REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari*
Tahun 2019 sudah akan berakhir. Dalam hitungan hari tahun 2020 tiba. Rasanya ada banyak hal menarik yang terjadi di sepanjang 2019. Mulai dari peristiwa politik, perkembangan infrastruktur di Ibu Kota dan daerah-daerah di Indonesia, serta gosip panas seputar BUMN.
Tapi beberapa hari terakhir ini ada hal yang lebih menarik saya. Fakta tertabraknya pesepeda oleh mobil yang diduga pengemudinya mabuk. Serta sebuah mobil yang menabrak sebuah apotek di kawasan Senopati, Jaksel. Kembali diduga pengemudinya di bawah pengaruh alkohol.
Buat saya pribadi, mau minum alkohol atau tidak itu urusan masing-masing orang. Tapi ketika Anda mabuk dan memutuskan mengemudi kendaraan, maka Anda sudah merugikan dua pihak. Yaitu orang lain dan diri sendiri.
Pada Sabtu (28/12) pagi, ketika pengemudi mabuk itu mungkin baru pulang usai berpesta, banyak warga Jakarta yang sudah bangun dari tidurnya dan siap untuk berolahraga. Setidaknya tujuh orang pesepeda menjadi korban tabrakan pengemudi yang disebut polisi mabuk itu di depan gedung Sumitmas di Jalan Sudirman.
Pelaku penabrakan yang mengendarai mobil Avanza langsung ditetapkan sebagai tersangka. Pria tersebut diketahui bekerja sebagai pegawai negeri sipil.
Di hari yang sama, Apotek Senopati yang dua bulan lalu ditabrak mobil hingga menyebabkan satpam apotek meninggal kembali ditabrak. Pelaku penabrakan diduga pula dalam kondisi mabuk.
Untungnya kali ini tidak ada korban jiwa. Hanya bangunan apotek lagi-lagi rusak.
Pascatabrakan, Sudin Bina Marga Jakarta Selatan langsung memasang beton pembatas di taman dekat pertigaan apotek. Mungkin tujuannya agar bila sampai ada insiden lagi, mobil akan terhalang dulu oleh beton dan tidak merangsek masuk ke apotek.
Entah berapa banyak sudah kejadian akibat pengemudi mabuk di sepanjang 2019. Tebakan saya pasti jumlahnya tidak sedikit.
Di Indonesia, atau mungkin di Jakarta, masalah mengemudi di bawah pengaruh alkohol agaknya belum jadi perhatian serius. Jarang terdengar, atau apa mungkin tidak ada?, imbauan dari kepolisian untuk tidak mengemudi saat mabuk atau habis minum-minum.
Mungkin karena anggapannya hanya segelintir orang yang mampu mabuk-mabuk lalu mengemudi mobil. Atau mungkin karena konsumsi alkohol dan mengemudi belum dipandang sebagai ancaman serius? Entah.
Di Amerika, hampir 30 orang meninggal setiap harinya akibat kasus pengemudi mabuk. Dikutip dari National Highway Traffic Safety Administration, artinya setiap 50 menit dalam satu hari satu orang meninggal dunia.
Di Negara Paman Sam, angka kematian akibat pengemudi mobil mabuk memang sudah berkurang hingga sepertiganya. Tapi mengemudi di bawah pengaruh alkohol masih menyebabkan 10 ribu jiwa terancam keselamatannya tiap tahun.
Mengemudi dalam keadaan mabuk memang diatur sebagai pelanggaran dalam UU Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (LLAJ). Mereka yang mengemudi dalam keadaan mabuk dianggap sengaja mengemudikan kendaraan bermotor dengan cara atau keadaan membahayakan, sehingga menyebabkan kecelakaan.
Artinya, pelaku telah melanggar pasal 311 UU LLAJ atau UU No 22 Tahun 2009. Pasal 310 ayat (1) berbunyi, "Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)."
Sedangkan Pasal 311 ayat (1), berbunyi, "Setiap orang yang dengan sengaja mengemudikan Kendaraan Bermotor dengan cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah)."
Sebenarnya apa sih efek dari alkohol ke kemampuan mengemudi? Minuman beralkohol mengandung unsur penenang yang bisa mempengaruhi kemampuan sopir berkoordinasi dan mengambil keputusan.
Alkohol membuat pengemudi terganggu kemampuannya dan kehilangan kemampuan untuk segera mengambil keputusan agar terhindar dari kecelakaan. Bahkan, alkohol mempengaruhi kemampuan pengemudi bermanuver,
Pengemudi yang mabuk membahayakan dirinya sendiri dan semua orang di jalanan. Akhirnya pengemudi mabuk meningkatkan risiko kecelakaan dan kematian di jalanan.
Masih ada banyak alasan mengapa Anda perlau menjauhi alkohol.
Sebuah penelitian yang diterbitkan Jurnal Medis The Lancet mengatakan, alkohol menjadi faktor utama kematian dini dan penyakit. Hal tersebut berlaku bagi pria dan wanita berusia 15 sampai 46 tahun di seluruh dunia.
Penelitian yang dilakukan pada 2016 silam tersebut menyebut, sebanyak 2,8 juta kematian dikaitkan dengan alkohol di sepanjang tahun itu saja. Kesimpulan dari penelitian yang didanai Bill and Melinda Gates tersebut menyebutkan bahwa tingkat minum alkohol paling aman adalah tidak mengonsumsi sama sekali.
Studi lain membuktikan bahwa minum segelas alkohol per hari pun berpotensi meningkatkan risiko mengidap salah satu dari 23 masalah kesehatan. Peningkatan risiko itu terukur 0,5 persen dibandingkan orang yang tidak minum sama sekali.
Peningkatan risiko melonjak menjadi tujuh persen bagi orang-orang yang minum dua gelas minuman beralkohol per hari. Sementara, mereka yang terbiasa minum lima gelas miras per hari menghadapi risiko sebesar 37 persen.
"Meskipun risiko kesehatan yang terkait dengan minum segelas alkohol per hari terkesan sangat rendah, risiko itu berpotensi meningkat dengan cepat karena orang cenderung akan minum lebih banyak," kata Dr Max Griswold, peneliti utama studi.
Seperti dilansir dari laman Express, ilmuwan dari Institute for Health Metrics and Evaluation, University of Washington itu mengatakan proses riset yang dilakukan timnya. Tidak main-main, mereka mengumpulkan data dari 592 studi dengan total 28 juta peserta.
Bagaimana, Anda masih mau mengemudi dalam keadaan mabuk? Terlepas dari segala risikonya, selalu pikirkan orang lain saat bertindak.
Di zaman yang serba mudah ini, jika Anda telanjur mengonsumsi alkohol, minta teman mengantar Anda pulang. Atau tinggalkan kunci mobil di restoran atau kafe dan pesanlah kendaraan daring atau taksi.
Selalu pikirkan keselamatan orang lain, dan diri sendiri ketika mengemudi. Atau lebih baik lagi, jangan sampai mabuk lagi di tahun-tahun ke depan.
*Penulis adalah redaktur Republika.co.id