Kamis 30 Aug 2018 07:01 WIB

Pesan Bung Karno, Asian Games 2018, dan Olimpiade 2020

Prestasi Asian Games mesti jadi pondasi untuk Olimpiade 2020

 Ketua Inasgoc, Erick Thohir memegang medali emas bersama atlet Indonesia untuk Asian Games 2018, beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua Inasgoc, Erick Thohir memegang medali emas bersama atlet Indonesia untuk Asian Games 2018, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erick Thohir*

Dua hari sebelum pembukaan Asian Games 1962, Bung Karno mengumpulkan seluruh atlet Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta. Bung Karno berpidato, membakar semangat atlet-atlet Indonesia yang akan turun bertanding. 

Kepada atlet, Bung Karno berujar tentang dedication of life (dedikasi hidup). Menurut Bung Karno, dedikasi hidup para pahlawan telah mengantarkan atlet menikmati kemerdekaan. 

Bung Karno meminta atlet melanjutkan dedikasi itu. Caranya sudah bukan lagi dengan angkat senjata, namun olahraga. 

“Di zaman modern ini ada lagi lapangan yang dinamakan lapangan olahraga saudara-saudara. Dan sekarang, sekarang semua harapan dititipkan kepadamu. Hei olahragawan-olahragawan, sekarang Ibu Pertiwi itu minta dipersembahi olehmu dengan prestasimu yang setinggi-tingginya,” ujar Bung Karno mengobarkan semangat. 

Semangat atlet berkobar mendengar pidato Bung Karno. Mereka seperti ingin menunjukkan dedication of life-nya. Hingga akhirnya, kontingen Indonesia mampu meraih 12 emas dan duduk di peringkat kedua dalam klasemen Asian Games 1962. Padahal pada tiga gelaran Asian Games sebelumnya Indonesia tak pernah meraih sekeping pun medali emas. 

Sejak Asian Games 1962, Indonesia menjelma sebagai Macan Asia di lapangan olahraga. Bahkan pada 1977, Indonesia mengukuhkan diri sebagai raja olahraga Asia Tenggara. Sejak 1977 hingga 1997, Indonesia hanya dua kali gagal menjadi juara umum SEA Games, yakni pada 1985 dan 1995. Selebihnya, sembilan kali Indonesia selalu keluar jadi juara umum.

Tapi selepas tahun 1997, prestasi olahraga Indonesia perlahan menurun. Indonesia memang sempat menjadi juara umum saat jadi tuan rumah pada SEA Games 2011. Tapi gelar juara umum itu terasa seperti selingan indah sekejap mata. Tak hanya gagal mempertahankan juara umum, tapi prestasi olahraga Indonesia malah dilewati negara macam Vietnam, Malaysia, bahkan Singapura. 

Banyak yang bertanya-tanya, mengapa prestasi olahraga Indonesia menurun selepas 1997? Survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan timbul gejala penurunan minat masyarakat Indonesia pada kegiatan olahraga selepas krisis ekonomi dan politik 1998. Hal inilah menjadi salah satu indikasi penyebab mengapa prestasi olahraga Indonesia menurun. 

Budaya kegiatan olahraga di tengah masyarakat, seperti Senam Kesehatan Jasmani (SKJ), mulai meluntur sejak 1997. Lesunya gairah olahraga ini selaras dengan lesunya prestasi atlet Indonesia. 

Momentum untuk membangkitkan gairah masyarakat akan olahraga akhirnya tiba lewat Asian Games 2018. Syukur Alhamdulillah, hingga pelaksanaannya yang memasuki hari ke-13, Asian Games 2018 telah berhasil mengembalikan kembali gairah maupun prestasi olahraga Indonesia. 

Atlet Indonesia bahkan mampu menorehkan sejarah baru dengan meraih 30 medali emas sejauh ini pada Asian Games 2018.

Catatan ini membuat Indonesia menjadi negara Asia Tenggara tersukses dalam sebuah gelaran Asian Games. Indonesia menggeser Thailand yang sebelumnya meraih predikat itu kala mencetak 24 emas, 26 perak, dan 40 perunggu pada Asian Games 1998 di Bangkok. 

Akan tetapi, prestasi membanggakan jangan lantas membuat kita larut dan berpuas diri. Kita tentu harus belajar dari sejarah SEA Games 1997 atau 2011. 

Kita tentu tak ingin mengulangi sejarah buruk usai SEA Games 2011 yang kala itu juga berlangsung di Palembang dan Jakarta. Kali ini usai Asian Games 2018, Palembang dan Jakarta mesti menjadi tonggak awal menuju kemajuan. Bukan justru puncak kurva yang kemudian cenderung menurun.  

Prestasi di Asian Games 2018 seharusnya menjadi titik awal kebangkitan olahraga Indonesia untuk menjadi raja di Asia maupun dunia. Tak banyak waktu bagi kita untuk berpesta akan kesuksesan di Palembang dan Jakarta. Sebab tahun depan, Indonesia sudah harus kembali tampil di SEA Games 2019 Filipina. 

Sedangkan pada 2020, atlet-atlet Indonesia harus bertarung di Olimpiade Tokyo. Dua event olahraga itu masih akan berlangsung di Asia. Meski bukan berlangsung di kandang kita, tapi bendera yang kita perjuangkan masih sama.

Di manapun tempatnya, siapapun lawannya, dan apa pun level kejuaraannya target olahraga Indonesia haruslah tetap sama seperti seruan Bung Karno 1962. "Ibu Pertiwi itu minta dipersembahi olehmu dengan prestasimu yang setinggi-tingginya.” 

Walhasil, ada baiknya kita meresapi adagium populer berbunyi 'learn form the past, live in the present, and belive in future.' Sebab pelajaran di Asian Games 1962 adalah pondasi untuk berprestasi di Asian Games 2018. Sedangkan prestasi saat ini membuka kesempatan untuk semakin baik lagi di SEA Games 2019 atau Olimpiade 2020. 

 

*penulis adalah Ketua Panitia Penyelenggaran Asian Games 2018 (Inasgoc) dan Ketua Komite Olimpiade Indonesia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement