REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andi Nur Aminah*
Belakangan ini, Hanif, warga Dompu, Nusa Tenggara Barat diliputi kecemasan. Kebiasaannya pergi ke surau setiap kumandang azan subuh memanggil, menjadi sedikit terganggu. Ayah dua anak itu khawatir di perjalan dari rumahnya menuju surau yang hanya berjarak kurang dari 300 meter, tiba-tiba berpapasan dengan anjing. "Iya, kalau subuh mau shalat di surau jadi was-was, khawatir kalau tiba-tiba diserang anjing," katanya.
Hewan anjing, belakangan ini menjadi momok warga Dompu khususnya, dan warga NTB dan NTT pada umumnya. Lalu kenapa mereka khawatir keluar rumah saat subuh atau di waktu hari sudah gelap? Penyebabnya, karena anjing-anjing yang terinveksi rabies takut pada cahaya dan tidak mendengar. Karena itu, binatang ini cenderung akan berkeliaran saat gelap.
Dalam keseharian warga, binatang ini sangat dekat dengan aktifitas keseharian mereka. Anjing dijadikan hewan penjaga kebun, penjaga rumah, atau penjaga ternak. Tak jarang, hewan ini terlihat menjadi kawan bermain anak-anak mereka di halaman rumah.
Kepala Dinas Petenakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Dompu, Zainal Arifin mengatakan populasi anjing di wilayah Dompu sangat banyak. Estimasinya ada sekitar 22 ribu ekor! Akhir 2018 lalu, sejak kian meningkatnya jumlah warga yang menjadi korban gigitan anjing gila, pemerintah lewat Disnakeswan mengambil langkah jangka pendek dengan mengeliminasi anjing-anjing yang diduga terjangkit rabies.
Pemda dan warga mengambil langkah serius. Mereka membunuh ribuan anjing liar, baik dengan cara ditembak maupun diberi racun. Pemusnahan anjing-anjing liar dengan cara ditembak dikoordinasikan dengan melibatkan anggota Perbakin. Disamping warga dengan kesadaran sendiri juga ada yang memusnahkan anjingnya maupun anjing liar secara mandiri.
Tercatat ada sebanyak 1.078 ekor anjing tak bertuan yang diduga terkena rabies dan telah dimusnahkan. Bangkai anjing-anjing tersebut kemudian dikubur dalam satu lubang besar. Sementara untuk langkah jangka panjangnya, Disnakeswan pun melakukan vaksinasi terhadap hewan-hewan ini.
Perang terhadap anjing yang terkena rabies ini dilakukan lantaran kian banyaknya manusia yang jadi korban gigitan anjing. Di wilayah dompu, dilaporkan ada sekitar 600-an warga yang digit anjing. Korban yang meninggal akibat gigitan anjing gila di wilayah Dompu, tecatat sudah enam orang. Pemerintah setempat pun telah menyatakan Kabupaten Dompu KLB rabies sejak 18 Januari 2019.
Zainal menyebut kasus rabies sendiri diketahui pada 15 Januari 2019. Setelah adanya kasus rabies, masyarakat yang merasa pernah digigit anjing pun berbondong-bondong memeriksakan diri ke Puskesmas dan mendapatkan suntukan vaksin. Sebagai informasi, virus rabies ini masa inkubasinya dua bulan sampai dua tahun.
Anjing yang terpapar rabies memiliki sifat-sifat khas. Umumnya anjing tersebut takut pada cahaya dan air. Kelakuannya sulit diduga dan cenderung agresif.
Nah, sepertinya perlu nih lebih awas pada anjing, karena hewan yang terkena rabies juga ada dua tipe. Ada yang tipe diam dan tipe gelisah. Yang tipe diam, yaitu anjingnya diam saja lalu tiba-tiba ada orang lewat langsung digigit. Sedangkan yang tipe gelisah, cirinya semua benda apapun dimakan. Bahkan benda-benda yang bukan makananya seperti kaleng atau plastik bisa dimakannya.
Jika menemukan kondisi anjing seperti ini, sebaiknya hindari atau kalau perlu dimusnahkan saja. Selain ancaman menggigit manusia, kekhawatiran warga adalah jika anjing gila ini menggigit hewan ternak mereka. Karena rabies juga sangat mudah menulari hewan lainnya, seperti monyet, kucing, juga sapi dan kerbau, yang digigit oleh anjing gila.
Lalu bagaimana dengan manusia yang digigit? Pokoknya, jika pernah merasa digigit oleh anjing, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Karena mana tau, anjing yang menggigit itu sudah terpapar rabies atau tidak. Dan ingat, masa inkubasinya cukup lama, yakni dua bulan hingga dua tahun tadi. Jadi, patut diwaspadai tanda-tandanya
Seperti apa tanda-tandanya? Manusia terinfeksi rabies disebutkan akan berkelakukan gaduh, tidak tenang, cenderung gelisah. Dia pun akan takut pada cahaya terang, dan takut melihat air. Orang yang terinfeksi rabies sangat mudah ketakutan dan kecenderungannya marah-marah. Mereka secara periodik awalnya tenang, marah-marah, tenang lagi, marah lagi dengan jeda waktu yang semakin cepat. Jika gejala ini berlangsung terus menerus, bisa berakhir pada kematian.
Namun ada juga mereka yang terinfeksi rabies, kecenderungannya hanya diam saja. Jika diajak bicara pun tetap diam. Ada yang mengalami lumpuh dari kaki sampai atas, dan setelah pernafasannya terganggu, pun dikhawatikan akan meninggal.
Saya pribadi, tanpa melihat ciri-ciri anjing gila pun, sudah akan menghindar jauh-jauh darinya. Di samping karena saya takut, pemahaman saya sebagai seorang Muslim adalah memelihara anjing di dalam rumah itu tidak dibenarkan. Mengutip ceramah Ustaz Abdul Somad yang ngetop itu, dia menyampaikan kalau dalam sebuah rumah ada anjing, maka malaikat rahmat tidak akan masuk ke dalam rumah tersebut. Selanjutnya, dia pun menjelaskan bahwa siapa yang memelihara anjing, maka satu hari amalannya akan dikurangi sebesar Bukit Uhud.
Membayangkan sebesar apa Bukit Uhud dan sebesar apa sih amalan yang bisa kita lakukan dalam sehari? Maka sebagai Muslim, tentu saya bersyukur mengidap phobia pada anjing. Setidaknya, dengan tak ada interaksi, saya bisa terhindar dari gigitannya. Wallahu alam bizzawab.
*) Penulis adalah redaktur republika.co.id