REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Fitriyanto (Instagram @fetruk_hi)
Wartawan Republika
Beberapa waktu lalu, seorang rekan jurnalis pernah meminta bantuan untuk diperkenalkan dengan pengelola Stadion San Siro, Milan, Italia. Ada tujuan besar yang hendak diraihnya. Selama berkunjung ke Negeri Spagetti itu, rekan itu tak sekadar menikmati pesona Menara Miring di Roma atau mencari kudapan dari kota mode Milan.
Kunjungan singkat rekan jurnalis bersama sejumlah rombongan itu rupanya ingin mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk pengelolaan San Siro. Ya, inilah stadion legendaris yang dimiliki secara bersama-sama oleh dua klub sekota asal Milan, yakni AC Milan dan Inter Milan.
Dari kunjungan itu, rupanya San Siro telah mampu menghidupkan dirinya sendiri. Selain tiket pertandingan, endorsement sponsor di areal stadion hingga adanya biaya masuk sekaligus wisata untuk menjelajahi stadion berkapasitas 80 ribu lebih bangku itu, menjadi komponen pemasukan yang telah dikelola secara profesional.
Lalu bagaimana denga Indonesia? Ah, sungguh tak elok untuk menyandingkannya dengan San Siro. Tapi, jika kita mau jujur, Indonesia sebenarnya memiliki pula stadion yang memiliki nilai historikal. Sebutlah nama Stadion Gelora Bung Karno (SUGBK).
Sayangnya, pengelola — dalam hal ini pemerintah — masih belum meliriknya sebagai tempat destinasi potensial untuk menggaet para turis, khususnya penggila sepak bola. Tentunya, perlu ada narasi lebih detail sekaligus tour guide yang bisa menjelaskan tentang nilai sejarah yang ada di dalam stadion yang kali pertama dibuka pada 1962 ini. Andai saja pemerintah aware, tentunya destinasi wisata stadion bisa menjadi nilai tambah buat berkunjung ke Jakarta.
Dan, ikhtiar untuk lebih mem-branding Jakarta sebagai kota sepak bola, sepertinya tak hanya terpusat pada eksistensi SUGBK saja. Ke depan, di bawah komando Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, niat menghadirkan stadion berskala internasional juga sudah disiapkan. Tentunya, tak sekadar janji.
Paling tidak, dalam dua tahun ke depan, Jakarta akan bersiap untuk menyambut hadirnya Jakarta International Stadium (JIS). Rencananya, stadion ini menjadi markas bagi tim klub sepak bola Persija Jakarta. Ikhtiar besarnya, kehadiran stadion berkapasitas 82 ribu tempat duduk itu bisa seperti halnya San Siro yang bisa menggerakkan ekonomi lokal sekaligus menghidupkan dirinya sendiri untuk maintenance.
Bahkan, Anies dalam sebuah kesempatan pernah menegaskan eksistensi JIS nantinya menjadi bagian dari Kawasan Sarana Rekreasi Olahraga Jakarta Utara. Harapannya, kawasan itu bisa dikembangkan menjadi kegiatan komersial yang kelak memberi pendapatan untuk merawat stadion itu sendiri.
Menarik apa yang dikatakan Anies. Menurut dia, dengan adanya kegiatan bisnis di kawasan stadion, paling tidak dapat menggerakkan perekonomian di wilayahnya. Dengan begitu juga, masyarakat Jakarta, khususnya yang tinggal di sekitar JIS, kelak bisa mendapat manfaatnya dari kehadiran stadion yang anggarannya menyedot dana mencapai Rp 5 triliun ini.
Jika merujuk pada gagasan besarnya, JIS ini merupakan stadion multifungsi yang terletak di kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jakarta. Pada 2012, sempat dikabarkan akan menggunakan nama Stadion BMW. Tapi rencana itu kandas. Realisasinya baru terlaksana pada 2019. Setelah selesai, nantinya stadion ini bisa menjadi tempat buat pertandingan sepak bola sekaligus juga menjadi venue untuk konser musik.
Dalam rancangannya, stadion ini akan memiliki fasilitas lebih mewah dibandingkan SUGBK. Fasilitas yang dimiliki JIS akan dibuat modern, setara dengan Stadion Old Trafford milik Manchester United dan Stadion Santiago Bernabeu (Real Madrid).
Fasilitas tersebut antara lain terdiri dari tiga tingkat tribun, adanya ruang khusus VIP, ruang ganti pemain yang modern dan mewah, ramah disabilitas disertai dengan 200 kursi khusus disabilitas, lapangan latihan, rumput stadion berjenis hybrid turf, lahan parkir luas yang dapat menampung 800 mobil dan 100 bus.
Sebagaimana umumnya stadion modern masa kini, atap stadion JIS ini bisa dibuka-tutup, dilengkapi dengan jogging track serta sudah menerapkan green building. Teknologi yang terakhir ini, memungkinkan stadion ini untuk secara mandiri mengelola air dan listrik. Untuk aksesibilitasnya, stadion ini direncanakan terintegrasi dengan moda transportasi publik seperti MRT, LRT, KRL dan akses tol.
Dari semua rencana itu, tentunya hanya ada sedikit harapan saja semoga Jakarta bisa benar-benar mewujudkan stadion yang berskala internasional. Dan, semoga juga Jakarta bisa menawarkan destinasi wisata menarik buat para pecinta sepak bola lokal maupun mancanegara. Sudah siapkah?