Senin 07 Apr 2014 06:00 WIB

Cara Saudi Menentukan Calon Raja

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto: Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri

Dalam sejarah modern Kerajaan Arab Saudi, untuk pertama kalinya negara petro dolar itu pada 27 Maret lalu menunjuk seorang wakil putra mahkota (waliyyun liwaliyyil 'ahdi). Dia adalah Pangeran Muqrin bin Abdul Aziz. Dengan begitu, Pangeran Muqrin merupakan orang ketiga dalam hirarki kekuasaan setelah Raja Abdullah dan Putra Mahkota Pangeran Salman bin Abdul Aziz.

 

Penunjukan orang ketiga dalam hirarki kekuasaan di Kerajaan Arab Saudi ini tampaknya dimaksudkan untuk mencegah spekulasi politik yang berkembang.  Spekulasi politik yang bila dibiarkan liar akan menjadi desas-desus. Desas-desus yang pada gilirannya akan mengganggu stabilitas politik, keamanan, ekonomi, dan bahkan stabilitas sosial. Bukan hanya di dalam negeri Saudi, namun juga di kawasan Timur Tengah.

Apalagi Arab Saudi sekarang ini boleh dikata dikepung oleh serba ketidak-pastian yang terjadi di hampir seluruh kawasan di Timur Tengah. Al Rabi' Al Araby alias revolusi rakyat telah memunculkan gejolak politik di Mesir, Yaman, Libia, dan lainnya. Di Suriah konflik bersenjata telah menewaskan ratusan ribu warga dan menyebabkan jutaan warga mengungsi.

Di Lebanon, pertikaian politik terus berlangsung. Di Irak pemboman bunuh diri hampir mewarnai kehidupan masyarakat sehari-hari. Rakyat Palestina terus menghadapi agresi Israel yang semakin ganas.

Situasi yang serba tidak pasti ini kemudian juga dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok garis keras yang kini menyebar di berbagai negara. Bukan hanya di kawasan yang sedang bergolak, namun juga di negara-negara monarki yang selama ini relatif lebih stabil. Termasuk di Arab Saudi. Kelompok-kelompok garis keras ini yang bila dibiarkan akan bisa mengancam rezim penguasa. Itulah sebabnya Raja Arab Saudi beberapa hari lalu mengeluarkan dekrit yang mengancam warganya yang terlibat dengan kelompok teroris dengan sanksi yang berat.

Tindakan tegas Pemerintah Saudi ini bukan hanya untuk menunjukkan mereka hadir di tengah rakyatnya. Tapi, juga untuk memberi rasa aman dan nyaman kepada umat Islam di seluruh dunia yang akan melaksanakan ibadah haji dan umrah. Tidak bisa dibayangkan seandainya di Arab Saudi terjadi gejolak perebutan kekuasaan seperti halnya yang berlangsung di Suriah, Mesir, Yaman, Libia, dan lainnya.

Namun, ancaman terhadap Saudi bukan hanya dari luar. Justeru yang dikhawatirkan adalah ancaman dari dalam keluarga penguasa. Tidak seperti negara-negara monarki lain seperti Maroko, Yordania, Qatar, dan lainnya di mana suksesi sudah tersistem dan transparan, alih kekuasaan di Saudi, terutama di mata orang luar, masih gelap. Dan, karena itu, mengundang teka-teki, termasuk bagi warga Saudi sendiri.

Alih kekuasaan di Saudi biasanya dilakukan apabila sang raja atau putra mahkota  meninggal dunia. Bila sang raja yang wafat, maka putra mahkota yang akan menggantikannya. Raja yang baru kemudian menunjuk putra mahkota. Bila yang meninggal putra mahkota, maka sang saja akan menunjuk penggantinya. Namun, suksesi ini tidak otomatis berlangsung dari bapak ke anak. Atau ke saudara laki-laki yang lebih muda secara urut kacang.  Suksesi lebih berdasarkan kompetensi setelah yang bersangkutan dianggap berhasil dalam berbagai jabatan strategis.

Ketika Abdul Aziz Al Saud, pendiri dan raja pertama Kerajaan Arab Saudi, meninggal dunia, penggantinya adalah putranya, Saud bin Abdul Aziz. Namun, saat ia wafat penggantinya bukan anak laki-lakinya, tapi saudaranya, Faisal, anak ketiga dari Abdul Aziz. Faisal kemudian digantikan oleh saudaranya, Khalid, anak kelima Abdul Aziz. Khalid digantikan Fahd, putra kedelapan Abdul Aziz. Fahd digantikan oleh Abdullah, putra kesepuluh Abdul Aziz.

Abdullah kemudian menunjuk putra mahkotanya, Salman, putra ke-25 Abdul Aziz. Sebelum Salman, Raja Saudi itu sebenarnya telah menunjuk Pangeran Sultan (putra ke-12 Abdul Aziz) dan kemudian Nayef (putra ke-23 Abdul Aziz) sebagai calon penggantinya. Namun, keduanya meninggal dunia saat masih menjadi putra mahkota.

Belum jelas apa sebenarnya yang melatarbelakangi penunjukan orang ketiga dalam hirarki penguasa Saudi ini untuk pertama kalinya. Yang pasti Raja Abdullah kini sudah berusia 89 tahun dan Pangeran Salman 78 tahun. Sedangkan Pangeran Muqrin berusia 69 tahun. Muqrin merupakan anak ke-35 dan merupakan anak laki-laki terakhir yang masih hidup dari Abdul Aziz.

Al Sharq Al Awsat, media Arab Saudi, hanya menyebut suksesi kekuasaan adalah urusan internal keluarga besar penguasa Saudi (Baitu al Hukmi al Saudy). Merekalah yang paling bertanggung jawab pada keberlangsungan dan persatuan keluarga besar itu. Dan, kepala rumah tangga tersebut adalah Raja Abdullah. ''Dengan penunjukan Pangeran Muqrin bin Andul Aziz sebagai wakil putra mahkota, maka Raja Abdullah telah menjalankan tugasnya terhadap keluarga besarnya dan terhadap bangsa dan negara Kerajaan Arab Saudi.''

Penunjukan Pangeran Muqrin merupakan inisiatif Raja Abdullah yang disetujui Putra Mahkota Pangeran Salman. Raja Abdullah kemudian meminta pendapat dari Lembaga Kerajaan yang bernama Haiatu Al Bai'ah (Dewan Kesetiaan). Dalam keterangan resmi Kerajaan, lebih dari dua pertiga anggota Haiatu Al Bai'ah setuju dengan penunjukan Pangeran Muqrin sebagai wakil putra mahkota.  Penunjukan yang kemudian diikuti dengan pernyataan baiat oleh oleh para tokoh dan wakil suku-suku di Saudi.

Haiatu al Bai'ah merupakan lembaga kerajaan yang dibentuk Raja Abdullah delapan tahun lalu. Diperkirakan lembaga ini beranggotakan keluarga kerajaan inti yang sudah serior. Lembaga ini dimaksudkan untuk menjamin suksesi kekuasaan di Arab Saudi berjalan aman dan lancar.

Keberadaan lembaga ini menjadi penting karena Abdul Aziz, sang pendiri kerajaan, mempunyai anak yang jumahnya puluhan dari sejumlah isterinya. Ada yang menyebut 22 isteri dan 45 anak. Ada yang mengatakan 52 anak, 36 laki-laki dan sisanya perempuan. Anak-anak Abdul Aziz rata-rata mempunyai putra atau putri lebih dari 10 orang. Raja Abdullah misalnya dikabarkan memiliki 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan dari empat isterinya. Sumber lain dikabarkan ia mempunyai delapan isteri. Karena itu bisa diperkirakan berapa jumlah cucu Abdul Aziz sekarang ini.

Sejauh ini alih kekuasaan pada generasi kedua anak-anak Abdul Aziz telah berjalan lancar. Ada kekhawatiran bagaimana nanti keluarga besar penguasa Kerajaan Arab Saudi itu mengatur suksesi ketika jatuh pada generasi ketiga. Apalagi Pangeran Muqrin, orang ketiga di hirarki kerajaan itu sudah berusia 69 tahun dan merupakan anak laki-laki terakhir dari Abdul Aziz.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement