Senin 19 May 2014 06:00 WIB

Boko Haram Si Penculik 276 Murid Sekolah

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto: Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ikhwanul Kiram Mashuri

Apa yang ada dalam benak kita ketika mengetahui berita tentang penculikan 276 remaja putri di Nigeria oleh sebuah kelompok yang menamakan diri sebagai Boko Haram? Penculikan itu terjadi pada 14 April lalu, ketika para remaja tersebut sedang bersekolah. Mereka kemudian dibawa dengan truk barang dan masuk ke hutan. Hingga sekarang belum diketahui di mana lokasi penyekapan murid-murid sekolah itu.

Alasan Boko Haram, sebagaimana disampaikan juru bicaranya, Abubakar Shekau, lewat video yang diperoleh kantor berita Prancis, penculikan itu dalam rangka perjuangan di jalan Allah (fi sabilillah). Bagi Boko Haram, sekolah buat anak-anak perempuan adalah haram dan, karena itu, harus ditentang. Sebagai sanksinya, mereka yang bersekolah harus diculik dan dianggap sebagai budak yang boleh diperjual-belikan.

''Kami telah menculik gadis-gadis kalian. Kami akan menjual mereka di pasar budak sesuai yang disyariatkan Allah. Kami telah diperintahkan Allah untuk menjual mereka. Kami akan menjual gadis-gadis itu. Kami akan menjual mereka. Sekolah adalah pendidikan model Barat dan itu merupakan kesalahan besar. Tugas perempuan adalah menikah dan mengurus rumah tangga. Bukan pergi ke sekolah. Itu bertentangan dengan ajaran Islam,'' ujar Shekau. Kelompok Boko Haram ketika berdiri pada 2002 bernama Jama'atu Ahlis Sunnah Lidda'wati wal Jihadi. Namun, lantaran jamaah ini sangat anti-nilai-nilai Barat, ia kemudian lebih dikenal dengan nama Boko Haram. Dalam bahasa setempat – Bahasa Hausa (bahasa di Negeria Utara) --, Boko Haram berarti 'pendidikan Barat adalah dosa (Western education is sin)'.

Keberadaan Boko Haram tidak terlepas dari pengaruh Alqaida dan Taliban di Afghanistan. Pendirinya, Sheikh Mohammad Yusuf, menginginkan berdirinya ''negara Islam 'murni' yang didasarkan pada Syariat'' di Negeria Utara, Kamerun Utara, dan Niger. 'Negara Islam murni', menurut yang dipahami kelompok ini, termasuk anti-segala hal yang terkait dengan Barat.

Sebagai misal, Boko Haram – sebagaimana Alqaida dan Taliban -- melarang anak-anak perempuan pergi ke sekolah dan kaum wanita bekerja di luar rumah. Mereka juga mengharamkan musik serta menonton televisi dan film. Pendek kata, tugas kaum perempuan adalah di rumah. Sekolah, bekerja di luar rumah, televisi, musik, film dan seterusnya dianggap sebagai pengaruh Barat yang bisa melupakan agama. Atas dasar itu, Barat dianggap sebagai kafir dan harus dimusuhi.

Kelompok ini semakin menjadi radikal dan bahkan cenderung brutal ketika kemudian bergabung para mantan dan purnawirawan mujahidin Afghanistan, terutama mereka yang berasal dari negara-negara Afrika. Mereka juga berhasil merekrut banyak anak muda, terutama dari daerah-daerah di Nigeria Utara yang memang lebih miskin dibandingkan dengan Nigeria bagian selatan.

Nigeria Selatan dihuni oleh mayoritas Kristen, sedangkan yang utara sebagian besar penduduknya adalah Muslim. Pemerintahan selama ini dipegang oleh Kristen yang merupakan mayoritas di negara itu. Pemerintah pusat selama ini sering dituduh telah menganaktirikan masyarakat di utara dengan mengeksplotasi kekayaan alamnya. Akibatnya, masyarakat di utara lebih miskin dan di selatan lebih makmur. Kondisi ini yang kemudian juga dimanfaatkan Boko Haram sebagai alat propaganda untuk merekrut anak-anak muda. Dari tahun 2002 hingga 2013 diperkirakan lebih dari 10 ribu orang tewas akibat dari kekerasan yang dilakukan oleh Boko Haram. Mereka bukan hanya menculik turis asing dan menyerang kepentingan-kepentingan Barat, tapi juga menyasar target orang-orang Kristen.

Bahkan kelompok-kelompok Muslim moderat yang berbeda dengan mereka pun menjadi sasaran permusuhan. Karena itu, bagi Boko Haram, masjid pun menjadi tidak haram untuk menjadi sasaran serangan, selain gereja, sekolah, kantor polisi, gedung-gedung pemerintahan, dan pasar-pasar. Terakhir adalah penculikan terhadap anak-anak sekolah yang telah berlangsung lebih dari sebulan dan hingga kini tak diketahui bagaimana nasib mereka.

Yang memprihatinkan, kebrutalan dan sepak-terjang Boko Haram, termasuk penculikan terhadap anak-anak sekolah remaja putri, tidak mendapatkan perhatian yang seksama dari tokoh masyarakat dan para pemimpin negara-negara Islam. Pernyataan yang mengecam perbuatan biadab itu pun nihil.

Bagi para pemimpin negara-negara Islam, tampaknya kekerasan – termasuk penculikan terhadap anak-anak sekolah – sudah menjadi hal biasa. Seolah-olah perbuatan teror telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Nyawa sepertinya sudah tidak ada harganya. Bukankah hampir setiap hari di Afghanistan, Pakistan, Irak, Suriah, Libia, Lebanon, Yaman, Palestina, dan di negara-negara Islam lainnya banyak nyawa yang 'melayang' sia-sia? Bukankah banyak bom bunuh diri yang menewaskan puluhan nyawa terjadi hampir setiap hari? Bukankah kelompok-kelompok teroris, entah itu atas nama Alqaida, Taliban, Da'ish, Jabhatu An Nasrah atau apa pun itu namanya, sudah menyebar di negara-negara Timur Tengah?

Saya khawatir dan miris bahwa kekerasan dan teror, atas nama apa saja – termasuk dengan dalih agama – akan menjadi kehidupan sehari-hari umat Islam. Bila ini terjadi, maka Boko Haram bisa berada di mana saja. Bukan hanya di Nigeria. Karena itu kita harus menegaskan Boko Haram dan semua sepak-terjangnya adalah haram. Kekerasan, apa pun itu tujuannya, adalah haram. Murid-murid sekolah yang diculik harus segera dibebaskan.

Boko Haram dan semua kelompok apa pun -- termasuk mereka yang mengatasnamakan sebagai pembela Islam -- yang menempuh jalan kekerasan dan teror harus dilawan. Mereka adalah wajah buruk umat Islam.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement