REPUBLIKA.CO.ID, oleh Gita Amanda*
Pertengahan Juni lalu, dunia hiburan Tanah Air dikagetkan dengan "penampilan" baru Agung Hercules. Setiap orang yang mendengar nama Agung Hercules tentu membayangkan lelaki bertubuh kekar, berambut gondrong dengan kaos ketat atau lengan buntung.
Agung, dengan otot-otot layaknya seorang binaragawan tak jarang mengocok perut penonton dengan logat jawanya yang kental. Barbel, tak pernah lepas dari genggamannya. Waktu lagu "Astuti" sukses dibawakannya, Agung bahkan memiliki microphone khusus berbentuk barbel.
Tapi pemandangan soal fisik Agung Hercules berubah drastis. Kini rambut gondrong sebahunya dipangkas habis. Topi kupluk kerap ia gunakan demi menutupi botaknya. Tubuhnya kurus, jalannya sedikit terpincang-pincang.
Istrinya, mengkonfirmasi di akun Instagram bahwa Agung menderita kanker otak. Tak tanggung-tanggung kanker tersebut telah mencapai stadium 4.
Menurut Ketua Departemen Bedah Saraf MRCCC Siloam Hospital Semanggi Made Agus M Inggas kanker otak termasuk salah satu kanker paling ganas. Penyebaran kanker otak disebut-sebut sangat cepat. Itu yang dialami Agung.
Gejala kanker otak sering kali sulit dikenali. "Kadang bisa menyerupai gejala maag, flu, sakit kepala, mual dan muntah,” ungkap dokter Made.
Sebelum Agung, sejumlah nama besar di Tanah Air juga bertarung melawan kanker. Terakhir, mantan ibu negara Ani Yudhoyono. Ia divonis menderita kanker darah sebelum akhirnya menutup usia, usai empat bulan secara intensif berperang dengan kanker yang menggerogoti.
Sebelum Ani, Ustaz Arifin Ilham pun menjadi salah satu pejuang kanker. Ustaz yang kondang dengan lantunan zikirnya itu, tak kuasa melawan kanker kalenjar getah bening dan kanker nasofaring.
Ketua Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi, penyakit kanker bagaikan bom waktu yang mengerikan. Yup, penyakit ini tak hanya menyerang orang dewasa tapi bahkan anak-anak. Ini terjadi pada putri semata wayang Penyanyi Denada, yang menderita kanker darah.
YLKI melalui Tulus, menyoroti arah kebijakan pemerintah. Menurutnya semestinya kebijakan pemerintah mendukung untuk menekan angka penyakit tak menular yang mengancam generasi muda negeri ini. Jika tidak, ini akan menjadi bom waktu yang akan menghancurkan generasi harapan bangsa.
Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan. Kebiasaan buruk yang dilakukan setiap hari, kerap tak disadari menjadi pemicu pertumbuhan sel kanker sedikit demi sedikit.
Para ahli kesehatan berulang kali mengingatkan untuk mengubah gaya hidup agar lebih sehat. Asupan makanan tentu tak luput dari perhatian utama.
Ingat! Kita adalah apa yang kita makan. Ini bisa diartikan apa yang kita konsumsi akan menentukan kesehatan dan kehidupan kita. Saat ini pilihan makanan sehat sudah sangat mudah didapat. Informasi mengenai itu pun telah bertebaran di dunia maya maupun media-media arusutama.
Tapi tantangannya tentu, semakin menjamurnya berbagai resto dan pilihan makanan cepat saji yang tak memerhatikan kaidah-kaidah kesehatan. Narasi soal makan makanan sehat akan menunjang kesehatan pun seakan semakin usang dan tak lagi dipedulikan.
Begitupun dengan olah raga. Akses olah raga saat ini sudah kian beragam. Tempat-tempat kebugaran pun semakin menjamur. Tapi lagi-lagi, semua tergantung masing-masing diri.
Satu lagi yang menjadi sorotan adalah kualitas udara dan lingkungan sekitar. Sudah menjaga asupan, olah raga teratur namun masih juga terkena penyakit mematikan. Bisa jadi udara dan lingkungan yang semakin tercemar menjadi penyumbang atau faktor eksternal penyakit masuk ke tubuh.
Kemarin, Jakarta disebut-sebut sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia. Hal tersebut tentu perlu jadi perhatian pemerintah untuk meminimalisir penyebab polusi udara yang memburuk di Negeri ini. Bagaimana pemerintah menciptakan lingkungan yang layak dan sehat untuk warganya. Pembangunan taman kota, perbaikan saluran air, sungai dan pengurangan kendaraan bermotor.
Sambil menunggu hal itu terus direalisasikan pemerintah, kita bisa mencoba menjaga diri sendiri dengan mengubah gaya hidup. Berupaya hidup dengan gaya yang lebih menunjang kesehatan.
*) Penulis adalah redaktur republika.co.id