REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Gilang Akbar Prambadi (@gilangakbarprambadi)
Wartawan Republika
Apa yang terjadi di kancah persepakbolaan nusantara benar-benar membuat tangan ini mengelus dada. Ibarat rasa kasih di hati, mungkin sepak bola Indonesia paling sulit diminta untuk membalas cinta.
Kekalahan timnas Indonesia atas Malaysia di Bukit Jalil pada lanjutan kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia jadi sketsa pertama yang membuat hari diselimuti awan gelap. Sejak dahulu, motto 'asal jangan oleh Malaysia' terlajur terpatri di pikiran. Ya benar, Garuda hancur lebur selama kualifikasi dengan nol angka di Grup G. Vietnam di posisi teratas dengan 11 angka dari lima laga.
Harapan untuk melihat timnas lolos sudah terkubur sejak kekalahan beruntun di kandang pada sepasang laga awal bulan lalu. Satu dari Malaysia dan satu lagi dari Thailand.
Namun, semua sebenarnya bisa terobati andai Yanto Basna dan kawan-kawan bisa menang di Bukit Jalil saat giliran dijamu Malaysia. Optimisme akan melambung jika bisa melihat Harimau Malaya 'tewas' di Kuala Lumpur. Hanya, ya, tak ada kabar gembira. Ya sudahlah. Kontribusi pemain naturalisasi pada laga tersebut pun malah membuat semakin ingin mengumpat. Kalah 0-2 dengan permainan yang amburadul benar-benar seperti kalah 0-10 rasanya.
Setelah disuguhi berantakannya tim Merah-Putih, harapan untuk menyaksikan olahraga sepak bola yang berkualitas tertumpu ke Liga 1. Pada Rabu (20/11), Lamongan jadi medan pertempuran dua tim yang sedang berjuang menjauhi zona merah. Persela, sang tuan rumah, menjamu Badak Lampung di Stadion Surajaya.
Laga berjalan menjanjikan, kedua tim saling serang. Sorak-sorakan semakin kencang ketika pemain tuan rumah, Alex Dos Santos Goncalves tak sanggup mengeksekusi penalti pada menit ke-71. Laga pun semakin panas, hingga semua benar-benar mendidih ketika sembilan menit kemudian, para suporter tuan rumah melakukan aksi yang sangat disayangkan.
Menit ke-80 berjalan, LA Mania, sebutan fans Persela, menginvasi lapangan di tengah pertandingan yang disiarkan langsung tersebut. Para pemain di lapangan berhamburan. Atas nama kekecewaan, pertandingan yang serupun menjadi korban. Menit ke-85, laga dihentikan. Sekali lagi, sepak bola Indonesia sulit sekali diminta untuk membalas kecintaan ini.
Laga kemudian berlanjut sejam kemudian. Tak ada yang peduli. Sampai kabar menyebutkan, Persela menang 1-0 berkat gol M. Zaenuri pada menit ke-90+4. Sayang sekali, perjuangan kedua tim harus diselesaikan dengan cara demikian.
Sungguh sempurna. Pekan yang sangat buruk untuk diingat. Namun di balik kecewa selalu ada harapan. Harapan melihat bendera merah putih berkibar jaya akan tersaji di pada Selasa (26/11).
Beberapa hari mendatang, timnas U-22 besutan maestro taktik asal Sumatra Barat, Indra Sjafri akan memulai perjuangan di ajang SEA Games 2018 Filipina. Bukan perkara mudah bagi Garuda Muda meniti jalan menuju medali emas.
Timnas U-22 tergabung di Grup B bersama peraih emas edisi 2017, Thailand, serta tim yang sedang naik daun Vietnam dan Singapura. Selain itu ada dua kuda hitam, Laos dan Brunei Darussalam.
Laga pada Selasa pekan depan akan mempertemukan Indonesia dengan Thailand. Kemenangan benar-benar jadi harga mati. Andai menang, maka bermakna pulalah kecintaan ini kepada sepak bola Indonesia.