Senin 23 Nov 2020 06:06 WIB

Ancaman Itu Bernama Sampah Masker

Sampah masker sekali pakai kian mengancam bumi.

Red: Joko Sadewo
Petugas menimbang kantong-kantong berisi limbah masker masyarakat sebelum diangkut truk milik PT Wastec Internasional di Dipo Sampah Ancol, Jakarta, Rabu (15/7/2020). DLH DKI Jakarta bekerja sama dengan PT Wastec sebagai pihak ketiga untuk memusnahkan sampah masker dari masyarakat yang berpotensi masuk dalam kategori limbah bahan beracun berbahaya (limbah B3) sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Foto: Antara/Aditya Pradana Putra
Petugas menimbang kantong-kantong berisi limbah masker masyarakat sebelum diangkut truk milik PT Wastec Internasional di Dipo Sampah Ancol, Jakarta, Rabu (15/7/2020). DLH DKI Jakarta bekerja sama dengan PT Wastec sebagai pihak ketiga untuk memusnahkan sampah masker dari masyarakat yang berpotensi masuk dalam kategori limbah bahan beracun berbahaya (limbah B3) sebagai upaya mencegah penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.

Oleh : Nora Azizah*

REPUBLIKA.CO.ID, Entah sudah berapa lama kita diwajibkan pakai masker dalan kondisi tertentu selama pandemi. Bagi kita yang terbiasa pakai masker sekali pakai, sudah berapa banyak yang kita beli dan buang?

Persoalan sampah masker kian menjadi sorotan di seluruh dunia. Bila sebelumnya Rumah Sakit (RS) menjadi penyumbang sampah masker medis tebesar, pandemi sudah mengubah sejarah itu.

Sampah masker tak lagi jadi pemandangan langka. Saat ini, masker seolah menjadi bagian dari sampah yang dihasilkan masyarakat sehari-hari. Tak hanya itu saja, pandemi membuat sampah masker menjadi gelombang baru polusi plastik.

Alasan orang menggunakan masker sekali pakai mungkin beragam. Mungkin saja ada yang tak nyaman dengan masker kain karena sulit bernapas saat dipakai. Atau, bisa pula karena masker sekali pakai lebih baik dalam menangkal virus.

Tak hanya itu, meski masker kain sudah cukup mudah ditemukan tetapi  kualitasnya tak jarang yang kurang baik. Kalaupun ada yang nyaman, harga cukup mahal.

Masker sekali pakai juga digemari karena tergolong praktis. Setelah dipakai tinggal dibuang. Berbeda dengan masker kain yang harus diperlakukan khusus setelah dipakai.

Hal ini pernah diungkapkan Surfers Against Sewage kepada BBC bahwa ada 'ledakan' sampah masker di sungai dan pantai. Bahkan, sampah sarung tangan plastik juga kian ditemukan di laut.

Ini menjadi ancaman baru bagi bumi. Laut belum juga steril dari aneka sampah plastik botol hingga sedotan. Kini, muncul lagi masker yang kian mengotori bumi.

Indonesia juga mencatat melalui Kementerian Lingkungan Hidup, sampah masker di Indonesia bertambah 0,1 persen dari timbunan sampah. Itu sebabnya masyarakat diminta memakai masker ramah lingkungan, seperti masker kain.

Bila sudah begini, seharusnya kita bisa belajar dari masalah limbah plastik. Penggunaan masker sekali pakai hendaklah dibuat lebih bijak. Seperti yang disarankan banyak ahli. Bagi kita yang sehat, hendaklah mengutamakan memakai masker kain.

Pilihlah masker kain berkualitas dan nyaman dipakai. Tak ada salahnya merogoh kocek lebih untuk membeli masker kain berkualitas yang nyaman. Toh, masker kain dipastikan awet untuk dipakai berulang kali.

Bahkan, saat ini masker kain dibuat lebih beragam. Beberapa model masker kain bahkan terkesan 'stylish'. Jangan lagi pesimistis dengan masker kain, dan mulailah lebih bijak.

Pakailah masker sekali pakai dalam kondisi tertentu saja, seperti bertemu orang sakit, saat sedang sakit, atau harus pergi ke rumah sakit. Utamakan masker medis bagi para petugas medis atau lansia yang membutuhkannya. Sementara kita yang sehat bisa andalkan masker kain di luar kondisi darurat tersebut.

Pandemi memang memaksa kita untuk mengubah kebiasaan. Meski di tengah keterbatasan, lapangkanlah hati untuk tergerak menjaga bumi. Yuk, diet masker!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement