REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Abdullah Sammy*
Olahraga kini bukan lagi melulu soal urusan di atas lapangan. Sisi hitungan bisnis di luar lapangan juga menjadi faktor penting dari olahraga dewasa ini.
SportyFI memasukkan olahraga ke dalam kegiatan yang punya nilai ekonomi yang besar. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir keuntungan ekonomi di olahraga melonjak tajam. "Keuntungan ekonomi yang dihasilkan dari bisnis olahraga ada di rentang 500 miliar dolar AS hingga 1,3 triliun," tulis SportyFI.
Dari seluruh kegiatan olahraga, cabang sepak bola yang paling menghasilkan keuntungan tertinggi. SportyFI mencatat cabang sepak bola mendominasi 43 persen dari keseluruhan bisnis olahraga.
Piala Dunia menjadi ajang yang paling menghasilkan keuntungan ekonomi terbesar di sepak bola. Karena itu wajar apabila di Piala Dunia 2018 kali ini membawa misi ekonomi bagi seluruh negara, khususnya bagi negara tuan rumah Rusia.
Berkaca pada Piala Dunia edisi terdahulu, negara tuan rumah selalu meraih multiplier efek dari Piala Dunia. Keuntungan langsung yang didapat adalah kedatangan wisatawan. Dari wisatawan ini menghasilkan multiplier efek alias efek ganda. Mulai dari hunian hotel, kuliner, hingga kegiatan berbelanja yang akan mengerek perekonomian sang negara tuan rumah Piala Dunia.
Afrika Selatan pada Piala Dunia 2010 merasakan manisnya dampak ekonomi Piala Dunia. Seperti dikutip Goal, pemerintah Afsel menghabiskan dana sebesar 40 miliar Rand atau Rp 42,5 triliun untuk stadion, infrastruktur transportasi, dan perbaikan bandara. Meskipun biaya besar, namun setelahnya dampak besar dirasakan rakyat Afsel dari turnamen itu.
Data dari salah satu akuntan publik dunia KPMG menyebut selama turnamen Piala Dunia berlangsung mampu memberikan kontribusi sekitar 0,5 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Afrika Selatan. Piala Dunia juga mampu mengangkat pertumbuhan ekonomi sekitar 4-6 persen dalam triwulanan negara itu.
Tingkat pariwisata juga mengalami kenaikan sebesar 20 persen lebih tinggi daripada hari biasanya pada tahun itu. Peningkatan juga terjadi di sektor Industri makanan dan minuman yang naik 10,4 persen dibandingkan 2009.
Restoran sebesar 14,4 persen, penjual makanan 9 persen, bar 20,5 persen, ritel 7,4 persen dan sektor pendapatan lainnya sekitar 28,5 persen. Piala Dunia juga menarik lebih dari 1,4 juta pengunjung selama turnamen berlangsung di Afsel.
Bagaimana dengan Rusia? Negara Beruang Merah optimistis bisa mendongkrak neraca ekonominya dari Piala Dunia 2018. Sejauh ini, sekitar 550 ribu wisatawan asing telah masuk ke Rusia sepanjang dua pekan pelaksanaan Piala Dunia 2018.
Angka itu tentu mendongkrak perekonomian Rusia. Mulai dari hotel, restoran, tempat wisata, hingga pusat perbelanjaan di Rusia mencatat keuntungan yang fantastis.
Di sisi lain, masuknya banyak wisatawan membuka lapangan kerja baru bagi rakyat Rusia. Sejauh ini, Piala Dunia 2018 sudah menghasilkan sekitar 220 ribu lapangan pekerjaan telah diciptakan. Dengan catatan itu, Rusia berhasil mendongkrak Produk Domestik Brutonya (PDB) selama sepuluh tahun persiapan Piala Dunia yang mencapai 26 miliar dolar atau senilai Rp 361 triliun dan 30,8 miliar dolar yang setara dengan Rp 428 triliun.
Bukan hanya Rusia, Cina juga tak mau ketinggalan untuk mencatat untung pada Piala Dunia kali ini. Mungkin banyak yang bertanya, apa hubungannya Cina dengan Piala Dunia 2018?
Memang, timnas Cina tak berpartisipasi pada ajang empat tahunan tersebut. Tapi, yang berpartisipasi adalah grup usaha di Cina yang membidik Piala Dunia sebagai sarana promosi ke seluruh belahan dunia.
Maklum, Cina kini sedang gencar dalam mengepakkan sayap bisnisnya di dunia. Kebetulan, Piala Dunia kali ini berlangsung di negara yang secara politik menjadi sahabat mereka.
Di sisi lain, rival ekonomi Cina, Amerika, tampak enggan untuk jor-joran menjadi sponsor. Sebab, seperti diketahui hubungan AS dan Rusia tak harmonis.
Kesempatan itu diambil oleh tujuh perusahaan raksasa Cina untuk menjadi sponsor Piala Dunia. Sponsor asal Cina itu di antaranya, merek ponsel Vivo, Dalian Wanda Group, Hisense Group, dan Diking China. Total dari investasi perusahaan Cina ini mencapai 835 juta atau sekitar Rp 11,7 triliun.
Tujuan dari perusahaan Cina berinvestasi di Piala Dunia 2018 adalah untuk membangun propaganda positif bisnis mereka, yakni 'made in China'. Mereka yakin, lewat Piala Dunia citra produk Cina akan lebih positif sehingga mampu menggeser produk negara lain yang selama ini menguasai pasar.
Sponsor Resmi Piala Dunia 2018
No | Nama Perusahaan | Nilai |
1. | Wanda | 850 juta dolar AS |
2. | Coca Cola | 330 |
3. | Qatar Airways | 300 |
4. | Adidas | 800 |
5. | Visa | 230 |
6. | Kia Motor | 200 |
7. | Budweiser | 180 |
8. | McDonal | 180 |
9. | Gazprom | 150 |
10 | Vivo | 120 |
11. | Hisense | 40 |
12. | Mengniu | 40 |
13 | Afla Bank | 12 |
14. | AAPOCA | 12 |
15. | Luci | 12 |
16. | Pro Russian Railways | 12 |
17. | Yadea | 12 |
18 | Diking | 12 |
19. | Rostelecom | 12 |
12. | Egypt Experience & inv | 12 |
*) Penulis adalah redaktur republika