REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dwi Murdaningsih*
Donald Trump menabuh genderang perang dagang. Pekan lalu, Trump mengumumkan akan menerapkan kebijakan tarif impor baja dan aluminium. Pemerintah AS akan menerapkan tarif impor sebesar 25 persen untuk baja dan 10 persen untuk alumunium.
Berbagai reaksi muncul dari pihak-pihak yang netral maupun yang berkepentingan dengan kebijakan ini. Senator Pat Roberts mengingatkan pemerintah AS akan mendapatkan tindakan balasan dari negara-negara mitra dagang seperti Cina.
Cina dan Eropa telah mempertimbangkan akan mengurangi impor kedelai dari AS. Sejauh ini Cina merupakan eksportir baja terbesar yang diikuti oleh Brasil dan Korea Selatan. Protes keras mengenai tarif impor baja dan alumunium juga dilayangkan oleh Kanada.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan AS tarif impor baja dan alumunium dapat menyebabkan kerusakan hubungan ekonomi. IMF menilai proteksionisme perdagangan bakal meluas dengan alasan untuk keamanan nasional. Negara lain bukan tidak mungkin menggunakan alasan keamanan nasional untuk membenarkan pembatasan impor.
Tapi sepertinya Trump tidak gentar. Trump terus menekan sejumlah negara mitra dagang AS. Dia mengancam akan menerapkan pajak impor kepada produsen mobil Eropa, jika Eropa menentang tarif impor baja dan alumunium. Dalam Twitter pribadinya, Trump menyatakan, dia akan melakukan apapun untuk kepentingan bisnis AS.
Dilaporkan Reuters, Ahad (4/3), AS mengenakan tarif 2,5 persen untuk mobil yang dirakit di Eropa. AS juga menerapkan tarif 25 persen untuk mobil van dan truk pickup Eropa yang diekspor ke Negeri Paman Sam tersebut. Sementara, Eropa memberlakukan tarif 10 persen untuk mobil buatan AS. Dalam sebuah acara penggalangan dana di Florida, Trump melayangkan kritik terhadap Eropa. Dia menilai, Eropa akan mengalahkan AS dalam perdagangan.
Dalam sebuah pidato di Universitas Harvard, Komisaris Eropa untuk Persaingan Margrethe Vestagar mengatakan, Uni Eropa akan menanggapi kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump. Hal ini bertujuan untuk melindungi industri di Eropa dan sistem perdagangan dunia. Menurut Vestagar, tindakan Trump ini dapat merusak sistem perdagangan global.
Perlu diingat, dan diakui bahwa AS adalah negara besar. Apapun kebijakan yang diambil AS bisa mempengaruhi perekonomian global baik langusng maupun tidak langsung. Begitu pula bagi Indonesia. Jika dampak tarif impor baja dan aluminium kecil bagi Indonesia karena volume ekspor yang 'tidak seberapa', perlu diingat bahwa negara pemasok aluminium dan baja ke AS bukan tidak mungkin akan mengalihkan pasarnya ke Indonesia.
Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution juga sudah berjaga-jaga jika kebijakan ini benar akan terjadi. Jika terjadi, dia akan segera digelar rapat koordinasi bersama menteri perindustrian dan menteri perdagangan dalam menanggapi dampaknya bagi Indonesia. Menut dia, masih terlalu dini bagi Indonesia untuk ikut bereaksi tapi jika itu benar-benar terjadi, maka Darmin memprediksi ancaman produk dari Cina akan semakin merajalela di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan jika kebijakan tersebut benar diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat, maka akan menyebabkan kekacauan terhadap ekonomi dunia. Dalam sejarahnya, perang dagang selalu membuat perekonomian dunia buruk. Meski demikian, dirinya masih menunggu kebijakan resmi karena kebijakan tersebut masih dirundingkan oleh pemerintahan AS. Gedung Putih akan mengumumkan aturan resmi tersebut selambatnya pekan depan.
*)Penulis adalah Redaktur Republika.co.id