Sabtu 12 Apr 2014 06:00 WIB

Generasi Korupsi

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia

"Ayah- Bunda,  aku kesal!" itu ucapan yang dilontarkan putri kami sepulang sekolah.

Putri kami sudah belajar mati-matian menjelang UAN SMA beberapa hari ke depan. Sebenarnya sejak duduk di kelas dua belas ia sudah komitmen untuk konsentrasi pada persiapan UAN dan masuk ke universitas favorit. Hanya saja sayang, sekolah punya prioritas berbeda, lebih tepatnya kurikulum punya tuntutan yang berbeda. Masih banyak hal-hal yang tidak urgen yang harus dipenuhi sehingga tidak sepenuhnya bisa mempersiapkan diri ke jenjang terakhir.

Akhirnya terpaksa waktu malam yang seharusnya menjadi jatah istirahat terpaksa diisi untuk belajar, karena pagi siang dan sore sudah dihabiskan untuk memenuhi tuntutan pelajaran sekolah.

Tapi bukan itu yang membuat Salsa kesal.

"Kenapa, sayang?" tanya kami penasaran.

"Di sekolah ada yang jual kunci jawaban UAN!" jawabnya datar.

Sebenarnya saya ingin meyakinkan putri kami bahwa bisa saja ini ulah orang yang ingin mendapat keuntungan sesaat. Belum tentu kunci jawabannya benar-benar kunci jawaban.

Tapi ada banyak alasan kenapa teman-temannya percaya besar kemungkinan kunci tersebut bisa dipercaya.

"Waktu SMP ada teman yang beli kunci jawaban , dan hasilnya UAN mereka rata-rata 9, padahal mereka anak yang ketinggalan di sekolah!" terangnya meyakinkan.

"Apalagi ada jaminan, kalau jawabannya tidak akurat maka uang akan dikembalikan!" tambahnya.

Bahkan ada kunci jawaban yang juga disertai dengan soalnya. Jadi kalau dalam satu kelas saat UAN ada 20 soal yang di bolak balik urutannya, dengan bocoran soal maka akan mudah menemukan jawaban sesuai kunci.

Harga kunci jawaban juga tidak mahal, hanya 100 ribuan sampai 200 ribuan, sehingga banyak yang membeli.

Kalaupun ada yang membuat sulung kami bahagia, teman-temannya satu kelompok belajar memutuskan untuk tidak membeli kunci dan mengabaikan bocoran yang ada. Mereka memutuskan untuk tetap jujur dan tidak mempedulikan bocoran tersebut.

Tapi sayang sikap itu tidak bertahan lama.

Beberapa teman yang sangat marah dengan adanya bocoran tersebut, akhirnya memilih untuk membeli bocoran setelah teman-temannya meyakinkan kredibilitas bocoran tersebut.

Kini hanya putri kami dan segelintir teman-temannya yang masih konsisten untuk mengabaikan bocoran yang penawarannya masih berseliweran di sekitar mereka.

Tapi apakah benar ada bocoran? Apakah asli?

Untuk mengatakan bocoran yang ada asli atau tidak, tentu bukan hal mudah hanya bisa dilihat setelah UAN benar benar diselenggarakan.

Tapi kalau melihat sejarah dan reputasi pengadaan UAN, kebocoran informasi sangat mungkin.

Tahun lalu UAN diiringi dengan banyak soal yang terlambat pengirimannya. Untuk sebuah hajatan akbar tahunan yang menuntut presisi tinggi dalam hal waktu penyelenggaraan, tentu saja ini merupakan kesalahan fatal. Jadi kalau untuk yang kasat mata saja bisa terjadi kesalahan, tidak mudah untuk percaya bahwa soal yang harusnya rahasia tersebut  tersebut 100% aman.

Proses pencetakan UAN menempuh banyak pihak dan waktu panjang. Ada pembuat soal, ada pengawas, ada percetakan, ada kurir, ada kargo ada belasan bahkan puluhan pihak yang dilewati. Satu saja bocor maka yang terjadi adalah penyebaran yang tidak terkendali. Apalagi di era infoormasi seperti saat ini satu saja bocor sudah bisa menyentuh jutaan akun di facebook atau twitter.

Selain itu sudah rahasia umum bahwa beberapa daerah atau sekolah di tahun-tahun sebelumnya  secara terbuka memberi bocoran jawaban pada murid agar reputasi daerah dan sekolah meningkat.

Bahkan beberapa bimbel bisa membuat beberapa soal uji coba yang sekalipun disebut prediksi tapi banyak sekali yang mirip dengan UAN aslinya, sehingga banyak yang meyakini bimbel tersebut punya orang dalam.

Tantangan atas pertanyaan apakah ini benar-benar bocoran atau hanya ulah sekelompok orang mencari keuntungan akan terjawab beberapa hari ke depan.

Kalau akhirnya apa yang dikatakan bocoran ternyata benar-benar sesuai, ada baiknya pemerintah mempertimbangkan lagi urgensinya UAN.

Jangan sampai dana triliunan yang dipakai tersia-saiakan.

Bahkan lebih buruk lagi jika melahirkan generasi koruptor dan manipulator sejak dini.

Pesan kami pada sang Putri, " Jangan pedulikan bocoran, siapkan dengan jujur kami tidak akan marah apapun hasilnya asalkan kamu mengerjakannya dengan jujur."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement