Kamis 12 Dec 2019 04:04 WIB

Pemimpin Dunia 'Berutang' kepada Greta Thunberg

Aktivis iklim Greta Thunberg dinobatkan sebagai 'Person of the Year' majalah Time.

Aktivis iklim Greta Thunberg dinobatkan sebagai 'Person of the Year'  majalah Time. Foto: Greta Thunberg
Foto: getty via indi100
Aktivis iklim Greta Thunberg dinobatkan sebagai 'Person of the Year' majalah Time. Foto: Greta Thunberg

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Dwi Murdaningsih*

Majalah Time menetapkan pegiat iklim muda asal Swedia Greta Thunberg sebagai tokoh tahunan atau 'Person of the Year' 2019. Time memuji perempuan berusia 16 tahun itu atas aksi kampanye lingkungan yang dia mulai pada Agustus 2018.

Aksi yang dilakukan Greta Thunberg telah menjadi pergerakan global. Thunberg memulai kampanye dengan bolos sekolah dan berkemah di depan gedung parlemen Swedia. Dia meminta pemerintah setempat mengambil langkah terkait perubahan iklim.

Selama 16 bulan sejak saat itu, Thunberg telah berbicara di hadapan pimpinan-pimpinan pemerintahan di PBB. Thunberg bertemu dengan Paus, berdebat dengan Presiden Amerika Serikat. Sungguh, penulis salut dengan keberanian gadis 16 tahun  berbicara dengan pimpinan dunia, tentang perubahan iklim pula!

Thunberg juga menginspirasi empat juta orang untuk ikut bergabung dalam aksi jeda untuk iklim (global climate strike) pada 20 September lalu. Aksi itu adalah dalam demonstrasi iklim terbesar sepanjang sejarah peradaban manusia.

Pekan lalu, Thunberg hadir dalam konverensi perubahan iklim di Madrid, Spanyol. Thunberg tiba di Portugal setelah mengarungi Samudra Atlantik selama tiga pekan dari Amerika Serikat (AS).

Ia menumpang perahu layar yang menggunakan energi terbarukan dari AS. La Vagabonde, kapal yang ditumpangi Thunberg menggunakan panel surya dan generator hidro untuk listriknya.

Apa yang dilakukan Thunberg sudah sepantasnya menggugah para tokoh-tokoh dunia untuk lebih bekerja keras mengatasi perubahan iklim. Thunberg memberikan contoh nyata bagaimana mencegah perubahan iklim bisa dilakukan dari diri sendiri.

Ya, Thunberg menghadiri konverensi iklim dengan mengendarai kendaraan yang sama sekali tidak meninggalkan jejak karbon ketika berlayar. Untuk informasi, jejak karbon adalah jumlah dari gas rumah kaca yang diproduksi oleh setiap kegiatan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut penulis, apa yang dilakukan Thunberg semestinya bisa dicontoh pemimpin dunia. Bukankah ironis jika menghadiri konverensi perubahan iklim namun menggunakan kendaraan yang meninggalkan jejak karbon?

Penulis melihat Thunberg bak tokoh-tokoh yang ada di dalam film. Seorang remaja yang mempu membuat pergerakan global untuk perubahan dunia. Tapi Thunberg adalah tokoh nyata, dan perubahan iklim juga nyata, bukan fantasi.

Kita pun, bisa mulai berupaya mengurangi jejak karbon dalam setiap aktivitas. Mengurangi jejek karbon bisa dilakukan dengan cara sederhana. Misalnya, bijaklah dalam memasak dan berbelanja.

Berbelanjalah dengan mengurangi konsumsi plastik kemasan. Memasaklah secukupnya sehingga tidak banyak energi yang terbuang ketika memasak, air yang digunakan atau dari gas dan listrik untuk memasak. Masih banyak yang juga bisa kita lakukan.

Apa yang disuarakan Thunberg adalah hal yang sungguh penting. Organisasi Save the Children menyebut, guncangan iklim telah menyebabkan jutaan orang di Afrika menghadapi kelaparan. Badan amal itu mengatakan 33 juta orang berada pada tingkat darurat kerawanan pangan akibat topan dan kekeringan.

Sebuah laporan terbaru dari Oxfam menyebut bencana alam yang dipicu perubahan iklim memaksa 20 juta orang meninggalkan rumah per tahunnya dalam beberapa dekade terakhir. Angka itu setara dengan setiap dua detik orang yang meninggalkan rumah karena bencana.

Melihat betapa bahayanya perubahan iklim jika dibiarkan terus, sudah saatnya para pemimpin dunia mengambil langkah-langkah strategis untuk menghentikan potensi bencana tersebut. Jangan biarkan kerusakan yang lebih besar terjadi karena kesalahan kita dalam beraktivitas di bumi.

Penulis rasa, kita semua 'berutang'kepada Thunberg

*Penulis adalah wartawan Republika.co.id

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement