Jumat 31 Jan 2020 01:42 WIB

Indonesia Terlalu Santuy Hadapi Virus Corona

Belum ada larangan tenaga kerja asing dan wisatawan China masuk Indonesia.

Nidia Zuraya
Foto: republika
Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nidia Zuraya*

Dalam 31 tahun terakhir, dunia dihadapkan pada kemunculan penyakit-penyakit infeksi baru (PIB) atau juga disebut emerging infectious diseases (EIDs). Termasuk juga penyakit yang bersifat zoonotic (penyakit hewan/satwa yang dapat menular ke manusia dan sebaliknya) seperti Avian Influenza (Flu Burung), Ebola, MERS-COV, Zika Virus, SARS maupun virus Corona Wuhan.

PIB dan zoonosis biasanya terjadi mencakup geografis yang luas, mengancam manusia dan menimbulkan kerugiaan ekonomi yang tinggi. Dan Indonesia, menurut Pusat Darurat untuk Penyakit Hewan Lintas Batas Badan Pangan Dunia (ECTAD FAO), dikenal sebagai hotspot munculnya PIB serta zoonosis.

Meski lembaga sekelas FAO sudah menyatakan Indonesia sebagai hotspot munculnya PIB dan zoonosis, kenyataannya dalam kasus merebaknya virus Corona Wuhan, negara ini cukup santuy dalam menyikapi wabah ini. Bandingkan dengan negara-negara lain yang melakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan warganya dan mencegah penyebaran virus Corona Wuhan di negaranya.

Kalaupun ada, sifatnya hanya berupa imbauan perjalanan (travel advice) bagi WNI yang hendak bepergian ke China demi mengantisipasi terpapar virus Corona. Lalu bagaimana dengan turis atau tenaga kerja asing (TKA) dari China yang masuk ke Indonesia?

Hingga hari ini memang Pemerintah Indonesia belum dengan tegas melarang para turis asal China maupun TKA China untuk masuk ke wilayah teritorial Indonesia sejak wabah virus Corona Wuhan merebak. Padahal, para turis dan TKA China tersebut berpotensi membawa virus Corona masuk ke wilayah Indonesia.

Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, Prancis, Australia, dan Jerman yang sangat ketat dalam hal biosekuriti pun masih kebobolan dalam hal pencegahan masuknya wabah virus Corona ke negara tersebut. Hingga kini sebanyak 18 negara mengumumkan kasus positif virus Corona.

Sementara sejak menyebar di Kota Wuhan pada akhir Desember 2019 lalu hingga 30 Januari 2020, virus Corona sudah memakan korban jiwa 212 orang meninggal dunia dan lebih dari 5.806 orang lainnya telah terkonfirmasi positif terinfeksi virus tersebut.

Terkait penyebaran zoonosis, pada awal November 2018 lalu Deputi Regional Manager FAO Ian Dacre pernah menyampaikan bahwa penyebaran penyakit-penyakit yang bersifat zoonotic bisa melalui wisatawan asing. Saat itu ia berbicara dalam konteks merebaknya wabah African Swaine Flu (ASF) di China.

Menurut FAO, kemunculan PIB dan zoonosis, erat kaitannya dengan peningkatan populasi manusia dan hewan/ternak, arus urbanisasi yang tinggi, perubahan sistem pertanian dan alih fungsi lahan (kerusakan hutan) serta globalisasi perdagangan hewan.

Dalam hal pencegahan penyebaran virus Corona, saya sependapat dengan langkah yang ditempuh oleh Pemerintah Korea Utara. Korea Utara melarang turis asing berkunjung ke negara tersebut. Sebagian besar turis mencanegara yang berwisata ke Korea Utara adalah penduduk China.

Korea Utara sepertinya menyadari betul bahwa virus Corona Wuhan ini selain mengancam manusia juga menimbulkan kerugiaan ekonomi yang tinggi. Mengenai kerugian ekonomi, Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu mengatakan wabah virus Corona berpotensi berdampak ke sektor perdagangan. Ia mengatakan jika penyebaran virus Corona tidak disetop maka memengaruhi arus barang dunia.

 

Selain itu Korea Utara mengetahui betul bahwa vaksin untuk virus baru Corona ini belum ada. Kalaupun ada, mungkin hanya dimiliki oleh China, tempat dimana virus tersebut berasal.

Sudah bisa ditebak, jika China memang berhasil mengembangkan vaksin untuk virus Corona tipe terbaru ini, tentunya vaksin tersebut bakal dibanderol dengan harga yang mahal.

Tak hanya China, Rusia dan Amerika Serikat pun sudah mengerahkan para ilmuwannya untuk mengembangkan vaksin Corona. Bagaimana dengan Indonesia? sebagai negara santuy, mungkin Indonesia hanya menunggu negara-negara tersebut berhasil menciptakan vaksin Corona. Selanjutnya, pemerintah Indonesia tinggal menganggarkan dana pembelian vaksin dalam APBN.

  

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement