REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bilal Ramadhan*
Dalam beberapa tahun terakhir, Malaysia bergejolak dengan adanya skandal kasus 1MDB. Kasus ini membawa dampak yang besar bagi Malaysia. Selain utang melonjak, kasus ini juga membuat peta perpolitikan di Malaysia langsung jungkir balik. Koalisi Barisan Nasional yang telah berkuasa selama enam dekade pun runtuh karena kasus ini.
Sebenarnya apa itu 1MDB? 1MDB adalah lembaga yang mengelola dana investasi pemerintah yang dibentuk pada 2009 lalu dengan tujuan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi. Sebagai Perdana Menteri Malaysia, saat itu Najib Razak menjabat sebagai pemimpin dewan penasihat yayasan tersebut.
Di sini peran dari bankir muda, Low Taek Jho atau kerap dikenal dengan panggilan Jho Low. Ia berperan dalam pembentukan 1MDB. Sedangkan Jho Low juga teman dekat dari anak tiri Najib Razak, Riza Aziz.
Dalam pengelolaannya, 1MDB menggalang dana dengan cara menjual obligasi atau surat utang sebagai investasi dan melakukan usaha gabungan dengan pihak asing, salah satunya dengan perusahaan minyak Arab Saudi, PetroSaudi International. Dengan cara ini, miliaran dolar AS berhasil dikumpulkan hingga 2013.
Hingga kemudian pada 2015, The Wall Street Journal mengungkap adanya dana sebesar 700 juta dolar AS yang diduga mengalir dari 1MDB ke rekening pribadi Najib. Tak hanya itu, Departemen Kehakiman AS memperkuat adanya skandal ini. Disebutkan ada dana sebesar 4,5 miliar dolar AS dari 1MDB yang dialirkan ke sejumlah negara dan perusahaan-perusahaan penampung. Total ada enam negara yang mengusut kasus ini terkait pencucian uang, kesalahan menajemen dana dan kasus kriminal terhadap kegiatan usaha 1MDB.
Sebagian besar dana ini terkait dengan Jho Low untuk membeli aset-aset mewah. Aktor Leonardo diCaprio dan model asal Australia, Miranda Kerr ikut tersangkut dalam kasus ini ini karena menerima barang dari Jho Low, yang memang dikenal dengan gaya hidupnya hedon di dunia entertainment Hollywood.
Leonardo menerima lukisan, sedangkan Miranda menerima perhiasan. Keduanya telah mengembalikan barang-barang tersebut kepada Departemen Kehakiman AS dan menyatakan siap membantu dalam penyelidikan kasus ini.
Dan yang paling heboh tentu saja, penyebutan ‘Pejabat Nomor 1 Malaysia’ oleh Departemen Kehakiman AS. Pejabat ini disebutkan mengambil 30 juta dolar AS dari 1MDB dan menggunakan sebagiannya untuk membeli perhiasan-perhiasan istrinya.
Najib sendiri telah membantah bahwa orang yang disebut ‘Pejabat Nomor 1 Malaysia’ tersebut dirinya. Najib juga membantah memakai dana dari 1MDB sebesar 700 juta dolar AS, seperti yang disebutkan The Wall Street Journal, untuk kepentingan pribadinya.
Meski anehnya, Najib memecat Wakil Perdana Menteri Muhyiddin Yasin dan Jaksa Agung Abdul Gani Patail. Jaksa Agung yang baru, Apandi Ali membela Najib dan menyebutkan uang sebesar 681 juta dolar AS yang masuk ke rekening Najib adalah pemberian dari keluarga kerajaan Arab Saudi. Najib juga sudah mengembalikan uang 620 juta dolar. Dan penyelidikan kasus ini sempat ditutup karena kurangnya bukti.
Mahathir Mohamad bisa disebut sebagai barisan sakit hati yang geram melihat adanya skandal tersebut, namun tidak ada upaya untuk mengungkapkannya dari pemerintah. Mahathir keluar dari koalisi dan menyatakan masuk dalam oposisi Pakatan Harapan yang dipimpin musuh lamanya, Anwar Ibrahim.
Mahathir bukan tokoh yang sembarangan di Malaysia. Meski kini berusia 92 tahun, Mahathir masih kharismatik dan rakyat Malaysia masih memujanya. Mahathir pernah menjadi Perdana Menteri Malaysia selama 22 tahun dari 1981 hingga 2003. Mahathir juga menjadi salah satu tokoh yang membesarkan Partai UMNO, partai utama di Barisan Nasional.
Langkahnya yang memutuskan untuk keluar dari Barisan Nasional dan bergabung dengan Anwar Ibrahim membawa angin baru bagi Malaysia. Melalui oposisi Pakatan Harapan, Mahathir maju di pemilihan raya dan berhasil mengalahkan juniornya itu. Dia kembali menjadi Perdana Menteri di usia senjanya.
Dan benar saja, begitu dilantik pada 10 Mei 2018 lalu, Mahathir langsung bersumpah untuk mengungkap skandal 1MDB yang merugikan keuangan negaranya. Mahathir juga geram dengan utang Malaysia yang melambung karena Najib dan 1MDB-nya.
Mahathir menyebut Najib menjadi pihak yang paling bertanggungjawab dalam skandal 1MDB. Ia juga mengklaim telah memiliki bukti untuk menjerat Najib. Namun hampir dua bulan berselang, penyelidikan masih jalan di tempat. Pemerintah Malaysia juga belum bisa menangkap Jho Low yang berada di negara yang tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Malaysia.
Sedangkan pihak kepolisian malah direpotkan dengan perhiasan istri Najib Razak dalam jumlah besar yang menghitung nilainya membutuhkan waktu hingga lima minggu. Berita-berita seputar skandal 1MDB juga malah memperlihatkan adu argumen antara Najib dan Mahathir.
Mahathir masih memiliki banyak waktu untuk membuktikan tuduhannya terhadap Najib. Namun Mahathir juga perlu tahu, harimau pun bisa marah jika tak kunjung mendapatkan makanannya. Begitu pun dengan rakyat Malaysia. Jangan sampai tindakan Mahathir justru menjadi bumerang bagi dirinya dan pihak pendukung Najib berbalik menyerang dan menurunkannya.
Lalu kemana Anwar Ibrahim? Saat ini mungkin saja Anwar sedang berpura-pura menjadi penonton ‘drama politik’ dari kedua musuh yang telah membawanya ke penjara ini. Ketika Mahathir dan Anwar akan ‘saling bunuh’ dan sudah ada yang menjadi arang atau abu, maka Anwar akan tampil menjadi pihak yang akan bertepuk tangan dan membersihkan debu-debu yang tersisa.
*)Penulis adalah redaktur republika.co.id