017, Nike juga mengeluarkan "prohijab", berupa penutup kepala dari bahan berteknologi tinggi yang membidik para atlet Muslimah. Bahkan pada musim panas 2017, jaringan ritel Inggris, Marks and Spencer, meluncurkan burkini.
Salah satu langkah berani juga diambil rumah mode Max Mara dan Alberta Ferreti yang menggaet model Amerika berhijab kelahiran Somalia, Halima Aden. Sang model tampil di panggung peragaan busana Milan Fashion Week.
"Fashion terkemuka kini menilai fashion santun sebagai hal penting. Sepuluh tahun lalu, jika merk Anda berasal dari latar belakang religius dan mencoba menawarkannya di mal lalu menyebutnya sebagai item yang santun atau bernuansa Muslim maka itu sama saja seperti bunuh diri," ujar Reina Lewis, profesor London College of Fashion, yang telah menulis dua buku terkait topik busana Muslim.
"Istilah 'santun' yang kemudian muncul di niche market menjadi sangat tepat karena itu tidak terkait keyakinan tertentu," ujar Lewis.
Pada 2019, konsumen Muslim diperkirakan akan menghabiskan uang 464 miliar dolar AS untuk berbelanja barang fashion. Sedang untuk kosmetik, mereka merogoh kocek hingga 73 miliar dolar AS. Jelas, Muslim menjadi sasaran potensial bagi pasar fashion.