REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Hafil*
Dalam sebuah acara pelatihan tentang keislaman di kampus saya di Padang 16 tahun lalu, almarhum Yunahar Ilyas menjadi salah satu pembicaranya. Beliau menjadi pembicara sebelum waktu zhuhur. Tidak hanya sebagai pemateri, almarhum juga pada saat itu sebagai pembina kami di acara itu.
Sebelum materi yang beliau sampaikan selesai, beliau mewanti-wanti kita untuk senantiasa menjaga shalat berjamaah. Dalam arti, ketika azan berkumandang, maka seyogyanya kita segera ke masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah.
Menjelang azan zhuhur, Yunahar Ilyas menutup materinya. Dan, ternyata di luar gedung sudah ada sejumlah orang Arab, yang kita tahu itu adalah salah satu donatur kegiataan keagamaan kita pada saat itu datang.
Dan kepada panitia, mereka ingin menyampaikan sejumlah pesan. Namun, almarhum Yunahar melihat jam dan mengingatkan waktu sebentar lagi masuk azan zhuhur.
Akhirnya, orang Arab itu diberi kesempatan berbicara. Benar saja, ketika azan berkumandang, orang Arab itu terus berbicara, saya melihat kegelisahan di wajah almarhum Yunahar Ilyas.
Akhirnya, beliau memberanikan diri untuk mengingatkan orang Arab itu untuk menghentikan pesan-pesannya. Dan, mengingatkan untuk segera shalat zuhur ke masjid.
Akhirnya, seluruh peserta yang ada di ruang itu bisa melaksanakan shalat zhuhur secara berjamaah di masjid. Dari situ, saya mengagum ketegasan dari almarhum Yunahar Ilyas.
Karena, dia konsisten dengan apa yang dibicarakannya. Meskipun harus mengingatkan donatur yang mendukung kegiatan acara kami.
Dari wajahnya pun, saya bisa menilai kalau almarhum memiliki wajah yang kukuh, konsisten, dan berkepribadian kuat. Tidak mencla-mencle.
Soal ketegasan dan konsistensi beliau ini juga diakui sejawatnya di MUI yaitu KH Masduki Baidlowi. Kiai yang juga berkiprah sebagai wakil sekjen PBNU ini juga mengenang almarhum Yunahar sebagai sosok yang lurus dan konsisten dalam perjuangan keislaman (Republika.co.id, 3 Januari 2019).
"Beliau banyak memberikan inspirasi untuk konsisten dalam perjuangan ya, beliau orang yang sangat lurus, ada satu pepatah, bicarakan kebenaran walaupun itu pahit di dengar, dan Prof Yunahar orang yang termasuk berbicara seperti itu," ujar Masduki.
"Beliau juga adalah seorang muslim yang sejati, yang konsisten di dalam menegakkan prinsip-prinsip dasar keislaman," ujar Masduki lagi.
Masduki juga bercerita tentang ketegasan Prof Yunahar sebagai Wakil Ketua Umum MUI Pusat saat memimpin rapat-rapat MUI. Prof Yunahar kata Masduki, selalu mengingatkan agar seluruh anggota untuk fokus membahas tema yang telah ditentukan.
"Biasanya kami itu di rapat MUI bisa berjam-jam karena banyak orang yang pengen ngomong dan ngomongnya itu tidak fokus, kalau yang pimpin Prof Yunahar selalu diingatkan agar tidak melebar-lebar dan fokus, beliau tegas soal itu," ujar Masduki.
Dari sifat yang dimiliki oleh almarhum Yunahar Ilyas itu, kita sebagai generasi muda umat Islam harus bisa meneladaninya. Karena dengan konsistensi itulah kita bisa menegakkan ajaran agama Islam sebenar-benarnya. Tidak hanya terkait agama, juga terkait dengan masalah-masalah yang sifatnya kebangsaan. Ya bilang ya, tidak bilang tidak.
Dalam berbagai kesempatan, bisa jadi secara sengaja maupun tidak sengaja, kita selaku pemuda yang berkiprah sebagai profesional, politikus, pejabat, kerap membuat janji-janji. Namun, adakalanya janji-janji itu tidak bisa kita tepati karena ketidakkonsistenan kita.
Karena itulah, sifat konsistensi almarhum Yunahar Ilyas ini harusnya bisa menjadi cambuk bagi kita. Agar kita tidak mudah goyah dengan godaan-godaan di luar sana yang bisa menyengsarakan diri kita sendiri, keluarga, hingga negara. Selamat jalan Prof Yunahar Ilyas, semoga kami bisa meneladani konsistensimu.
*) penulis adalah jurnalis republika.co.id