Jumat 23 Feb 2018 00:31 WIB

Novel dan Buah Nangka

Pohon yang tak biasanya berbuah banyak itu tiba-tiba dipenuhi 40 buah nangka.

Ronggo Astungkoro, wartawan Republika menyabet dua penghargaan MH Thamrin Award 2017, Rabu (20/9).
Foto: Priyantono Oemar/ Republika
Ronggo Astungkoro, wartawan Republika menyabet dua penghargaan MH Thamrin Award 2017, Rabu (20/9).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Ronggo Astungkoro

Babak baru kehidupan Novel Baswedan bermula ketika dirinya disiram air keras oleh dua sosok yang hingga kini tak diketahui identitas lengkapnya. Pagi itu, Selasa 11 April 2017, seperti biasa Novel melakukan shalat Shubuh berjamaah di Masjid Jami Al-Ihsan, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Warga sekitar memang mengenal Novel sebagai seorang yang selalu menunaikan ibadah shalat di masjid. Masjid Jami Al-Ihsan dapat ditempuh dari rumahnya cukup dengan berjalan kaki sekitar 70 meter.

Pada pagi ke-11 di bulan April 2017 itu, usai melaksanakan shalat berjamaah, Novel berjalan kembali menuju kediamannya. Hampir setengah perjalanan menuju rumah, kira-kira pukul 05.01 WIB, serangan yang kasusnya selama 10 bulan terakhir ini belum juga menemui titik terang terjadi.

Begitu air keras mengenai wajah dan matanya, mulutnya berteriak. Sembari menutupi muka dengan tangan, kaki Novel berlari kembali ke arah masjid. Ketika berlari itu, dirinya menabrak pohon nangka yang berada di depan rumah Wisnu Broto (63 tahun).

"Waktu itu saya masih di masjid. Novel pulang sendirian lebih dulu," cerita Wisnu yang sedang melihat kedatangan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu di depan rumahnya.

Wisnu menunjukkan titik di pohon nangka yang membuat kepala Novel memar dan bengkak. Tak ada yang berkata bengkak di kepala Novel sebesar bakpau saat itu, tapi yang jelas, benturan dari kepalanya membuat kulit pohon nangka itu sedikit terkelupas.

Setelah kejadian tersebut, Novel dilarikan ke rumah sakit untuk diberikan penanganan medis. Pohon nangka yang ia tabrak masih berdiri kokoh di muka rumah Wisnu. Tak ada yang aneh awalnya pada pohon itu.

Namun kemudian, pohon yang tak biasanya berbuah banyak itu tiba-tiba dipenuhi 40 buah nangka. Wisnu yang sudah tinggal di sana sejak tahun 1980 itu pun mengaku terheran-heran mengapa hal itu bisa terjadi. Ia melihat buah di pohon nangka itu bergerombol secara terpisah di setiap batangnya.

Ada 40 biji nangka itu tumbuh lebat sekali setelah kejadian itu. Ini sisanya masih ada satu. Tadinya ada 40 bergerombol. "Buahnya saya bagi-bagi ke warga sekitar sini, semuanya dapat," tuturnya.

Setelah sedikit bicara soal keanehan yang terjadi pada pohon nangkanya, ia kembali membahas soal Novel. Menurut mantan Ketua RT itu, di tengah segala kesibukannya, Novel merupakan sosok yang santun dan alim. Apa yang diperbuatnya membuat Wisnu termotivasi. Dia membuat kita termotivasi. Masih muda, tiada hari tanpa shalat di masjid. Jadi kita dibuat termotivasi oleh dia.

Berdasarkan apa yang Republika lihat, memang Novel selalu berjalan ke masjid setiap adzan berkumandang. Saat tiba di kompleksnya, Novel langsung menuju masjid untuk melaksanakan shalat Ashar. Pun begitu saat azan Maghrib dan Isya terdengar, ia keluar rumah dan berjalan kaki menuju Masjid Jami Al-Ihsan.

Novel juga dikenal sebagai warga yang aktif dalam kegiatan masyarakat di lingkungannya. Dari sekian banyak kegiatannya, Novel tetap menyempatkan diri untuk memelihara lingkungan di sekitar rumahnya. Ia turut membantu ketika warga bergotong-royong membersihkan lingkungan.

Bersih-bersih selokan dia ikut serta. Kalau ada yang meninggal, gotong mayat dia juga ikut. "Novel kalem-kalem saja orangnya," ungkap Wisnu.

Dari semua yang Wisnu utarakan, Novel selalu membuat dirinya berguna untuk masyarakat di sekitarnya. Bahkan, dari musibah yang menimpanya, Novel tetap "beramal" melalui buah nangka dari pohon yang ditabraknya.

Tak heran jika jamaah Masjid Jami Al-Ihsan selalu meluangkan waktunya satu minggu sekali hanya untuk berdoa untuk kesembuhan Novel. Hal itu dikatakan oleh Wisnu. Ia juga mengungkapkan, jamaah Masjid Jami Al-Ihsan memang begitu mengenal Novel. "Rutinitas kita itu selalu ikut berdoa untuk kesembuhan dan keselamatan Novel," ujarnya.

Wisnu berharap, Novel dapat segera pulih dari sakit yang ia rasakan saat ini. Ia merasa prihatin dengan kondisi Novel yang hanya bisa melihat menggunakan satu matanya. Ia juga ingin kasus Novel segera selesai dan tuntas. "Supaya pertanyaan-pertanyaan kita selama ini tentang siapa pelakunya, dalangnya, cepat ketahuan," ujarnya.

Selain Wisnu, doa yang tak jauh berbeda juga diucapkan oleh Amri (74). Amri merupakan salah satu jamaah masjid yang menjadi langganan Novel beribadah menghadap Allah SWT. Ia berdoa agar Novel segera diberikan kesembuhan dan bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

"Kita merasa bersyukur kepasa Allah SWT dia bisa kembali lagi ke sini. Harapannya, semoga cepat tertangkap pelakunya," kata Amri usai melaksanakan ibadah shalat Ashar bersama Novel.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement