Kamis 16 Aug 2012 09:19 WIB

Fitrah Kemerdekaan

Red: M Irwan Ariefyanto
Yudi Latif
Foto: Republika/Daan
Yudi Latif

REPUBLIKA.CO.ID,Peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini terasa istimewa karena berlangsung pada bulan suci Ramadhan, seperti mendaur ulang ketepatan yang sama saat Republik ini diproklamasikan 67 tahun yang lalu. Ibadah puasa dan semangat proklamasi mengandung pesan moral yang sama. Yang pertama mengingatkan fitrah asal kejadian manusia. Yang kedua mengingatkan fitrah asal pendirian negara. 

Keduanya juga mengingatkan, kesejatian manusia dan bangsa bukan hanya ditentukan oleh pembangunan jasmaniah, melainkan pertama-tama justru pembangunan kejiwaan. “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya!” Itulah pesan dari lagu kebangsaan ‘Indonesia Raya’. Kekayaan alam Indonesia bisa memberi kemakmuran kepada bangsa ini, namun di tangan para penyelenggara negara yang miskin jiwa, sebanyak apapun sumber kekayaan alam itu tak akan pernah mencukupi kesejahteraan warganya. 

Kekayaan budaya Indonesia bisa memberi sumber kemajuan peradaban kepada bangsa ini, namun di tangan para penyelenggara negara yang tak memiliki kepercayaan diri, kekayaan budaya sebanyak apa pun tak akan pernah menjadi kekuatan ke rohanian (karakter) bagi ke majuan bang sa. Kekayaan ke ragaman Indonesia bisa memberi landasan kehidupan yang rukun dan saling menyempurnakan, namun di tangan para penyelenggara negara yang kerdil, kekayaan keragaman itu menjadi sumber pertikaian dan saling mengucilkan. 

Dalam kaitan ini, peringatan Wiranatakoesoema pada sidang BPUPK seperti mengantisipasi kemungkinan ini. “Pada hemat saya hal yang menyedihkan ini karena manusia tidak atau tidak cukup menerima latihan batin, ialah latihan yang menimbulkan dalam sanubarinya suatu kekuatan yang menggerakkan ia ( motive force) untuk mengenal kebenarannya dan menerima macam-macam pertanggungan jawab sebagai seorang anggota masyarakat yang aktif, ... bukankah tujuan kita propatria. Tetapi propatria perorbis concordiam. Maka alam moral ini hendaknya kita pecahkan, karena latihan otak ( intellect) saja, betapa besarnya juga, sungguh tak akan mencukupi untuk menjadikan manusia menjadi anggota masyarakat yang baik.”