REPUBLIKA.CO.ID, oleh Teguh Firmansyah*
Apa jadinya jika dua negara Pakistan dan India berperang secara terbuka, apalagi bila keduanya sampai secara habis-habisan menggunakan senjata nuklir yang dimiliki? Tentu dampaknya tidak hanya di dalam negeri atau kawasan, tetapi dunia secara keseluruhan.
Kedua negara sama-sama memiliki senjata nuklir yang bisa dikombinasikan dengan hulu ledak. Pada 2011, Pakistan mengonfirmasi memiliki kemampuan taktis senjata nuklir yang cukup untuk menjangkau India. Hulu ledak nuklir yang disetel lebih kecil ini bisa dipadukan dengan rudal jarak dekat 50-100 kilometer.
Pakistan juga memiliki misil jarak menengah yang dapat menggapai seluruh wilayah di India. Tak hanya itu, Pakistan memiliki rudal the Shaheen 2 yang dengan daya jelajah hingga 2.000 kilometer.
Menurut laporan SIPRI, Pakistan mempunyai 140 hingga 150 hulu ledak nuklir. Semuanya merupakan tipe fission atau bahasa mudahnya bom atom. Jumlah itu, sedikit lebih banyak dibanding India dengan kisaran 130 hingga 140 hulu ledak dengan tipe serupa.
Meski lebih sedikit, kemampuan rudal India tak kalah canggih dengan Pakistan. India mempunyai sembilan tipe misil, salah satunya adalah Agni-3 dengan jangkauan 3.000 hingga 5.000 kilometer.
India juga memiliki rudal penjelajah Brahmos yang dikembangkan bersama Rusia. Rudal ini bisa dikombinasikan dengan hulu ledak nuklir.
Angkatan Udara India juga mampu menjatuhkan bom nuklir langsung ke wilayah Pakistan, seperti halnya AS melakukannya ke Jepang. Di Lautan, India bisa meluncurkan rudal berhulu ledak nuklir dari kapal selam.
Jumlah hulu ledak nuklir yang dimiliki India maupun Pakistan bukan tidak mungkin jauh lebih besar daripada yang dicatat. Karena jarang satu negara mengungkapkan rahasia kekuatan militernya secara transparan ke publik.
Namun menurut Alan Robock Profesor dari Rutgers University dan Brian Toon dari University of Collarado, tidak butuh nuklir dalam jumlah besar untuk menciptakan situasi yang juga disebut "Nuclear Winter".
Jika asap dan sisa bahan material dari ledakan nuklir menutupi cahaya matahari untuk sampai ke permukaan bumi maka bisa berakibat pada menurunnya temperatur. Kondisi tersebut akan menyebabkan kegagalan panen dan menyebarnya kelaparan.
Studi juga memprediksi produksi pertanian di sejumlah wilayah AS dan Cina bisa anjlok hingga 20 persen selama empat tahun dan 10 persen selama satu dekat. Selain itu, pengunaan senjata nuklir juga bisa membuat penipisan laporan ozon sehingga menyebabkan radiasi ultra violet secara berlebihan.
Dalam studi yang lain Robock bersama peneliti juga mengungkapkan dampak dahsyat dari senjata nuklir. Pertempuran senjata nuklir dalam jumlah terbatas dapat mengubah temperatur dunia hanya dalam waktu 10 hari.
Adapun efek peledakan 100 senjata nuklir dengan berat 15 kiloton bisa menewaskan hingga 20 juta jiwa. Dampak lanjutannya bahkan bisa jauh lebih buruk selama bertahun-tahun.
Oleh sebab itu, baik India maupun Pakistan tentu akan sangat menimbang matang-matang untuk menggunakan senjata nuklir. Karena pemakaian senjata berbahaya ini tak akan menguntungkan siapapun dan hanya menghancurkan kedua negara.
Kita sudah melihat dampaknya langsung saat AS menjatuhkan bom atom ke Nagasaki dan Hiroshima pada Perang Dunia II. Semuanya hancur dan dampaknya terasa hingga bertahun-tahun.
Hubungan India-Pakistan sedang hangat-hangatnya setelah aksi pengeboman di Kashmir yang menewaskan 40 tentara India. Pemerintah India di bawah Narendra Modi mengecam serangan tersebut.
Modi sangat berkepentingan atas isu ini karena ia akan menghadapi pemilu dalam waktu dekat. Sikap lembeknya bisa dijadikan alat bagi oposisi untuk menghantamnya.
Pemerintah Modi dengan cepat menyalahkan Pakistan dan menganggap mereka sengaja membiarkan milisi. Pakistan menilai tuduhan dari Modi tak berdasar.
Ketegangan semakin meningkat setelah India menyerang kamp milisi di wilayah Pakistan. Islamabad membalas dengan menembak jatuh jet tempur India. Kontak senjata di antara keduanya pun pecah, meski hanya sekitar satu jam.
Kini Dunia berharap agar Pakistan dan India menurunkan ketegangannya. Dialog dan negosiasi adalah satu-satunya jalan untuk mencapai kemenangan bersama. Pakistan telah beritikad baik untuk berdialog. India pun harus melakukan hal yang sama dan tidak mempolitisir isu ini.
*) Penulis adalah redaktur republika.co.id