REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Maspril Aries, Wartawan Republika
Usai sudah perhelatan pesta olahraga negara-negara Asia, Asian Games XVIII yang berlangsung di Jakarta-Palembang pada 18 Agustus-2 September 2018.
Banyak pujian dan apresiasi yang diberikan pada Asian Games XVIII. Indonesia dinilai sukses sebagai penyelenggara dan sukses meraih prestasi dengan berada pada peringkat empat negara-negara peraih medali terbanyak di bawah raksasa olahraga Asia yakni Cina, Jepang dan Korea Selatan.
Apresiasi datang Presiden IOC Thomas Bach yang datang ke Indonesia untuk menghadiri penutupan Asian Games XVIII. Bersama Presiden Komite Olimpiade Asia (OCA) Syeikh Ahmad Al-Fahad Al-Sabah, Thomas Bach bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Sabtu, 1 September 2018.
Kepada tamunya dari IOC, Presiden Joko Widodo menyampaikan keinginan Indonesia mengajukan diri sebagai kandidat tuan rumah Olimpiade 2032. “Dengan pengalaman yang kita miliki dalam penyelenggaraan Asian Games ke-18 ini, maka kita Indonesia yakin untuk juga bisa dan mampu menjadi tuan rumah untuk perhelatan yang lebih besar,” kata Presiden Joko Widodo.
Suksesnya Asian Games XVIII di Indonesia tidak terlepas dari dua nama yang telah bekerja keras mempersiapkan dan melaksanakan Asian Games 2018. Dua nama tersebut adalah Erick Thohir dalam kapasitas sebagai ketua pelaksana Asian Games XVIII atau Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc) dan Alex Noerdin sebagai Gubernur Sumatra Selatan (Sumsel).
Suasana penutupan Asian Games ke 18 di Stadion Utama Gelota Bung Karno, Jakarta, Ahad(2/9).
Menyebut dua nama tersebut tiada maksud hati menghilangkan peran tokoh atau nama lainnya. Erick Thohir yang juga Ketua Komite Olahraga Indonesia (KOI) dan Alex Noerdin yang juga Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumsel adalah dua sosok yang paling sibuk dalam mempersiapkan Asian Games XVIII di Jakarta dan Palembang.
Pasca-Asian Games Erick Thohir dan Alex Noerdin punya mimpi, punya obsesi atau apa pun namanya, yang sama. Setelah Asian Games dua tokoh tersebut ingin Indonesia bisa menjadi tuan rumah Olimpiade atau pesta olahraga yang diikuti atlet dari negara-negara di seluruh dunia.
Bak gayung bersambut, keinginan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade langsung digaungkan Presiden Joko Widodo dan mengema ke dunia internasional. Presiden IOC Thomas Bach pun menyambut baik pencalonan diri Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.
Menurutnya, kesuksesan Asian Games 2018 menawarkan fondasi yang sangat kuat untuk pencalonan Indonesia. Dengan Asian Games, dengan keberhasilan besar ini, Indonesia telah menunjukkan mereka memiliki semua bahan untuk menyelenggarakan Olimpiade dengan sukses.
Ketua Penyelenggaran Asian Games (Inasgoc), Erick Thohir
Menjelang berakhirnya Asian Games, Erick Thohir menyatakan kepada media, dalam wawancara di Republika Jumat, 31 Agustus 2018 menyatakan, “Kita Layak Gelar Olimpiade.” Menurutnya, Indonesia layak dan perlu diperhatikan untuk menjadi penyelenggaraa Olimpiade pada 2032 mendatang. “Apalagi, setelah Cina, Korea, Jepang, tentu Indonesia perlu dipertimbangkan,” ujarnya.
Alex Noerdin yang akan mengakhiri masa jabatan keduanya sebagai Gubernur Sumatra Selatan usai perhelatan Asian Games XVIII, jauh-jauh hari sudah menyampaikan keinginan Sumsel menjadi tuan rumah Olimpiade. Menurutnya, di depan anggota Komisi XI DPR yang berkunjung ke Palembang meninjau persiapan Asian Games XVIII pada Oktober 2017, “Seandainya saya masih muda dan mendapat kesempatan menjadi gubernur lagi, target kami berikutnya adalah Olimpiade, Formula 1, Moto GP bahkan Piala Dunia FIFA.”
Indonesia layak menjadi tuan rumah Olimpiade, - Erick Thohir
Tentu akan ada yang menuding, keinginan tersebut sebagai bualan semata yang kemudian diikuti pertanyaan, siapkah atau sanggupkah Indonesia menjadi penyelenggara Olimpiade? Tudingan atau pertanyaan seperti itu mungkin pernah ada saat Presiden Soekarno menyampaikan rencana Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV pada 1962?
Negara Indonesia yang baru berusia 13 tahun sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 pada rapat Dewan Federasi Asian Games di Tokyo tahun 1958 berhasil terpilih menjadi tuan rumah Asian Games IV melalui voting dengan mengungguli Pakistan. Indonesia meraih 22 suara dan Pakistan 20 suara.
Saat itu banyak yang pesimis Indonesia mampu menyelenggarakan Asian Game IV – 1962, Indonesia dikelompokan negara miskin dan minim fasilitas olah raga berskala internasional itu. Namun Presiden Soekarno bertekad, Asian Games merupakan momentum yang harus ditangkap mengangkat citra bangsa Indonesia di dunia internasional. Bagi Presiden Soekarno berapa pun biaya yang harus dikeluarkan, tidak menjadi masalah asalkan harga diri dan martabat Indonesia di mata dunia diakui.
Soekarno yakin dalam waktu empat tahun setelah penetapan, Indonesia bisa menyelenggarakan Asian Games dengan fasilitas kelas dunia. Tekad presiden pertama Indonesia tersebut terbukti. Faktanya Indonesia mampu melaksanakan Asian Games IV– 1962. Lima puluh enam Tahun kemudian juga sukses melaksanakan Asian Games XVIII – 2018.
Jika kelak Komite Olimpiade Internasional atau IOC menetapkan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade XXXV tentu negeri ini siap karena baru akan terlaksana pada 2032. Masih ada waktu panjang bagi Indonesia melakukan persiapan. IOC telah menetapkan tuan rumah Olimpiade XXXII pada 2020 adalah Tokyo kemudian Olimpiade XXXIII pada 2024 di Paris dan tuan rumah Olimpiade XXXIV adalah Los Angles pada 2028.
Sambil menanti kesempatan menjadi tuan rumah Olimpiade 2032, dunia olahraga Indonesia harus terus-menerus menjaga asa, seperti pesan Ketua Inasgoc ErickThohir. Selain mememenuhi standar Olimpiade pada pelaksanaan Asian Games XVIII, Indonesia juga harus terus menjaga performa atlet. Setelah Asian Games ada Sea Games 2019 Filipina dan Olimpiade 2020 di Tokyo.
“Tingkatkan dan jaga performa supaya di Olimpiade 2020 medali emas kita jangan satu, empat lah setidaknya. Jangan dari bulu tangkis terus, tapi dari yang lain juga. Ini akan dilihat juga oleh IOC. Tuan rumah Olimpiade tapi tidak dapat medali emas tidak mungkin IOC akan kasih tuan rumah,” katanya.
Presiden Joko Widodo dan Gubernur Sumsel Alex Noerdin.
Berandai-andai jika pada saat voting negara anggota IOC memilih Indonesia sebagai tuan rumah Olimpiade 2032 dibanding pesaingnya India, Cina dan Australia, maka dimana Olimpiade tersebut akan selenggarakan? Tetap di Jakarta atau di kota atau provinsi lain di luar Jakarta dan Jawa?
Jika di luar Jawa, maka pilihan Provinsi Sumsel atau Palembang menjadi prioritas setelah Jakarta yang diprediksi pada 2032 penduduknya semakin padat. Sekaligus untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia itu bukan hanya Jakarta. Sumsel telah ditetapkan Presiden Joko Widodo sebagai provinsi olahraga dan Palembang telah memiliki komplek olahraga terpadu dengan nama Jakabaring Sport City (JSC).
JSC memiliki fasilitas dan venue olahraga berstandar internasional. JSC yang cikal-bakalnya pada PON XVI – 2004 sampai kini terus terjaga dan berkembang. Bandingkan dengan provinsi lain yang juga pernah menyelenggarakan PON seperti Kalimantan Timur tuan rumah PON XVII – 2008 dan Provinsi Riau tuan rumah PON XVIII – 2012. JSC masih bisa dikembangkan karena di kawasannya sudah direncanakan akan dibangun sirkuit Moto GP.