Selasa 24 Sep 2019 03:39 WIB

Upaya Sang Legenda Membangunkan Raksasa Tidur

Zidane harus segera temukan solusi agar Madrid selalu kembali ke jalur kemenangan.

Endro Yuwanto
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Endro Yuwanto *)

Kepulangan Zinedine Zidane ke Real Madrid pada Maret 2019 lalu sejauh ini masih di luar ekspektasi. Pelatih yang membawa Madrid juara Liga Champions tiga musim beruntun itu sedang tersudut akibat hasil kurang meyakinkan selama pramusim dan di awal musim 2019/2020.

Pada pertengahan 2018 lalu, Zidane mundur dari kursi pelatih Madrid setelah meraih trofi Liga Champions tiga tahun berturut-turut, yakni pada 2016, 2017, dan 2018. Pria asal Prancis ini pun menjadi satu-satunya pelatih pada era Liga Champions yang bisa mempersembahkan trofi Si Kuping Besar dalam tiga tahun beruntun.

Legenda Prancis berusia 45 tahun itu pertama kali ditunjuk sebagai pelatih Madrid pada 4 Januari 2016. Ia hadir menggantikan Rafael Benitez. Pada musim pertama sebagai pelatih tim senior Madrid, Zidane sukses mempersembahkan trofi Liga Champions. Hal itu diulangi pada dua musim berikutnya.

Total delapan gelar bergengsi dipersembahkan Zidane. Rinciannya adalah tiga gelar Liga Champions, dua trofi Piala Dunia Antarklub dan Piala Super Eropa, serta masing-masing satu kali gelar juara La Liga Spanyol dan Piala Super Spanyol.

Namun kini Madrid belum benar-benar melaju meyakinkan sejak awal musim. Skuat Los Blancos memetik tiga kemenangan dan dua hasil imbang pada lima laga La Liga 2019/2020, lalu takluk 0-3 dari Paris Saint-Germain (PSG) di laga perdana Liga Champions.

Kekalahan atas PSG itulah yang menjadi pukulan berat bagi skuad Madrid. Zidane dinilai gagal membangkitkan mental tim. Madrid masih tenggelam dalam situasi negatif yang sama seperti musim lalu atau saat ditinggalkan Zidane.

Jika kembali kesulitan meraih kemenangan, bukan mustahil posisi Zidane sebagai pelatih Madrid tinggal menunggu waktu untuk perpisahan. Hal ini bisa saja terjadi. Apalagi, ada isu yang mencuat di Spanyol bahwa Zidane berpotensi dipecat dan digantikan Jose Mourinho.

Sebagai pelatih, Zidane pun bertanggung jawab atas performa timnya. Ia diharapkan dapat menemukan solusi sehingga Real Madrid kembali ke jalur kemenangan.

Setidaknya ada sejumlah pekerjaan rumah yang harus dituntaskan Zidane bila ingin terus melatih Real Madrid. Pekerjaan pertama adalah soal fokus pemain di 20 menit akhir pertandingan, terutama di lini belakang. Semua empat gol kemasukan El Real di La Liga musim ini selalu tercipta pada periode tersebut.

Zidane dituntut segera melakukan lebih banyak perubahan. Ini lantaran di periode keduanya melatih klub raksasa Spanyol ini, hanya ada sedikit perubahan tim. Eden Hazard menggantikan Ronaldo dan Thibaut Courtois menggantikan Keylor Navas. Zidane seolah tidak punya ide baru dengan tetap memakai skuat musim 2017/2018 atau musim terakhirnya di Madrid.

photo
Zinedine Zidane

Bukan hanya susunan pemain, Zidane juga dinilai menggunakan skema yang sama dengan musim 2017/2018 lalu. Ia tetap memakai formasi 4-3-3 andalannya yang pernah mengantar Si Putih tiga kali juara Liga Champions. Memang, kemudian pada pekan-pekan terakhir ini, pelatih asal Prancis itu masih terus mencari-cari skema paling tepat. Pasalnya, ia menggunakan formasi berbeda di tiga laga awal La Liga, 4-3-3, 4-1-4-1, dan mencoba 4-4-2.

Gonta-ganti formasi mengharuskan pemain untuk beradaptasi. Hal ini terasa mengganggu upaya Madrid untuk konsisten meraih kemenangan. Maka, penting bagi Zidane untuk menetapkan pola yang ia inginkan dan tepat untuk musim 2019/2020.

Persoalan lainnya adalah Real Madrid kehilangan sosok Cristiano Ronaldo pada bursa transfer musim panas tahun lalu. Pemain berusia 34 tahun itu memilih hengkang ke Juventus setelah mempersembahkan trofi Liga Champions.

Kepindahan Ronaldo itu pun langsung berdampak pada performa Real Madrid. Los Blancos mengalami penurunan performa yang signifikan dan gagal total di Liga Champions, La Liga, dan Copa del Rey. Madrid hanya meraih gelar 'hiburan' di Piala Dunia Antarklub 2018.

Sosok Gareth Bale yang diharapkan mampu mengganti peran Ronaldo juga dinilai gagal. Zidane pun terang-terangan ingin menjual Bale, meski akhirnya gagal. Bale bisa jadi duri dalam daging skuat Zidane. Upaya Zidane untuk menggaet bintang Manchester United Paul Pogba juga gagal.

Tak bisa dimungkiri, di skuat Madrid saat ini tak ada sosok megabintang pengganti Ronaldo yang sangat berperan signifikan selama membela Los Merengues. Mungkin ceritanya akan lain jika Madrid mampu merekrut bintang selevel Ronaldo seperti Neymar atau Lionel Messi.

Meski demikian, Zidane menegaskan timnya akan segera bangkit. Awal sulit Madrid musim ini sempat diduga karena pemain-pemain yang tampil di bawah standar.

Kekuatan Madrid memang meragukan jelang musim anyar bergulir. Para rekrutan anyar seperti Eden Hazard, Ferland Mendy, Luka Jovic, Rodrygo Goes, dan Eder Militao belum memberikan impresi baik. Tapi Zidane membantah. Dia paham Madrid hanya perlu memberikan satu permainan terbaik untuk menemukan momentum.

Sepertinya momentum itu telah ditemukan Madrid saat mengatasi tuan rumah Sevilla 1-0 pada laga kelima La Liga, akhir pekan lalu. Zidane pun senang dengan penampilan yang ditunjukkan oleh anak-anak asuhannya.

Zidane bahkan mengklaim performa Madrid saat menghadapi Sevilla adalah yang terbaik sejak ia kembali menangani Madrid. Ia mengakui Madrid berada dalam momen yang sulit namun para pemain menunjukkan kerja sama yang nyata dalam kondisi tersebut dan tampil baik selama 90 menit penuh.

Kemenangan atas Sevilla membawa Madrid menguntit pemuncak klasemen sementara Athletic Bilbao. Kedua tim memiliki poin yang sama yaitu 11 poin, tapi tim asal Bosque tersebut unggul selisih gol.

La Liga bisa jadi gelar yang akan diupayakan dibidik dengan keras oleh Zidane. Zidane masih berambisi untuk menambah torehan trofi di La Liga. Ia tentu ingin masuk dalam 8 pelatih Real Madrid yang minimal bisa meraih dua gelar La Liga. Apalagi, musim ini pesaing utama Madrid, Barcelona dan Atletico Madrid sedang terseok.

Ambisi gelar juara La Liga tak lain juga untuk mengimbangi dominasi Barcelona di kompetisi ini. Bagaimana tidak, dalam 11 tahun terakhir, Barca sukses menjadi juara sebanyak delapan kali. Sedangkan Madrid hanya mampu meraih dua gelar dalam 11 tahun.

Jika menemukan momentum, selain gelar juara La Liga, Zidane tentu juga akan membidik gelar juara Copa del Rey yang belum pernah digenggamnya selama menukangi Madrid. Andai dua gelar itu mampu digenggam Zidane, prestasi Zidane di periode kedua melatih Madrid tak akan dicap buruk.

Meskipun nantinya gelar juara Liga Champions gagal direngkuh Madrid. Toh, Zidane sudah membuktikan meraih tiga trofi Liga Champions bersama Madrid. Jumlah yang bisa dibilang tak sedikit. Kini saatnya menantikan aksi sang legenda berikutnya untuk membangunkan sang raksasa yang sedang terlelap.

*) Jurnalis Republika Online

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement