Sabtu 19 Mar 2016 06:00 WIB

Kenapa Disia-siakan?

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Pemuda bernama Ovi ini  baru berusia 27 tahun. 

Di dunia olahraga, angka tersebut biasanya merupakan puncak karier, yang  akan meredup ketika usia bergerak memasuki  30-an. Tapi pemuda ini bukanlah seorang atlet.

Dalam kehidupan rumah tangga, biasanya anak-anak muda memutuskan masuk ke jenjang pernikahan  pada usia demikian. Dan seperti pemuda kebanyakan, Ovi pun telah mempunyai tambatan hati, bahkan sudah mempersiapkan jadwal pernikahan beberapa hari ke depan.

Di lingkungan sosial, tidak mudah untuk menjadi pemuda yang eksis pada usia 27 tahun. Meraih popularitas pada usia  itu  sungguh membutuhkan  perjuangan panjang sejak dini dan prestasi menonjol. 

Bagaimana dalam dunia politik? Dua puluh tujuh tahun adalah usia pemula yang masih merangkak dan belum mampu berdiri kokoh di panggung politik.  

Luar biasanya, hal-hal di atas tidak berlaku bagi Ovi.   

Ketika banyak pemuda di usia 27 tahun baru merintis karier di dunia politik, mungkin menjabat sebagai  ketua ranting, atau ikut-ikutan melakukan demontrasi, atau masih aktif mengejar berbagai seminar, Ovi sudah mencapai salah satu tahap puncak karier politik yang membanggakan. Ia terpilih sebagai bupati termuda di Indonesia dalam Pilkada yang dilaksanakan  serentak Desember lalu.

Belum mencapai usia 30 tahun,  sudah menjadi bupati. Terbayang, jika karir politiknya terus membanggakan dan sukses, betapa masa depan terbentang luas. Gubernur? Mungkin bahkan lebih.  Siapa tahu. 

Sayangnya,   sejarah kemudian mencatat hal berbeda.

Hanya berjarak sekitar 37 hari setelah pelantikan, sebanyak 50 orang anggota gabungan dari Badan Narkotika Nasional (BNN) Sumsel, Direktorat Narkoba Polda Sumsel, dan Sat Resnarkoba (Satuan Reserse Narkoba) Polresta Palembang mendobrak pintu rumah keluarga Ovi.

Sang ayah yang selama dua periode sebelumnya menjabat sebagai bupati di daerah yang sama, berusaha menghalangi, tapi akhirnya tak mampu lagi melindungi.

Ahmad Wazir Noviadi Mawardi alias Ovi, bupati termuda yang sedang menjabat itu, ditangkap ketika sedang mengadakan pesta narkoba di rumah orang tuanya. Kenyataan yang sangat pahit, terlebih untuk ukuran pimpinan pemerintahan. Karier politiknya habis, entah bagaimana dengan kelanjutan rencana pernikahannya.  Yang jelas pemuda itu kini  harus  merenungi nasib  di balik jeruji penjara.

Begitulah pilihan hidup. Karunia yang menghampiri seringkali luput disyukuri. 

Membaca berita terkait bupati termuda di Tanah Air ini, saya hanya bisa bertanya-tanya. Kenapa disia-siakan?

Begitu banyak kebaikan yang dapat  dilakukan ketika kita memiliki kekuasaan, kenapa disia-siakan?

Begitu banyak hal yang harus disyukuri, kenapa di sia-siakan berkah, kemudahan dari Allah?

Dan terkait orang tuanya, bukankah salah satu tugas ayah bunda melindungi anak dari narkoba dan berbagai keburukan lain, bukan menutup-nutupi?

Allah memberi begitu banyak kebaikan pada setiap manusia namun menjadi pilihan individu masing-masing  untuk memelihara segala anugerah yang Allah berikan atau menghancurkannya.

Jika beberapa tahun terakhir berita diwarnai dengan berbagai ulah kepala daerah yang terlibat korupsi, kini kita memasuki era baru, kepala daerah terlibat narkoba.

Berita pejabat tinggi terlibat narkoba memang sudah sering menghias media masa,akan tetapi sampai level kepala daerah tertangkap sedang melakukan pesta narkoba- jika saya tidak silap-ini menjadi catatan baru.

Kepala daerah sedianya menjadi orang tersibuk di wilayahnya karena begitu banyak urusan yang menunggu untuk segera diselesaikan. Ketika satu perkara selesai, di hadapan mereka niscaya bertumpuk-tumpuk agenda lain yang menunggu untuk ditangani. 

Seorang pemimpin daerah seharusnya menjadi teladan bagi rakyatnya. Jadi, sangat wajar jika Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo sangat menyesalkan peristiwa ini. 

“Menyedihkan dan mengecewakan, sebagai kepala daerah harusnya memberi contoh kepada warganya, malah menunjukkan perilaku yang tidak benar.” 

Duhai, dirimu yang masih diberi usia. 

Jangan sia-siakan kesempatan bernapas yang masih Allah berikan. 

Juga  setiap pencapaian yang ditaklukkan setelah melalui begitu banyak hari penuh perjuangan, dan doa-doa yang dibisikkan. 

Membaca berita tentang ulah Bupati termuda, yang menginspirasi tulisan ini, sungguh membuat saya tak habis pikir. Tak henti-henti mengingatkan diri untuk tetap bersyukur. Semoga iman terus terjaga agar rasa satu itu tak pernah menguap dari dada. Bagi para pemimpin, syukur bisa diwujudkan dengan  tidak menyia-nyiakan amanah dan kekuasaan yang mereka miliki, hingga sepenuhnya maksimal bagi kebaikan dan kemaslahatan orang banyak.  

Jangan sia-siakan masa muda. Ingat lagi tatapan dan curahan cinta keluarga yang membesarkan dan memimpikan anak-anak mereka kelak menjadi sosok berguna. 

Usia tak berulang. Itu kepastian. Jangan sia-siakan kesempatan yang datang. Sebab peluang yang sama belum tentu Allah ulurkan dua kali ke dalam genggaman.   

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement