Senin 09 May 2016 06:00 WIB

Beginilah Kalau Perdana Menteri Israel Ndableg!

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto: Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri

REPUBLIKA.CO.ID, Bukan Perdana Menteri (PM) Israel namanya bila tidak ndableg. Kendablegan yang terlihat nyata ketika Perdana Menteri Israel sekarang ini, Benjamin Netanyahu, beberapa kali memaksakan kehendak untuk menempatkan tokoh-tokoh Israel berkatagori ‘unwanted’ sebagai duta besar negaranya.

Contoh terbaru saat Netanyahu mencoba menempatkan tokoh ‘unwanted’ sebagai duta besar negaranya untuk Italia. Tokoh serupa pernah ia coba untuk Brasil, tapi gagal. Kali ini ia mencoba kembali untuk Italia meskipun dengan tokoh dan pola berbeda.

Ndableg adalah bahasa Jawa untuk mereka yang ‘bertebal telinga, tebal muka, tidak tahu malu, atau tidak ambil pusing meskipun dimaki-maki, dan nakal’. Sedangkan, tokoh berkategori ‘unwanted’ dimaksud adalah pemimpin Israel yang tidak dikehendaki oleh masyarakat internasional atau negara tertentu. Bisa karena si tokoh dianggap sebagai penjahat perang atau kemanusiaan, pelanggar hak asasi manusia, pendukung penjajahan, atau alasan lainnya.

Tahun lalu PM Netanyahu menunjuk Dani Dayan sebagai duta besar Israel untuk Brasil. Sampai di sini tak ada persolan, hingga kelompok masyarakat sipil di Brasil mengetahui siapa sesungguhnya laki-laki imigran dari Argentina itu. Mereka pun kemudian memprotes keras dan bahkan menolak kehadiran tokoh yang tidak dikehendaki itu di bumi Brasil.

Di Israel, Dani Dayan dikenal sebagai tokoh yang bersuara lantang membela pembangunan permukiman Yahudi di wilayah pendudukan. Ia juga pemimpin Israel yang mendukung negaranya untuk terus menjajah Palestina. Bagi masyarakat internasional umumnya yang mencintai kemerdekaan dan antipenjajahan, termasuk Brasil, tokoh seperti ini dikategorikan sebagai ‘unwanted’ alias ‘jangan menginjakkan kaki di negeri kami’.

Dengan adanya protes keras terhadap Dayan, Kementerian Luar Negeri Brasil kemudian meminta kepada Israel untuk menunjuk calon dubes yang lain. PM Netanyahu lalu menempatkan Dani Dayan sebagai Konsul Jenderal Israel di New York, Amerika Serikat.

Hari-hari ini ada berita yang lebih menarik dari sekadar pencalonan Dani Dayan. Yakni tentang penunjukan Fiamma Nirenstein sebagai duta besar Israel untuk Italia. Letak menariknya bukan karena Nirenstein seorang perempuan. Namun, karena ia adalah warga Italia hingga sekarang. Ia bahkan pernah menjadi anggota parlemen Italia. Dari 2008 hingga 2013, Nirenstein merupakan wakil ketua Hubungan Luar Negeri Parlemen Italia.

Cerita berikutnya tentang Nirenstein, ia pernah mencalonkan diri sebagai ketua perhimpunan dari organisasi-organisasi Yahudi di Italia. Namun, kali ini ia gagal. Ia kemudian pindah dan hidup di Tel Aviv. Meskipun kemudian mendapatkan kewarganegaraan Israel, tapi ia tetap tidak melepas kewarganegaraan Italia. Bahkan, ia masih menghabiskan sebagian besar waktunya di negara asal pizza itu.

Dengan status Nirenstein seperti itu, pantaslah bila kemudian PM Italia Matteo Renzi menyatakan ‘kurang berkenan’. Sekitar dua bulan lalu ia pun meminta kepada PM Israel agar meninjau kembali penunjukan Nirenstein sebagai dubes Israel untuk Italia. Dengan kata lain, Renzi sebenarnya menolak penujukan Nirenstein. Namun, hingga sekarang PM Netanyahu belum meresponsnya.

Penolakan Renzi didasarkan pada fakta bahwa Nirenstein aslinya adalah warga negara Italia. Hinggga kini pun ia masih menerima gaji secara berkala dari negara lantaran pernah menjadi anggota parlemen Italia. Dalam pergaulan internasional, belum pernah terjadi seseorang ditunjuk sebagai duta besar di sebuah negara yang ia menjadi warga negaranya.

Penolakan terhadap Nirenstein ternyata bukan hanya dilakukan oleh Pemerintah Italia atau kementerian luar negeri atau oleh pihak-pihak resmi di Roma. Namun, juga oleh berbagai organisasi atau lembaga Yahudi di Italia.

Mereka melihat penunjukan Nirenstein akan punya akibat panjang. Mereka, komunitas Yahudi di Italia, khawatir bahwa para anggotanya, orang-orang Yahudi yang hidup di Italia, akan dicap sebagai tidak loyal kepada negaranya. Hidup di Italia, tapi loyalitasnya kepada Zionis Israel!

Berita mengenai penunjukan tokoh-tokoh ‘unwanted’, seperti Dani Dayan dan Fiamma Nirenstein, sebagai duta besar Israel di negara lain, menurut media al-Sharq al-Awsat, adalah tidak berdiri sendiri. Ia merupakan skenario besar dari Zionis Israel. Termasuk dalam skenario besar ini adalah ‘operasi rahasia’ yang dilakukan oleh para inteligen Israel pada Maret lalu.

Dalam operasi itu, agen-agen rahasia Israel berhasil membawa 19 orang Yahudi Yaman dari Sana’a ke Bandara Aliya di Yordania. Dari sana mereka kemudian dibawa ke Israel.

Operasi itu benar-benar rahasia. Senyap. Masyarakat internasional baru tahu ketika berbagai media menampilkan berita tentang 19 orang Yahudi itu diterima oleh Netanyahu di kantornya di Tel Aviv.

"Selamat datang, kawan-kawan, di tanah air Israel. Sungguh gembira melihat kalian di sini. Pengetahuan kalian tentang Taurat sangat mengesankan. Kami telah memikirkan sejak lama bagaimana memindahkan kalian ke Israel. Kini kalian sudah ada di sini," ujar Netanyahu ketika menerima orang-orang Yahudi Yaman yang kini telah menjadi warga negara Israel ini.

Yang mengejutkan, salah seorang Yahudi Yaman yang tampak dalam berita bersama PM Netanyahu ternyata adalah ‘tentara’ kelompok al-Khauti di Yaman. Dalam arsip berita media al-Sharq al-Awsat, ia pernah meneriakkan yel-yel, "Mampus Amerika! Mampus Israel! Laknat buat orang-orang Yahudi!"

Orang Yahudi ini pula yang membawakan kepada PM Netanyahu teks Taurat kuno dari Yaman. Teks ini tertulis di atas kulit binatang dan diperkirakan bertarikh 600 tahun silam.

Para intelijen Israel yang terlibat dalam operasi pemindahan 19 orang Yahudi Yaman ini ke Israel menyebut ‘operasi ini sangat rahasia dan pelik’. Untuk operasi ini, mereka ternyata juga bekerja sama dengan para intelijen Amerika Serikat dan agen-agen rahasia negara lain.

Sebuah kesepakatan dengan kelompok al-Khauti Yaman kemudian berhasil dicapai. Intinya, memindahkan orang-orang Yahudi Yaman yang dulu ‘berjuang’ untuk al-Khauti menjadi warga negara Israel. Hingga kini belum diketahui keuntungan apa yang diberikan kepada al-Khauti dari konsesi ini.

Al-Khauti adalah kelompok Syiah yang ingin mengambil alih kekuasaan di Yaman. Mereka kini sedang berperang menghadapi tentara Pemerintahan Yaman yang dibantu koalisi militer Arab pimpinan Saudi.

Yang mengkhawatirkan dari fakta dan data di atas tentu bukan pemindahan orang-orang Yahudi Yaman ke Israel. Pindah negara ke negara lain --baik lewat jalur rahasia maupun terang-terangan, legal ataupun ilegal-- adalah hak seseorang.

Juga bukan seorang warga sebuah negara menjadi duta besar di negara tersebut atas nama negara lain. Semua dipersilakan. Penempatan seorang duta besar adalah kesepakatan kedua negara. Negara yang menempatkan dan negara yang menerima.

Yang sungguh mengkhawatirkan adalah tindakan Israel untuk menjadikan setiap orang Yahudi --di mana pun mereka berada-- sebagai warga negara Israel. Berikutnya menjadikan mereka sebagai kaum Zionis, yaitu mereka yang loyal mendukung kejayaan negara Israel, meskipun dengan menjajah bangsa lain. Tepatnya mengambil dan kemudian menduduki wilayah bangsa Palestina! 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement