Jumat 28 Feb 2020 03:56 WIB

Selamat Datang Liga 1 2020 yang (Semoga) Lebih Baik

Liga 1 2020 akan bergulir mulai 29 Februari hingga 1 November.

Bali United, juara Liga 1 2019. Liga 1 2020 akan bergulir mulai 29 Februari hingga 1 November.
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Bali United, juara Liga 1 2019. Liga 1 2020 akan bergulir mulai 29 Februari hingga 1 November.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Israr Itah*)

PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi resmi meluncurkan kompetisi Liga 1 2020 pada Senin (24/2). Tempatnya mewah, di Hotel Fairmont, Jakarta. 

Liga 1 2020 akan bergulir mulai 29 Februari hingga 1 November, diikuti 18 tim. Tiga di antaranya klub promosi yakni Persita Tangerang, Persik Kediri dan Persiraja Banda Aceh. Duel pembuka akan mempertemukan Persebaya Surabaya kontra Persik di Stadion Utama Gelora Bung Tomo, Surabaya, Sabtu (29/2).

Direktur Utama PT LIB Cucu Somantri dalam sambutannya menjabarkan bahwa Liga 1 2020 menyajikan hal berbeda. Durasi kompetisi lebih panjang, yakni 246 hari, dengan masa rata-rata recovery selama 4,78 hari. Ini, kata dia, lebih lama dari Liga 1 2019, yang menghabiskan rata-rata recovery 4,68 hari.

Dengan begini, ia berharap semua kontestan bisa lebih fokus mempersiapkan pertandingan. Sehingga persaingan antartim makin kompetitif. Ia berharap kejadian seperti 2018 akan muncul lagi, yaitu tim yang terdegradasi baru ketahuan pada pekan akhir liga.

Sementara Ketua Umum PSSI menyatakan, kompetisi musim ini sudah dipersiapkan dengan baik. Salah satunya sejalan dengan agenda timnas. Liga 1 2020 akan berakhir sekitar 20 hari sebelum laga Piala AFF 2020.

Sebagai penggemar sepak bola dan pecinta timnas Indonesia, saya menyambut baik semangat perubahan ke arah lebih baik yang digaungkan PT LIB. Sebab di mana-mana, muara kompetisi adalah lahirnya pemain bertalenta yang siap memperkuat tim nasional. Namun di Indonesia lain cerita.

Sebelumnya, kita selalu disuguhkan keruwetan jadwal kompetisi yang tidak klop dengan agenda timnas Indonesia. Saat pelatih timnas hendak memilih pemain yang dibutuhkannya, pihak klub enggan melepas. Alasannya, mereka sangat membutuhkan sang pemain karena persaingan di liga tengah ketat. Atau kalau diizinkan, dengan sejumlah syarat. Misalnya boleh terlambat bergabung menyesuaikan agenda klub. 

Kemudian setelah bergabung dengan timnas, persoalan lain muncul, para pemain tak dalam kondisi fisik prima. Sebab, tenaga mereka terkuras bertarung di kompetisi dengan jadwal super padat. Hanya di Indonesia jadwal liga dibuat sedemikian rupa agar pertandingan bisa berlangsung hampir setiap hari demi pemasukan dari tayangan televisi.

Kita sudah menyaksikan itu pada kualifikasi Piala Dunia 2022 yang lalu. Kombinasi strategi keliru pelatih Simon McMenemy dan deretan pemain kelelahan sangat pas menghadirkan kekecewaan bagi pendukung timnas Indonesia.

Oh ya, saya sengaja mengabaikan faktor keengganan klub melepas pemain dengan alasan lain ya! Sebab saya pernah mendengar keluhan seorang petinggi klub yang 'perhitungan' melepas pemainnya karena menilai manajemen timnas yang buruk soal penanganan cedera pemain. Manajemen timnas, kata petinggi klub tersebut, hanya bisa memakai pemain dan 'kurang bertanggung jawab' saat pemain cedera. Kalau soal ini, pembahasannya akan makin panjang. Lagipula, mari berbaik sangka, PSSI di bawah kepemimpinan Mochamad Iriawan punya manajemen timnas yang lebih baik. Sinyal awalnya bisa dilihat dari menarik pelatih kaliber internasional asal Korea Selatan Shin Tae-yong. Keluhan seperti yang disampaikan petinggi klub tersebut anggap saja sudah masa lalu.

Kembali ke Liga 1 2020, jadwal pertandingan sebenarnya tak banyak berbeda dengan musim sebelumnya. Mulai pekan ketujuh, hampir setiap hari, kita bisa menyaksikan pertandingan Liga 1 2020 di layar kaca. Kemudian ada jeda beberapa minggu di mana laga hanya dimainkan pada akhir pekan, sebelum kembali lagi hampir setiap hari.

Bedanya mungkin, kali ini pembahasan jadwal lebih mendalam dan mempertimbangkan banyak hal. Salah satunya tak terbitnya izin kepolisian karena agenda nasional yang besar seperti pilkada serentak yang berlangsung tahun ini. Komunikasi PSSI dengan pihak kepolisian lebih cair karena status sang ketua umum PSSI yang juga pejabat kepolisian. Pembahasan yang baik seperti ini semoga menghindari adanya penundaan laga karena tidak keluarnya izin. Atau laga tetap berjalan namun tanpa penonton.

Nah, untuk yang satu ini, pendukung fanatik tim-tim kontestan yang berlaga di Liga 1 2020 hendaknya introspeksi. Tak ada gunanya melampiaskan emosi sesaat berwujud anarkisme yang hanya akan merugikan tim Anda dan merembet ke tim-tim lain. Masih ingat kan noda di kompetisi musim lalu. Kerusuhan sudah langsung terjadi pada laga pembuka kompetisi yang mempertemukan PSS dengan Arema. Suporter kedua tim bentrok dan saling melempar botol hingga benda-benda keras lain. Ujungnya, PSS dan Arema mendapatkan hukuman dari PSSI.

Persoalan hukuman ini, kalau boleh PSSI juga bisa lebih menanganinya dengan komprehensif. Tidak main asal denda yang dipotong dari uang subsidi klub. PSSI bisa terus memberikan edukasi kepada kelompok suporter di Indonesia agar lebih bisa menahan diri. Hukuman juga bisa ditambah dengan laga tanpa penonton, benar-benar tanpa penonton. Jangan seperti musim lalu, ada hukuman larangan kepada kelompok pendukung tim tertentu masuk ke stadion, tapi membolehkan penonton hadir. Alhasil kelompok pendukung itu masih bisa mendukung langsung timnya dengan menanggalkan atribut timnya. Hukuman yang aneh dan tak punya efek jera seperti ini semoga tak ada lagi musim ini.

Oh ya, para suporter yang tersulut emosinya kebanyakan karena dipicu oleh performa wasit yang tak maksimal. Semoga dengan perangkat alat komunikasi yang diberikan saat memimpin di lapangan, serta kehadiran Satgas Antimafia Bola, membuat para wasit bisa memimpin lebih baik. Tak ada keputusan aneh yang disengaja.

Terakhir, tentu saja para pemain di lapangan dan orang-orang di manajemen klub juga harus bisa berlapang dada saat kalah. Jangan sampai aksi dan ucapan mereka justru memprovokasi suporter berbuat anarkis. Kalah menang itu biasa, tapi meluapkan emosi sampai mencederai lawan itu sungguhlah tak elok. Cukuplah final Piala Gubernur Jatim yang lalu kita disuguhkan paket komplet sisi minus yang sudah saya tuliskan di atas.

Akhir kata, saya seperti halnya puluhan juta penggemar sepak bola Tanah Air hanya bisa berharap dan mendoakan kompetisi Liga 1 2020 berjalan lebih baik dari sebelumnya. Semoga Liga 1 2020 bisa memunculkan pemain-pemain tangguh yang bisa membuat timnas kita berjaya di pentas internasional.  

 

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement